Senin, 02 Desember 2019

The Ground Canyon of Jombang : Ngarai Mini Tersembunyi nan Eksotis ala Wisata Kedung Cinet


Ngarai kecil nan tersembunyi ala Jombang kini serius digarap oleh PERHUTANI sebagai destinasi wisata alam yang mempesona para traveler. Dipoles dengan konsep masa kini, Ground Canyon Kedung Cinet bahkan ditahbiskan sebagai urutan teratas dalam 10 Top Destinasi Jombang.



Disebut Ground Canyon karena destinasi ini berupa ngarai yang spot paling indahnya bisa dilihat dengan menuruni lereng sungai. Bila Grand Canyon di Colorado merupakan ngarai terbesar di dunia, Green Canyon di Pangandaran adalah versi hijaunya, maka Kedung Cinet berupa bentuk mininya, yang tersembunyi di tengah hutan di ujung kota Jombang. Jadi, disebutlah Kedung Cinet sebagai Ground Canyon ala Jombang.





Terletak di area hutan milik PERHUTANI di Pojok Klitih, Plandaan, Jombang, yang kemudian kawasan ini dijuluki oleh para pemuda KKN dengan Cinet Adventure Forest. Ground Canyon Kedung Cinet memang tersembunyi di tengah hutan. Maka tak heran Kedung Cinet kadang juga disebut Secret Canyon, selain Mini Canyon karena ukurannya yang mungil dibandingkan saudara raksasanya di Colorado sana. Jadi digabung saja : Mini Secret Ground Canyon.


Eksotisme Ground Canyon Kedung Cinet awalnya dikira sebagai lokasi pemandian putri Majapahit. Namun isu itu terbantahkan dengan adanya konfirmasi dari pemangku wilayah setempat yang menyatakan bahwa sejarah tentang Kedung Cinet berawal dari era Kolonial Belanda. Lagipula, belum ada artefak apapun yang mampu membuktikan teori keputran ala Majapahit ini.


Ceritanya, dulu pemerintah kolonial Belanda banyak membangun fasilitas untuk melengkapi infrastruktur perusahaannya termasuk rel kereta api, bangunan-bangunan dan aneka kebun. Aneka infrastruktur ini sayangnya menggunakan tenaga pribumi melalui kerja rodi. Kebetulan saat mengelola kebun yang ada di Kedung Cinet, ditemukanlah ngarai yang indah ini. Para pekerja rodi ini kemudian menggunakan sungai berngarai indah ini sebagai tempat membersihkan diri. Sisa dari kerja paksa itu bisa dilihat dari jembatan ber-rel bekas lori yang masih terlihat kokoh dan tetap dilewati oleh penduduk setempat.


Cukup dalam dengan karang yang runcing
Monggo yang mau bunuh diri, lumayan  seru kelihatannya

Di era modern beberapa tahun belakangan eksotisme Ground Canyon masih belum banyak dieksplorasi, bahkan oleh Perhutani Sang Empunya Hutan. Keindahan hutan yang tersembunyi ini hanya dinikmati warga setempat, dan ketika itu belum ada tiket masuk. Bersyukur, Jombang City Guide menjadi salah satu yang berhasil memancing penasaran para pemburu destinasi sehingga potensi wisata ngarai eksotis ini makin menjanjikan.


Dalam perjalannya, Ground Canyon Kedung Cinet sempat ramai tanpa pengelolaan. Hanya pemuda setempat yang menyediakan fasilitas seadanya, sehingga kebersihan area wisata tak terjaga. Pengunjung banyak yang menjadikan Ground Canyon Kedung Cinet sebagai jujugan kencan dan membuang sampah sembarangan selama berada di lokasi.


Dari kejadian-kejadian ini, akhirnya muncul banyak keprihatinan mengenai destinasi ini karena rusaknya habitat sungai akibat sampah pengunjung yang tak terkontrol. Dari kejadian itu, sebuah komunitas menggalang aksi peduli lingkungan dengan melepaskan ribuan ikan guppy untuk menjaga keseimbangan ekosistem sungai yang sepertinya agak tercemar karena ramainya kunjungan. Komunitas ini bahkan berjanji akan menggalang aksi yang tertib dan mau memberikan sebagian dari pendapatan event-nya untuk pengelola setempat. Acara berlangsung sukses. Lancar dan sangat berhasil.

