Selasa, 03 November 2015

Menyusuri Mirkwood-nya Jombang di Hutan Kayu Ulir Wana Wisata Sumberboto

Eh Kak, yang mentiung-mentiung itu apa??? Jangan-jangan itu lengan The Groot??
Lho, ini dimana sih? Kok kayak di Hutan Fangorn?? Jadi, Jombang punya Mirkwood hutan ala Lord of The Rings???


Sumberboto adalah bagian dari Alas Gedangan dan merupakan wisata hutan yang kerap menjadi jujugan rekreasi keluarga. Wana wisata ini pun sering dijadikan kegiatan pramuka dan bumi perkemahan untuk anak sekolah karena menyediakan ground yang cukup luas. Biasanya peserta kemah maupun rombongan sekolah datang dari SLTP-SLTA Jombang dan sekitarnya seperti Mojokerto, Surabaya, Lamongan dan Gresik. Terdapat 9 blok perkemahan dengan kapasitas 15-20 gudep.





Sebagai bagian dari hutan Gedangan, Wana Wisata Sumberboto berada tepatnya di Jalan Sumberboto, Dusun Tempuran, Desa Japanan. Bedanya, bila Alas Gedangan terkenal bagian dari Kecamatan Mojoagung maupun Kecamatan Wonosalam, Sumberboto berada di bagian irisan wilayah Kecamatan Mojowarno yang lokasinya tak jauh dari Yoni Gambar dan Situs Umpak Grobogan.




Wisata Sumberboto tidak berada di pinggir jalan raya yang mudah dicapai. Meski akses jalan menuju destinasi ini sudah diaspal, namun tersembunyinya lokasi cukup menyulitkan untuk sampai di tempat ini. Sepertinya kuota internet untuk mengakses Gmaps sangat bermanfaat untuk situasi seperti ini, meski sebenarnya cara tradiisional dengan bertanya pada warga setempat tetaplah paling ampuh.


Sumberboto berjarak 20 km dari pusat kota Jombang dan 7 km dari Mojoagung. Untuk mencapai lokasi, dari arah Jombang kota menuju pertigaal terminal Mojoagung lalu belok kanan ke arah selatan. Lurus saja sampai bosen hingga menemukan tanda penunjuk arah lalu lintas tentang wana wisata ini. Belok kiri dan tinggal ikuti petunjuk arah.




Sesampainya di gerbang selamat datang, pengunjung akan disambut oleh bapak parkir yang membantu petugas jaga di loket. Beberapa orang menyatakan petugas jaga loket di Sumberboto agak galak dan orangnya sedang njegidheg di dalam sarangnya. Beruntung ada pak parkir yang menyambut kami dengan layanan ala drive thru berupa menghitung langsung orang-orang yang ada di mobil sambil mengkalkulasikannya totalnya bersama dengan tarif parkir sehingga Jombang City Guide tak perlu berinteraksi dengan yang sedang njegidheg di dalam sarang.


Tiket berlaku untuk sekali masuk, dimana tarif seharga Rp. 7500,- per orang yang sudah termasuk asuransi jiwa selama berada di lokasi. Parkir kendaraan sebesar Rp. 5000,- juga dibayarkan bersamaan di loket masuk ini, sehingga nantinya tak perlu takut dipalak tukang parkir liar meski katanya masih rawan penggembosan. Pastinya, mintalah karcis resmi dari pengelola. Wana wisata ini juga disebutkan tutup pukul 16.00 sehingga pengelola juga bisa memastikan kemananan para pelancong karena hutan wisata juga tak layak dikunjungi saat malam tiba.



Dari loket masuk, terdapat dua jalan yaitu lurus dan belok kanan. Untuk menuju lokasi kolam renang dan bumi perkemahan, pengunjung menuju arah kanan. Akses jalan cukup urban legend dan dilengkapi dengan melalui jembatan kayu tua lapuk yang cukup ndrawasi saat melintas di atasnya.



Destinasi wisata lawas ini sepertinya agak terlupakan di tengah maraknya banyak tempat wisata lain yang lebih berkonsep arena selfie. Meski demikian, pengunjung Wana Wisata Sumberboto tetap ramai didatangi para wisatawan, terutama para keluarga dan rombongan sekolah meski hanya saat akhir pekan dan hari libur.



Ground untuk perkemahan cukup luas dengan dihiasi pepohonan yang tinggi menjulang. Bumi Perkemahan Sumberboto sudah sangat umum dikenal sebagai lokasi perkemahan untuk anak usia sekolah, termasuk juga digunakan sebagai jujugan untuk tadabbur alam saat tengah semester.


