Selasa, 01 Desember 2020

Agropolis Wonosalam : Sarana Mewujudkan Mimpi Punya Villa Unik Kebun Durian Sekaligus

 

Tak akan bosan mengusung konsep durian di Wonosalam. Wisatawan dari berbagai tempat akan selalu terpikir tentang Si Buah Berduri ini kala menyebut kawasan lereng Gunung Gede Anjasmoro ini. Bermunculan tempat-tempat yang mengusung elemen durian maupun bernama durian di berbagai lokasinya. Ada Warung Bukit Durian, dan De Durian Park. Kini yang terbaru ada Agropolis Durian Wonosalam.

Secara tak resmi, Agropolis Durian Wonosalam adalah kebun durian di wonosalam. Warga setempat sempat menyebutnya dengan De Durian Park 2, tapi pengelolanya beda. Pendirinya memiliki konsep sendiri sehingga mengusung sesuatu yang berbeda dalam kawasan agrowisata barunya.

Bila De Durian Park adalah wisata kebun durian dengan konsep kepemilikan kebun durian per kavling untuk para membernya, Agropolis Durian Wonosalam punya konsep serupa tapi tak sama. Kebun Durian tetap diusung, tapi bagian yang tak sama adalah member juga bisa memiliki villa berikut pekarangan yang ditanami pohon duriannya sekaligus. Konsep kepemilikan villa, mirip dengan cottage yang ada di Villa Kampoeng City. Bila diamati, Agropolis Durian adalah gabungan antara Villa Kampoeng City dan De Durian Park karena merupakan perpaduan antara konsep villa dan kebun durian sekaligus.

Rabu, 04 November 2020

Lontong Kikil Merdeka Pak Yan : Nikmatnya Kikil Berkuah Meski Tanpa Lodeh

Sajian kikil kini menjadi makanan yang populer diburu wisatawan sebagai kuliner dari Kota Santri. Seakan mereka tak puas bila ke Jombang tapi tak menyantap makanan yang terbuat dari bagian kaki hewan memamah biak ini. Kikil sendiri merupakan makanan yang didapat dari olahan kulit kaki sapi, kerbau, atau kambing yang bertekstur kenyal.

Nama kikil didapat dari kata sikil dalam Bahasa Jawa yang artinya kaki dari hewan memamah biak, dengan mengambil suku kata akhir yang diulang untuk sebutannya. Biasanya kikil juga diolah menjadi rambak yang menjadi bentuk kerupuk. Sedangkan krecek rambak, digunakan sebagai bahan utama krecek dalam menu gudeg untuk menemani olahan nangka yang dimerahkan.

Senin, 02 November 2020

Tugu Sebani : Dua Patok Batu Pintu Masuk Kotaraja?


Ada dua buah patok batu yang ditancapkan di pinggir jalan dengan posisi berseberangan. Patok batu itu, bukan patok biasa, melainkan benda cagar budaya yang diperkirakan dari era Kerajaan Majapahit. Dua patok batu itu memang sudah masuk data benda cagar budaya di Kabupaten Jombang. Secara berkala, petugas masih mengecek dan mendata kondisinya di lokasi. Tapi misterinya tetap belum terkuak.

Dua patok batu itu ditanam paten di tanah, saat pembangunan jalan desa. Lokasinya ada di Dusun Tugu, Desa Sebani, Kecamatan Sumobito tepat di perempatan Masjid Assyuro. Dari toponim Dusun Tugu, tampaknya patok ini seakan menjadi cikal bakal penamaan dusun dimana lokasinya berada. Patok yang disebut penduduk setempat sebagai tugu ini sedikit menggambarkan bahwa dulunya memang punya fungsi sebagai penanda sesuatu.

Jumat, 09 Oktober 2020

Monumen Torpedo Taman Bahagia : Saksi Sejarah Agresi Militer Belanda 2 di Wonosalam


Ada sebuah monumen berbentuk torpedo tegak di kompleks Taman Bahagia, Jalan Anjasmoro, Dusun Tukum, Desa Wonosalam, Kecamatan Wonosalam. Rupanya, monumen ini didirikan untuk mengenang peristiwa nahas yang pernah terjadi di Wonosalam yaitu penyerangan pihak Belanda terhadap para pejuang di Wonosalam tahun 1948.