Ada ikannya

Sayangnya ikan guppy yang dilepaskan untuk kembali menyeimbangkan ekosistem perairan sungai, habis tanpa jejak hanya dalam waktu dua hari. Pengelola ‘yang memiliki lahan’ sama sekali tidak diberi apapun : termasuk seorang anak yang mungkin ngiler karena terlalu inginnya memiliki seekor ikan guppy untuk dipelihara, yang akhirnya gagal mendapatkan ikan impiannya. Mungkin inilah akibatnya bila sebuah komunitas yang mengadakan event penting tanpa perencanaan dan konsultasi dulu dengan pengelola setempat.


Meski demikian, destinasi ini masih saja diminati pengunjung. Hingga akhirnya, pihak PERHUTANI sebagai pemilik area membuka lokasi ini sebagai sebuah destinasi resmi tahun 2017 berjuluk Wisata Kedung Cinet. Dibangunlah spot-spot selfie, jembatan, maupun kelengkapan-kelengkapan seperti dermaga, perahu dan pos ticketing. Dari situlah diharapkan pengunjung punya tambahan ‘hiburan’ selain menikmati keindahan Ground Canyon Kedung Cinet.

Pak Sugeng, saya mau kaosnya


Spot selfie yang dibangun berupa aneka gardu pandang yang terbuat dari kayu-kayu hutan khas destinasi buatan PERHUTANI yang memanfaatkan sumber daya setempat. Taman-taman dibangun, meski belum tumbuh maksimal karena karakteristik lahan kering khas hutan jati. Terdapat gubuk asmara, rumah kayu kerucut, gerbang kayu dan masih banyak lagi termasuk tangga yang layak untuk dilalui.




Jombang City Guide tentunya tak ketinggalan mencoba wahana perahu yang disediakan pengelola. Dengan tarif setara selembar lima ribu rupiah per orang, perahu biru ini bisa dinaiki tiga orang sekaligus, plus tambahan seorang petugas pendayung. Dengan perahu ini, pengunjung bisa menyusuri sungai dan menyaksikan keindahan ngarai sepuasnya.


Sementara hanya ada satu perahu kecil yang disediakan pengelola. Awalnya ada dua perahu dan satu rakit bambu untuk wahana para pengunjung. Namun dua kendaraan sungai itu hanyut hilang terbawa banjir saat musim hujan. Jadi bila ingin menikmati keindahan sungai dengan, mungkin harus bergantian dengan pengunjung lain karena keterbatasan armada perahu. Monggo kalau ada yang serius mau nyumbang perahu.



Suasana tenang dan sejuk memungkinkan pengunjung menikmati keindahan lokasi. Hanya saja, jembatan lori peninggalan Belanda sering memecah keheningan karena menimbulkan bunyi yang agak mengagetkan bagi pengunjung saat dilintasi kendaraan roda dua. Jembatan ini melintang tepat di atas ceruk koral sehingga pengunjung yang berada di bagian bawah jembatan yang menghubungkan tebing-tebing.



Meski bukan daerah pegunungan, namun Kedung Cinet cukup nyaman dikunjungi di siang hari karena rindangnya pepohonan. Selain itu, spot paling epic memang berada di ngarai bagian bawah yang terlindung dari sinar matahari. Jadi tetap menyenangkan meski mengadakan kunjungan saat mentari bersinar dengan tenaga penuh.


Benjolan 'Air Mata Bidadari'

Saat menyusuri celah ngarai, tampak batuan koral menjadi penyusun utama bebatuan daerah ini. Lekuk-lekuk khas ngarai menjadi keindahan tersendiri. Uniknya, ada sebuah batu yang bentuknya mirip dengan benjolan yang seperti air mata yang hampir menetes. Bila legenda bajak laut banyak menyebut air mata putri duyung, maka di Ground Canyon Kedung Cinet dari bentuknya unik, disebutlah benjolan itu sebagai ‘Air Mata Bidadari’.