Obyek wisata yang sudah berusia lanjut ini juga menawarkan wahana pemandian berupa kolam renang dari mata air Sumberboto yang masih sangat alami dan jernih. Tentunya, pasokan air yang mengalir langsung dari sumber airnya membuat air kolam renang tetap jernih dan bebas kaporit.



Ada dua kolam renang di obyek wisata ini yaitu kolam renang untuk anak-anak dan dewasa. Kolam renang untuk anak-anak lebih kecil ukurannya dengan kedalaman hanya 70 cm, sedangkan area pool untuk dewasa berada di seberangnya.


Di belakang kolam renang dewasa terdapat sebuah gapura tua yang merupakan akses masuk ke hutan. Bila dilanjutkan berjalan kaki menyusuri jalan tersebut, maka akan sampai di jalan belakang pos sebelah loket masuk dekat gapura selamat datang dimana petugas yang katanya agak galak bersarang.

Wana wisata sumberboto memang memiliki jalur melingkar sehingga aksesnya akan bertemu satu sama lain, sehingga bisa digunakan sebagai sarana jalan sehat atau bahkan trekking sederhana untuk para peserta kemah.





Sayangnya untuk menikmati kesegaran air kolam dari mata air murni pegunungan, pengunjung diwajibkan membayar ongkos tambahan untuk tarif masuk kolam renang sebesar Rp. 7500,-. Tarif ini berlaku untuk dewasa maupun anak-anak. Beberapa pengunjung mengeluhkan penambahan tarif ini karena dirasa cukup mahal untuk ukuran destinasi wisata di Jombang jika diakumulasikan. Selain itu masih banyak tempat wisata lain yang tidak lagi menarik tambahan ongkos.



Dulunya saat Jombang masih belum punya banyak destinasi wisata, Wana Wisata Sumberboto adalah ‘pesaing’ utama Tirta Wisata Keplaksari. Dua destinasi ini adalah  jujugan andalan Kota Santri dimana kala itu belum banyak tempat yang berkonsep pemandian berupa kolam renang seperti ini. Sekarang sudah banyak bermunculan tempat dengan core business yang sama seperti Aquatics Waterpark, Batu Pelangi, Waterboom, Banyu Biru, bahkan Kolam Renang Marcella.


Selain kolam renang, banyak fasilitas umum di Wana Wisata Sumberboto yang tidak diperbarui sejak eksistensinya sebelum kemerdekaan. Wisma yang dulunya kerap menjadi tempat pertemuan dan lokasi meeting penting, sekarang menjadi wisma kotor dan kosong yang berhantu.


Padahal pendapatan dari pengelolaan area hutan wisata yang dinaungi oleh Perum Perhutani ini bisa mencapai 300 juta pertahun. Sayangnya, meski menyumbang pendapatan yang cukup besar, pemerintah khususnya Perhutani terlihat masih abai dalam peremajaan dan pembangunan infrastruktur di lokasi wisata tua ini.




Meski demikian, sudah ada upaya dari pemerintah di era Bupati Suyanto tahun 2007 yang melakukan pemugaran di beberapa titik seperti penambahan dan pengecatan ayunan dan mainan di taman, maupun gazebo dan perbaikan bangunan. Walaupun sudah dilakukan renovasi, fasilitias umum di Wana Wisata Sumberboto dirasa masih kurang memadai.

Rumah Hantu




Tahun 2012, sudah diajukan proposal permintaan biaya perawatan pada pemerintah kabupaten dan Perum Perhutani namun hasilnya belum memuaskan. Akhirnya pengelola mengambil jalan dengan menaikkan tarif tiket dan tambahan karcis masuk kolam renang. Bisa jadi, penambahan tiket masuk kolam renang adalah salah satu upaya pengelola untuk menambah pemasukan dalam kepentingan pembangunan infrastruktur.


Perbaikan gedung masih diupayakan, dan direncanakan adanya penambahan wahana permainan. Tampak dari kejauhan terdapat persemaian bibit, mungkin itu bagian dari penanaman kembali hutan di Alas Gedangan yang gundul dan rawan terbakar.


Properti sisa outbound, mungkin untuk flying fox

Terlihat beberapa susunan kayu maupun rangkaian wahana yang mungkin sisa dari arena outbound. Sudah adanya musholla untuk ibadah para pelancong, sedangkan fasilitas seperti toilet juga sudah diperbanyak meski kondisi dan kebersihannya hmm.... nggak tau ya….



Musholla


Rencananya akan dibangun playground maupun arena outbound yang lebih meyakinkan di sisi barat wisata alam legendaris ini. Meski terdengar sangat menarik, namun daya tariknya tak akan bisa dinikmati bila masih dalam taraf perencanaan. Harus diwujudkan dulu sehingga Jombang City Guide akan dengan senang hati meliputnya. Hehhehehe……..