Penyerangan itu mungkin menjadi bagian dari Agresi Militer Belanda 2 yang menewaskan banyak rakyat Indonesia. Kala itu, Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaan, namun penjajah Belanda masih ingin kembali menjajah negeri ini. Mereka masih enggan melepaskan tanah jajahan yang telah didudukinya selama lebih dari 350 tahun, setelah sebelumnya sempat lepas dan menjadi jajahan Jepang.

Sabtu, 03 Oktober 2020

Prasasti Sumber Gurit : Bukti Eksistensi Airlangga dari Penetapan Daerah Perdikan Munggut


Kawasan Utara Brantas Jombang dikenal memiliki banyak peninggalan dari masa pra-Majapahit. Kebanyakan diantaranya dari peninggalan Raja Airlangga dari era Kerajaan Kahuripan yang juga penerus Kerajaan Medang (Mataram Kuno). Selain beberapa situs penting yang disinyalir merupakan bagian dari kedaton di masanya, banyak pula peninggalan berupa prasasti batu yang memuat berbagai informasi mengenai kerajaan di masa lalu.

Salah satu prasasti tersebut adalah Prasasti Gurit, terdapat di Dusun Sumber Gurit, Desa Katemas, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang. Prasasti Gurit juga kerap disebut Prasasti Sumber Gurit, yang merujuk lokasi dusun dimana batu bertulis ini berada. Nama dusun Sumber Gurit juga berasal dan diispirasi dari batu ‘gurit’ itu sendiri. Penduduk lokal memang kerap menyebut batu bertulis dengan sebutan gurit, yang berasal dari kata gorit.

Kamis, 01 Oktober 2020

Puncak Jomblo Munggut : Panorama Elok Jombang Dekat Perbatasan Lamongan

Jombang kawasan utara Brantas tak memiliki banyak destinasi seperti wilayah Kota Santri di pucuk utara. Meski demikian, bukan berarti tak ada tempat wisata sama sekali yang bisa dijadikan jujugan. Kini yang terbaru ada Puncak Jomblo Gunung Gemblong, yang ada di Desa Munggut, sebuah kota kuno yang menjadi salah satu tempat yang disebutkan dalam prasasti Prabu Airlangga.

Namanya Puncak Jomblo. Jomblo sendiri menurut KBBI berarti gadis tua, atau seseorang yang belum punya pasangan hidup. Jomblo sebenarnya berasal dari Bahasa Sunda yaitu jomlo yang berarti perawan tua. Kemudian istilah ini berkembang menjadi, seseorang yang belum punya pasangan tak peduli pria atau wanita, siapapun yang masih melajang dikategorikan jomlo. Mengenai ada penambahan aksen ‘b’ di tengah, mungkin akibat logat ataupun berasal dari ambisi para pengejek yang durjana.

Kamis, 03 September 2020

Kue Banjar Khas Jombang : Kotanya Santri, Jajannya ya Kue Tasbih!

Hampir setiap hari raya, jajanan yang tersaji di setiap meja tamu sudah berupa pakem khas lebaran. Tapi di Jombang, biasanya ada tambahan kue khusus yang unik dan khas yaitu Kue Banjar. Kue ini menjadi kebanggaan seantero Jombang yang pasti hadir menjadi sajian untuk tamu-tamu yang datang bersilaturrahmi. Hampir semua orang Jombang pasti tahu tentang kue ini, tapi tak banyak yang paham bahwa jajanan ini namanya Kue Banjar.

Selasa, 01 September 2020

Unfinished Arca Jemparing : Berhasil Lolos dari Perdagangan Ilegal

Tak jauh dari lokasi Candi aRimbi, terdapat sebuah desa yang bernama Jemparing. Sudah bukan rahasia lagi bila kawasan ini dan sekitarnya dikenal sebagai wilayah yang banyak peninggalan purbakala yang tersebar di berbagai sudut. Diantaranya adalah dua arca yang belum tuntas dikerjakan dan kini sudah diboyong ke Museum Trowulan.