Jerawatnya Widodaren, hehehee

Cerita setempat tentang batu air mata bidadari ini cukup unik, yang mirip dengan cerita-cerita pada umumnya yang menyatakan bahwa bila mencuci wajah dengan air yang ada di bawahnya berkhasiat membuat awet muda. Selain itu, bila berdoa dengan tulus dan yakin kepada Allah di dekat air mata bidadari maka keinginannya terkabul. Menariknya, Mas Bee yang menjadi pengelola destinasi ini sudah membuktikannya dari doanya saat mencari pasangan hidup. Hehehhehe….




Pakai pemandu yaaa,,,

Keindahan bebatuan koral di bagian sungai atas bisa dinikmati oleh pengunjung dengan didampingi oleh pemandu. Biasanya pemuda pengelola Kedung Cinet yang bertugas yang akan mendampingi pengunjung menikmati tebing koral dari ngarai mini ala Jombang ini.


Uniknya, ada sebuah batu yang melintang di ujung jalur dayung di sungai bagian bawah yang dulunya tidak ada. Dulunya sebelum batu ini ada, pengunjung bisa mendayung hingga tebing koral bertingkat tempat jatuhnya air dari sungai bagian atas. Sejak ada batu ini, kini aktivitas mendayung tak lagi bisa mencapai tebing bertingkat karena terhalang batu yang diduga dalam kondisi mengapung ini.



Saat dicari oleh pengelola, tak ada tebing yang erosi atau batu lain di lokasi yang terlepas dari tempatnya. Sedangkan batu misterius yang tiba-tiba muncul setelah banjir besar ini menghalangi pendayungan ke tebing bertingkat. Menurut kesimpulan pengelola, bisa jadi batu ini memang ‘diletakkan’ oleh penunggu destinasi ini sebagai ‘pembatas’ supaya pengunjung yang makin ramai itu tak mendekati tebing bertingkat yang berbahaya. Kini, dibuatlah hiasan bertuliskan Kedung Cinet oleh pengelola di atas batu misterius itu.


Air yang mengalir di lokasi Ground Canyon Kedung Cinet cukup jernih, meski tak terlihat serangga sungai seperti capung dan anggang-anggang. Meski tak bisa sampai melihat bagian bawah sungai, tapi menurut pengelola, banyak ikan hidup di habitat sungai ini seperti mujair, patin, wader dan spesies ikan sungai air tawar pada umumnya. Mungkin ikan-ikan inilah yang memangsa ribuan ikan guppy yang dilepaskan di acara kemarin. Hehehhehehe


Warna airnya terlihat hijau, mungkin karena alga yang berkembang biak di habitat sungai. Saat sinar matahari menembus sela-sela dedaunan dan menerpa tebing, tampak pemandangan yang begitu indah karena air sungai memantulkan cahaya dari koral hingga berpendar kehijauan. Dari sinilah foto-foto ciamik dari Ground Canyon Kedung Cinet tampak seperti editan, padahal memang tampilan aslinya demikian.


Ndeprok

Debit air sungai yang mengalir diantara ceruk tebing koral begitu rendah saat musim kemarau, namun menjadikannya seperti air terjun kecil yang bertingkat-tingkat. Memang, pengunjung hanya disarankan datang saat musim kering tiba karena dari debit air yang kecil itu, wisatawan bisa mengambil keuntungan dengan mengunjungi bagian bawah sungai berngarai eksotis ini.


Keberuntungan melihat ngarai eksotis ini tak bisa disaksikan saat musim penghujan karena debit air yang begitu tinggi yang bahkan bisa membuat lokasi duduk untuk pengunjung di tepian sungai sampai banjir meluber hampir ke taman selfie. Derasnya air bahkan menimbulkan suara deburan yang bisa didengar dari radius 100 meter.



Air yang mengalir deras itu bahkan sampai ke bagian bawah jembatan hingga deburannya bisa begitu membahayakan. Bebatuan menjadi licin dan bahkan pernah menggelincirkan seorang remaja hingga tewas karena terbawa arus sungai dan terbentur batu koral yang begitu lancip. Jadi destinasi ini hanya disarankan dikunjungi saat musim kemarau karena faktor keselamatan.