Warung-warung yang menjajakan makanan di Sumberboto hanya menawarkan menu berupa gorengan minuman dalam kemasan. Mereka hanyalah kios berjubah warung makan yang penuh tipu daya. Saat para pelancong yang lapar setelah berenang, malah tak bisa menikmati makanan yang mengenyangkan di warung-warung yang ‘bertengger’ di lokasi. Meski sudah ada penjual cilok alias pentol sunduk di dekat parkiran, Jombang City Guide punya saran ; bila berkunjung ke wisata ini hendaknya membawa bekal dari rumah sehingga rasa lapar yang melanda pascarenang bisa terlampiaskan.

Habis renang


Pedagang pentol

Jangan lupa sekalian bawa tikarnya, meski punya lahan untuk bumi perkemahan yang luas tapi tempat duduk yang ada di lokasi ini begitu terbatas. Tak jarang, karena tempat duduk yang terbatas dan berjauhan satu sama lain pengunjung duduk bergantian antar anggota keluarganya.




Padahal, bila keluarga melakukan piknik dengan menggelar tikar di lahan wisata ini suasananya cukup menjanjikan. Nuansa alam begitu menentramkan. Tapi karena keterbatasan kursi, Jombang City Guide mendapati sepasang suami istri yang sedang menyantap bekalnya di sebuah kursi lapuk yang sudah tua di bawah bangunan yang mungkin sudah tak pernah disentuh selama bertahun-tahun. Jadi opsi membawa tikar tak boleh dilupakan.



Awalnya, lokasi Wana Wisata Sumberboto di era sebelum kemerdekaan merupakan pemandian biasa. Kemudian tahun 1992 Sumberboto dialihfungsikan sebagai sebagai Wisata Hutan. Dari alih fungsi tersebut, akhirnya masyarakat kurang sadar bahwa Sumberboto awalnya merupakan destinasi wisata sejarah. Yang ada dalam benak masyarakat hanyalah kolam pemandian yang ada di wisata hutan, tak banyak yang mengingat esensi perjuangan dari peristiwa perjuangan yang melatarbelakanginya.


Di era kemerdekaan, sekelompok pemuda korps kehutanan mengelola tempat ini untuk dijadikan markas. Pemuda-pemudia ini disebut Pasukan Wanara yang mengumpulkan persenjataan peninggalan Jepang seperti granat, bom, peluru, bayonet maupun berbagai amunisi lainnya untuk melawan Belanda yang ingin kembali bercokol di bumi pertiwi.


Memang, banyak senjata peninggalan Jepang yang masih tersebar di beberapa titik di Jombang sehingga dimanfaatkan para prajurit ini untuk perjuangan. Terbukti, terdapat sebuah gua di kaki Gunung Argowayang dan di Alas Gedangan yang menyimpan amunisi tentara Jepang. Seorang kawan Jombang City Guide bahkan menemukan bayonet tua yang menjadi peralatan perang Jepang kala itu. Dari banyaknya peninggalan Jepang, tak heran gua senjata tentara Nippon kini juga dijadikan destinasi wisata baru seperti Gua Jepang di Alas Gedangan.



Pengumpulan senjata ini digunakan untuk amunisi pertempuran mempertahankan kemerdekaan. Para pemuda ini bekerja ‘mengolah’ peluru dan granat untuk dijadikan bom dan senjata lainnya. Sayangnya, saat proses pembukaan bom seberat 500 kg terjadi insiden tragis berupa ledakan yang menewaskan lima anggota Pasukan Wanara.



Untuk memperingati peristiwa ini, dibangun monumen Pasukan Wanara dengan dua patung prajurit di atasnya. Monumen yang mengabadikan perjuangan tentara yang tergabung dalam Pasukan Wanara ini berada di samping kolam renang. Monumen perjuangan Pasukan Wanara ini, terdiri dari patung dua pejuang dengan posisi berdiri dan berteriak. Sekilas, siluet monumen ini tampak seperti Patung Dirgantara yang ada di Pancoran dan sekarang menjadi salah satu spot foto dan wisata sejarah kemerdekaan dari Wana Wisata Sumberboto. 

Patung Pancorannya Jombang


Sedangkan di samping kolam renang terdapat taman bermain yang wahananya seadanya seperti jungkat-jungkit dan ayunan. Perosotan yang ada cukup berbahaya untuk dimainkan karena punya kemiringan yang tajam. Perosotan berbahaya ini tidak disarankan untuk dimainkan anak-anak maupun dewasa.

Sangat curam dan akhirnya njlongop


Hutan Fangorn nJombangan


Menurut Jombang City Guide, pesona paling unik dari Wana Wisata Sumberboto adalah hutan kayu ulir yang merupakan ranting pohon yang menjuntai-juntai seperti yang dipakai Tarzan mengayun dari satu pohon ke pohon lainnya. Uniknya, juntaian dahan dan ranting pohon ini, begitu menarik karena bentuknya yang meliuk-liuk seperti terpilin.