Seperti pada umumnya, kedua arca ini dijadikan atribut punden bin pekunden yang dikeramatkan warga Jemparing, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Warga menjadikan dua arca ini sebagai patung yang sakral dan menjadi warisan leluhur yang sangat dihormati.

Selasa, 04 Agustus 2020

Makam Dewi Arimbi : Antara Teka-Teki dari Candi aRimbi dan Misteri Legenda Raksasi



Sebutan Candi aRimbi berasal dari lokasi dimana bangunan cagar budaya itu berada, yaitu dari nama Desa Ngrimbi. Meski secara administratif Candi aRimbi sekarang berada di Desa Pulosari yang merupakan tetangga Desa Ngrimbi. Sangat mungkin pada saat pertama kali didokumentasikan dulu di masa penjajahan kolonial Belanda, Candi Rimbi masih berada dalam lingkup Desa Ngrimbi. Sedangkan batas wilayah zaman Belanda dan masa sekarang sudah berbeda sehingga kini masuk Desa Pulosari. Namun demikian, nama yang tersemat pada Candi Rimbi masih dipertahankan.

Toponim Rimbi di Desa Ngrimbi berasal dari sosok wanita legendaris cerita rakyat setempat yaitu Dewi Arimbi. Sosok Dewi Arimbi terkait dengan dengan dua makam misterius yang bersebelahan, dekat sungai tak jauh dari Candi Arimbi. Salah satu dari tiga makam itu diyakini sebagai makam Dewi Arimbi. Kisah pewayangan menyebutkan seorang tokoh dengan nama yang sama yang diceritakan sebagai raksasa cantik, istri Bima salah satu dari pandawa lima, sekaligus ibunda Gatotkaca dalam kisah pewayangan.

Warga setempat meyakini, tiga makam itu diduga merupakan pesarean Prabu Arimba, Pangeran Arimbo dan adiknya Dewi Arimbi yang menjadi legenda kawasan ini. Meski belum ada bukti ilmiah apalagi catatan apapun tentang sosok tersebut, agaknya detail ini bisa jadi tambahan informasi mengenai asal muasal lokasi dan cerita budaya setempat.

Selasa, 07 Juli 2020

Tahu Susu Jombang : Gurih di Luar, Lembut di Dalam

Kota sebelah memang identik dengan tahu, tapi bukan berarti Jombang tak punya tahu unggulan. Selain ada kampung produsen tahu di Jogoroto, Jombang juga punya varian tahu ajaib yang kini sedang naik daun. Adalah tahu susu, sebuah varian tahu dari Jombang yang punya tekstur empuk di luar dan lumer di dalam. Keberadaan varian tahu susu dari Jombang ini, jelas meramaikan dunia pertahuan.

Tampilannya pun berbeda dengan tahu-tahu yang sudah eksis sebelumnya. Meski mirip dengan tahu pong, namun Tahu Susu Jombang cenderung berwarna kekuningan setelah digoreng matang, tapi tak sekuning tahu takwa. Kulit luarnya empuk, sedangkan bagian dalamnya sedikit kopong tapi tetap punya tekstur isi yang lumer, lebih lembut dari Tahu Sumedang.

Rabu, 10 Juni 2020

Kangen Andok Soto Ayam Bu Mul

Sebelum gegap gempita lodeh kikil sebagai kuliner andalan Jombang, dunia persotoan sudah lebih dulu merajai deretan makanan enak dari Kota Santri. Sajian khasnya adalah soto dhog, yang suara gebrakannya menggelegar. Tapi tak bosan Jombang City Guide bilang ; meski identik dengan soto dok yang nikmat, Jombang tetap punya banyak soto ayam yang tak kalah enak. Salah satu yang legendaris adalah Soto Ayam Bu Mul.

Soto Ayam Bu Mul sudah berjualan di Pujasera Panengel ini sekitar lima belas tahun lalu, sebelumnya sempat berjualan di pelataran depan kantor ELTEHA lama di Jalan Merdeka yang kini sudah jadi jalan Gus Dur. Bapak Jombang City Guide adalah salah satu langganan setia Soto Ayam Bu Mul ini, terutama saat dulu masih digawangi sendiri oleh Bu Mul dibantu Pak Ri sebagai kru penyaji minuman.