Pun kejadian tewasnya seorang pelajar saat berenang di Kedung Cinet itu juga murni kecelakaan. Dan pelajar itu seorang pemuda, bukan pemudi. Remaja itu, bermain air di Kedung Cinet saat musim hujan, dimana debit air sedang deras-derasnya. Karang yang memutih, jadi licin karena berjamur. Bisa jadi dia terpeleset dan hanyut, dan terbentur karang yang memang tajam.



Ada pula mitos yang beredar di kalangan wong tuwek-tuwek penganut takhayul di Jombang yang menyatakan bahwa anak gadis dilarang ke Kedung Cinet. Penganut mitos itu percaya bahwa perawan yang ke sana akan mengalami hal buruk dalam hidupnya. Sehingga banyak orang tua di desa pelosok Jombang yang melarang anak gadisnya berwisata ke Ground Canyon Kedung Cinet ini. Hmmmm... 


Dalam hati Jombang City Guide membatin. Dalam postingan sebelumnya, rombongan gadis-gadis yang semuanya belum menikah mampir santai-santai saja ke Kedung Cinet. Sampai sekarang pun semuanya baik-baik saja. Hal buruk bisa menimpa anak gadis dan terjadi kapan saja, pastinya-jelas-bukan-karena berwisata ke Kedung Cinet.




Yang jelas, kalau kamu nggak berdoa, jangan salahkan kalau hal buruk menimpa, dan itu bukan karena main ke Kedung Cinet. Intinya, kepercayaan penduduk itu hanya mitos dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Minta pun sama Allah. Waktu berangkat, setelah sholat, setiap hari, setiap saat. Bukan berdoa saat butuh saja, dan kalau percaya mitos ya banyaknya malah kedaden. Bismillah saja, minta sama Allah.


Hal lain yang tak asyik dari destinasi ini adalah belum adanya toilet untuk MCK. Jadi misalnya bila tiba-tiba ada yang ingin buang air, bisa mendatangi pemuda yang bertugas untuk diantar ke rumah penduduk terdekat.

Kamu kalau kebelet, ditahan dulu deh kayaknya

Ketidaktersedianya toilet juga mengakibatkan sulitnya sembahyang di lokasi. Sudah dibangun beberapa pondok bambu yang bisa digunakan untuk sholat, namun sementara ini untuk mengambil air wudhu sepertinya harus memakai air sungai. Tenang, airnya bersih dan mengalir, jelas lebih dari dua qullah lah ya.




Untuk mencapai Ground Canyon Kedung Cinet, sayangnya belum didukung akses jalan yang memadai. Kedua Tebing hanya dihubungkan oleh jembatan lori buatan Belanda yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Pengunjung kendaraan roda empat disarankan menggunakan arahan Gmaps meski sebenarnya ada dua jalur menuju ngarai tersembunyi ala Jombang ini.


Jalur pertama lewat Pojok Klitih pernah Jombang City Guide cantumkan dalam artikel sebelumnya, yang melalui Plandaan. Dari arah Jombang Kota, ke Jembatan Ploso kemudian belok kiri. Polsek Plandaan belok kanan, lurus hingga sampai Pojok Klitih. Dulunya hanya ada jembatan gantung yang hanya bisa dilalui sepeda motor. Kemudian oleh pemerintah dibangun jembatan beton untuk roda empat. Meski tetap harus berjalan kaki, jembatan beton ini setidaknya bisa memangkas jarak berjalan kaki pengunjung yang bermobil hingga separuhnya.


Jalur Pojok Klitih memang lebih dekat dari Jombang kota, namun pengunjung bermobil tetap harus memarkir kendaraannya di tepi hutan tanpa pengawasan, kemudian harus lanjut berjalan kaki sekitar 500 meter untuk mencapai lokasi. Sebagai jalanan hutan, tentunya kondisinya bergelombang, becek saat hujan dan berdebu di musim kemarau. Meski demikian, bila kita meniti jalan kaki di jalur ini, kita bisa menikmati pemandangan hutan, kicauan burung di alam bebas dan sedikti demi sedikit mengamati tebing-tebing dan karakter bebatuan khas koral yang bertebaran di sepanjang jalan.

Hutan Perhutani


Meski demikian, bila pengunjung roda empat terlanjur salah jalur dan malas jalan kaki seperti yang dialami Jombang City Guide yang awalnya menggunakan rute Pojok Klitih, maka bisa mengubungi pemuda pengelola Ground Canyon Kedung Cinet untuk jasa ojek menuju lokasi, yang nomor teleponnya Jombang City Guide cantumkan di contact person dengan tarif sepantasnya.


Jalur kedua sesuai arahan Gmaps yang lebih ramah untuk pengendara roda empat. Dari arah Jombang kota, menuju Jembatan Ploso lalu belok kanan. Melalui keramaian Ploso hingga perempatan Brambangan. Dari perempatan ini belok kiri, lurus saja sampai di Jipurapah. Kondisi jalan lebih baik karena padat penduduk sehingga akhirnya pengendara harus lebih  sabar karena sering terjebak acara tenda pengantin yang menutup akses jalan satu-satunya.


Dari Jipurapah, pemandangan sawah dan hutan milik PERHUTANI juga menjadi pemandangan sepanjang jalan. Meski akses akhir mendekati Ground Canyon Kedung Cinet berupa jalan gronjalan, namun tetap bisa dilalui kendaraan roda empat. Sangat disarankan menggunakan kendaraan non-sedan untuk mencapai ngarai mini ala Jombang ini, kecuali bagi yang sudah kebanyakan mobil sehingga tak sayang mobilnya menghadapi medan terjal nan urban legend.

Parkir

Tanda saat sudah sampai di Ground Canyon Kedung Cinet adalah adanya tebing koral di sisi kanan. Dari jalur Jipurapah, pengunjung bermobil hanya perlu berjalan sekitsar 100 meter ke lokasi. Selain itu pengunjung roda empat bisa memarkir kendaraannya di samping tebing, dan lebih aman daripada ditinggalkan di tepi hutan seperti di jalur sebelumnya. Jadi, meski mengambil rute agak jauh memutar, rute Jipurapah lebih aman dan nyaman bagi pengunjung roda empat.


Tiket masuk Ground Canyon Kedung Cinet dibanderol seharga selembar lima ribu rupiah, dengan tarif parkir kendaraan roda dua dengan jumlah yang sama. Jangan tertipu dengan gambar rafting yang tertera di lembaran tiket, karena meski destinasi alam, Ground Canyon Kedung Cinet bukan arena arung jeram. Mungkin pembuat tiketnya mati gaya sehingga bingung mau mencantumkan gambar apa. Hehehhehe

Tiket

Destinasi ini memang hanya menawarkan wisata alam berupa keindahan ngarai yang tersembunyi di tengah hutan. Sangat ditunggu datangnya investor yang berminat mengembangkan Ground Canyon, tentunya dengan konsultasi dan kerjasama dengan pihak PERHUTANI sebagai pemilik lahan.



Ada pula destinasi lain yang mirip dengan Ground Canyon Kedung Cinet yang berada tak jauh dari lokasi : Kedung Sewu. Penampilannya berupa sungai berbatu koral putih yang sepertinya pantas juga dijadikan jujugan selanjutnya : The White Coral Garden. Rute Jipurapah sepertinya cukup dekat dengan ‘adik’ Ground Canyon Kedung Cinet ini. Sedangkan bila dari Pojok Klitih, destinasi lain yang cukup menarik dan searah juga ada Telaga Jambe, Kebun Kelengkeng Suwarno, dan sensasi naik perahu tambangan mobil di Gebangbunder.


Jadi, sekali rute ke utara Jombang setidaknya bisa mengunjungi beberapa destinasi sekaligus. Ayo, yang mana yang belum didatangi???


Mini Secret Ground Canyon Kedung Cinet
Cinet Adventure Forest
Pojok Klitih – Jipurapah
Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang
Buka Setiap Hari
Pak Sugeng PERHUTANI : 081357101733
Pemuda Pengelola dan Ojek Insidental :
Mas Bee : 08222 965 898
Mas Ali : 081 315 429 172

1 komentar:

Tentang Jombang Lainnya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...