Senin, 01 Juni 2020

Wisata Religi Gunung Pucangan : Pertapaan Keramat Sang Putri Mahkota Airlangga



Dalam Prasasti Pucangan yang masih tersandera di negeri seberang, disebutkan bahwa Raja Airlangga meresmikan lokasi pertapaan di lereng Gunung Pugawat. Lokasi suci itu kini dipercaya sebagai Wisata Religi Pertapaan Dewi Kilisuci di Situs Gunung Pucangan, Desa Cupak, Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang.

Pada bagian sisi Prasasti Pucangan yang berbahasa Jawa Kuno disebutkan bahwa tanggal 10 paro terang bulan kartika 963 saka, Raja Airlangga dengan gelarnya Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawiramottunggadewa memerintahkan daerah-daerah Pucangan, Brahem, dan Bapuri dijadikan sima untuk kepentingan pertapaan yang telah didirikannya.

Sabtu, 02 Mei 2020

Prasasti Katemas : Warisan Arkeologis Yang Belum Terkuak

Tak banyak yang diketahui mengenai Prasasti Katemas. Keberadaannya yang bersemayam bersama sekumpulan prasasti lain di Museum Mandala Majapahit di Trowulan membuat eksistensinya kurang terekspos. Berdiri tegak di antara rekan-rekannya dalam kondisi tanpa profil, membuat sejarahnya terasa tenggelam.

 

Bahkan tak banyak yang tahu bahwa Prasasti Katemas merupakan salah satu inskripsi yang dari masa Prabu Airlangga yang berasal dari kawasan Jombang di utara Brantas. Bersama empat prasasti lain yang pernah ditemukan dalam jarak yang tak jauh, eksistensi tugu batu bertulis dari Katemas ini sedikit terpinggirkan.

Jumat, 01 Mei 2020

Eloknya Anggrek Hutan Hasil Budidaya Rumah Anggrek Kebutan


Galengdowo masih menyimpan sejuta potensi dalam destinasinya, salah satunya kebun milik Pak Sohel yang membudidayakan anggrek lokal yang asli dari hutan Wonosalam. Berawal dari kecintaannya terhadap hutan dan tanaman, Pak Sohel sering membawa pulang bunga-bunga yang ditemukan di hutan. Rumahnya pun disulap menjadi sebuah kebun anggrek mini yang penuh dengan aneka spesies anggrek lokal asli hutan setempat.


Nama aslinya adalah Suyanto, namun lebih akrab dipanggil Pak Sohel. Kata kunci ‘Pak Sohel’ terasa lebih mudah karena nama Suyanto sudah banyak yang menggunakannya. Bahkan ada lebih dari tujuh Pak Suyanto lain di Dusun Pengajaran. Pak Sohel bahkan sering didapuk sebagai peserta pameran bunga, eksibisi perwakilan Wonosalam, maupun pemanis tampilan dalam acara UKM di berbagai kota. Jadi, supaya tak kebingungan, maka nama Pak Sohel Anggrek memang lebih mudah untuk diingat.

Pak Suyanto 'Sohel'

Sabtu, 04 April 2020

Warung Kali Wonosalam : Andok Rica-Rica dalam Nuansa Rumah Negeri Dongeng


Wonosalam memang sedang rame-ramenya, ada perhelatan penting berupa Kendurenan, sebuah festival durian tahunan. Tentunya, para wisatawan dari berbagai daerah sudah wara-wiri berburu durian di seantero Lereng Anjasmoro.  Tak jauh dari Selo Ageng, tampak ada tempat baru di pinggir sungai yang cukup menarik. Terlihat ada sebuah rumah kayu bak dongeng yang berdiri di halamannya.


Rumah kayu cantik itu ternyata bagian dari sebuah destinasi kuliner baru yang namanya Warung Kali. Lokasinya memang berada di pinggir kali, sehingga sepertinya pemilik pun menamakannya dengan Warung Kali. Memang, para pemilik warung di Wonosalam sepertinya sedang keranjingan memberi nama lokasi berdasarkan letaknya, seperti Warung ngGunung, Warung Tanjakan, Warung Tikungan dan masih banyak yang lainnya. Warung Kali agaknya juga meramaikan penamaan berdasarkan ‘letak geografis’ ini.

Jumat, 03 April 2020

Candi Blawu : Menanti Ekskavasi Setelah Efek Racun Sirna


Awal tahun 2018, Jombang digegerkan dengan adanya penemuan benda purbakala di kompleks makam sesepuh desa yang kerap disebut Punden Mbah Blawu. Setelah tahun sebelumnya Jombang digegerkan dengan berbagai penemuan benda pondasi bangunan candi yang misterius di berbagai lokasi, tampaknya tren ini masih berlanjut hingga periode berikutnya.

Punden Mbah Blawu kerap disebut Makam Sentono oleh warga setempat. Lokasi makam keramat yang dipercaya merupakan pesarean pembabat lahan setempat berada di Dusun Sukosari, Desa Sumbersari, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang. Jika dilihat dari radius lokasi, Punden Mbah Blawu ini bertetangga dengan Candi Pandegong yang masuk dalam kompleks makam keramat Mbah Nambi dan Mbah Ijo.

Rabu, 01 April 2020

Mendem Duren di Rumah Durian Bu Sih


Durian lokal Wonosalam memang dikenal istimewa. Rasanya manis dengan sedikit pahitnya yang menjadi magnet utama Wonosalam. Berburu durian di Wonosalam juga tak ada habisnya. Hampir setiap rumah di pinggir jalan menjual durian, penduduk setempat pun juga menyetorkannya ke pengepul untuk dijual dalam skala besar. Sebagai sentra durian, wisatawan kadang sampai kebingungan memilih beli dimana durian yang paling enak.


Ilmu dari kontes durian lalu, menyatakan bila ingin makan durian yang enak perhatikan darimana durian didapat dan siapa yang jual. Intinya, penjual lah yang memainkan kunci terjamin tidaknya durian yang ada. Maka dari itu pentingnya memilih penjual yang sudah senior dalam kancah perdurianan di Wonosalam juga menjadi kuncinya.

Minggu, 15 Maret 2020

Meriahnya Festival Avokad - Andum Apokat Sambirejo 2020


Maret 2020 Wonosalam punya banyak gawe. Setelah hingar bingar festival durian berjuluk Kendurenan 2020, minggu berikutnya langsung diselenggarakan festival bagi-bagi avokad gratis yang diadakan di Lapangan Desa Sambirejo, Dusun Sumber Arum, lokasi yang dipercaya sebagai peradaban pertama yang ada di Wonosalam oleh para sesepuh pembabat alas.

Ora mewah ora mbrawah,
Waton guyub rukun kabeh sumringah

Desa Sambirejo, memang merupakan penghasil avokad selain buah-buahan lain yang juga tumbuh subur di sana. Berhubung manggis sudah dipatok sebagai festival dari Desa Jarak, Galengdowo identik dengan salak, sedangkan Wonosalam punya perhelatan durian, maka Sambirejo menahbiskan diri untuk menghelat festival avokad berjuluk Andum Apokat.

Minggu, 08 Maret 2020

Taman Kanigoro : Cantiknya Kebun Bunga Matahari Jombang


Sebuah kebun benih bunga matahari kini sedang mekar-mekarnya. Kebun Bunga yang sebenarnya dibuat untuk dijual benihnya itu, menjadi destinasi wisata baru Jombang dari bagian utara brantas. Hamparan kebun bunga matahari seluas lebih dari 150 meter persegi ini sukses mempesona para pengunjung yang datang dari berbagai daerah.


Berada di Jalan Kebun Bunga Matahari, Dusun Bulurejo, Desa Kepuhrejo, Kecamatan Kudu, ladang bunga kuning cantik ini menjadi jujugan baru pemburu foto apik. Sayangnya lokasinya agak nyuplik masuk ke dalam, bukan di pinggir jalan utama desa. Meski demikian, akses jalan sudah lumayan dengan medan beton. Jalan Bunga Matahari yang menuju lokasi berupa aspal yang sudah lumayan protol, tapi masih bisa dilalui kendaraan roda empat.

Sabtu, 07 Maret 2020

Kentalnya Nuansa Kerakyatan Wisata Pedesaan di Kampung Adat Segunung


Hiruk pikuk perkotaan tak jarang membuat banyak orang merindukan syahdunya suasana desa, berikut budaya tradisional yang tak lagi ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Kerinduan itulah yang kemudian memunculkan ide untuk menciptakan destinasi khas pedesaan di Wonosalam. Untuk mengobati kerinduan itu, sebuah kampung di Dusun Segunung, Desa Carangwulung, didapuk sebagai destinasi desa wisata yang menyajikan nuansa pedesaan khas Lereng Anjasmoro.


Destinasi tradisional itu, dinamakan Kampung Adat Segunung yang diproyeksikan berupa destinasi wisata yang menyajikan kekentalan suasana pedesaan berikut keramahan warganya. Ide pembuatan kampung adat ini tak luput dari campur tangan Pak Sumrambah Wakil Bupati Jombang, yang merasakan kerinduan yang sama akan nuansa pedesaan berikut hal-hal tradisional yang sudah tak lagi bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari di perkotaan.

Minggu, 01 Maret 2020

Tips dari Kontes Durian Wonosalam : Kriteria Si Raja Buah Pemenang Kontes Durian Unggulan



Festival Durian Wonosalam berjuluk Kendurenan sudah di depan mata. Hingar bingar pemberitaan tentang pesta durian ini tampaknya agak menenggelamkan  beberapa acara lain yang juga menjadi rangkaian perhelatan terbesar Wonosalam ini. Beberapa acara lain juga dihelat, termasuk Kontes Durian Wonosalam.

Sebenarnya, setiap ada perhelatan Kendurenan pastilah ada lomba durian berkualitas yang mengiringinya. Kontes Durian Wonosalam kali ini menggunakan kata unggulan sebagai bukti kepercayaan diri kawasan lereng Anjasmoro regional Gunung Gede ini sebagai penghasil durian berkualitas tinggi.

Minggu, 09 Februari 2020

Pecel Sate Kapur Bu Malika : Kuliner Unik Yang Dirindukan



Jombang rupanya tak kehabisan stok kuliner unik nan legendaris. Adalah pecel Sate Kapur Bu Malika yang punya daya tarik tersendiri. Dari namanya, jangan dikira makan sate dari panggangan kapur atau makan kapur betulan seperti yang dipakai Rudy Tabuti dalam kartun Chalk Zone, karena pakai papan kapur sudah gak zaman. Sekarang pakai white board semua! Hahhahahaha... Bukan bukan bukan.


Daging kapur yang dimaksud adalah bagian dari tubuh sapi berupa bagian kelenjar (maaf) payudaranya. Kapur itu kemudian dikombinasikan dengan jeroan yang diolah sedemikian rupa, lalu ditusuk dengan tusuk sate lalu jadilah sate kapur yang legendaris ini. Jadi bisa disimpulkan, daging kapur ini jelas merupakan dagung yang bersumber dari sapi betina. Yaiyalah.

Bagian dari sapi betina 

Jumat, 07 Februari 2020

Wisata LeMbah Ginten : Bareng Punya!


Belum banyak yang tahu, bahwa Bareng punya destinasi wisata yang lumayan untuk refreshing keluarga. LeMbah Ginten namanya, yang berkonsep kolam renang di sebuah lembah yang penuh dengan taman bunga dan kebun buah. Selain untuk bersantai, destinasi ini cocok juga untuk lokasi selfie.



Buah yang diblongsong


Kebun
Lumayanlah, dapat foto-foto apik daripada jauh-jauh naik ke Wonosalam dan berdesakan di Bale Tani karena saking ramainya. Konsep LeMbah Ginten, hampir serupa dengan Kampoeng Durian yang ada di Mojoagung. Tapi dengan pemandangan lembah yang lebih asri tentunya.
Tak ada salahnya bila dari Bale Tani lalu andok di Warung Rica-Rica Bu Suhar kemudian mampir ke LeMbah Ginten untuk berfoto selfie, karena ketiga lokasi ini berada dalam satu jalur dan satu kecamatan.

Tentang Jombang Lainnya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...