Kayu-kayu menjuntai dari pohon-pohon raksasa ini seperti ulir yang unik dan bisa dijadikan spot foto oleh para pengunjung. Bentuknya bahkan ada yang seperti mie, hingga begitu menarik. Beberapa ada yang memilin satu sama lain, saling mengulir di sana-sini sehingga menciptakan background potret yang sangat eksotis.




Kayu-kayu ulir ini berasal dari pepohonan yang tumbuh rindang di samping arena bermain. Rupanya, akar berulir ini dari pohon akar langit yang banyak tumbuh di lokasi. Spot ini kemudian disebut Taman Oyot oleh pihak perhutani karena banyaknya akar yang menjuntai.

Jombang City Guide sempat melihat satu keluarga bahagia yang melintasi jalur ini. Di bawah kerimbunan pohon terdapat jalur trekking yang cukup memancing imajinasi tentang kisah horor khas kegelapan hutan. Tapi kalau berjumpa Totoro okelah, lucu dan bisa diajak terbang. Kalau kesasar masuk gerbang karena kena mantra Yubaba ala Spirited Away itu yang lumayan ndrawasi





Tapi membayangkan juntaian ranting dan akar yang menjalar-jalar mengingatkan Jombang City Guide pada Hutan Mirkwood. Mungkin juga ini adalah lengan para Ent, bangsa pohon. Sebagai penggemar film Lord of The Rings, rasanya seru juga seperti berada di bawah naungan Bangsa Ent, seperti Pippin dan Merry yang digendong oleh Treebeard.





'Lengan' para Ent ini memang menciptakan suasana hutan yang begitu unik seperti di Hutan Fangorn tempat dihelatnya Entmoot. Juntaian 'lengan' ini berasal dari pohon yang tak hanya terpilin ke bawah tapi ke segala arah.


The Baby Groots

Hutan Fangorn, rumah para Ent

Treebeard


Bisa jadi dahan-dahan ini adalah bagian dari lengan ajaib The Groot, makhluk pohon yang imut mungkin adalah kerabat dari Treebeard yang merupakan anak dari Entwives yang sudah tak pernah dijumpai lagi. #halah #oposeh 


Jalan masuk Hutan Fangorn nJombangan

Fangorn atau Mirkwood???

Sumberboto yang sebenarnya memang sebuah mata air yang keluar dari celah tumpukan bata yang sudah tak beraturan yang ada di balik akar Pohon Bendo. Karena mata air yang memancar di antara tumpukan bata, sumber air ini kemudian disebut Sumberboto. Dulunya, Sumberboto dinamai Sumber Pangkat oleh Pasukan Wanara. Karena banyaknya pengunjung yang mencari pesugihan akibat efek nama tersebut, akhirnya nama itu diubah menjadi Sumberboto.



Sumberboto memang tak sendiri sebagai sumber mata air yang ada di lahan wisata seluas 10 hektar ini. Ada tiga sumber mata air yang ada yaitu Sumber Kembang, Sumber Gondang dan Sumber Boto. Air dari mata air Sumberboto dialirkan ke Sumber Gondang untuk dialirkan ke MCK dan juga digunakan untuk pengairan sawah penduduk sekitar. Sedangkan yang berasal dari Sumber Kembang dialirkan ke kolam renang.




Di antara taman bermain dan kolam renang anak-anak, terdapat sebuah kolam yang disebut Sumber Kembang. Kolam ini disinyalir berasal dari mata air Sumber Kembang dan tampak dibiarkan dan tidak dibersihkan. Uniknya, meski terkesan dibiarkan, air kolamnya sangat jernih dan di airnya mengalir keluar dari saluran air di sampingnya. Pengunjung bisa membasuh wajah dan kungkum sikil di aliran air di samping Sumber Kembang.


Di dalam kolam Sumber Kembang terdapat ikan-ikan dan pecahan batu bata. Yang janggal adalah pecahan batu batanya tampak begitu besar, lebih besar dari batu bata zaman modern. Dari pecahan itu pula terlihat bahwa batu bata ini disinyalir adalah bagian dari sebuah reruntuhan candi atau pemandian kuno. Entah apa hubungannya dengan sumber air di Sumberboto sendiri, namun kolam ini makin menguatkan dugaan bahwa Sumberboto dulunya adalah bagian dari situs peninggalan kerajaan Majapahit yang ibukotanya bertahta di wilayah yang kini bernama Mojoagung dan sebagian Mojowarno.


Kecurigaan ini bukan hal yang berlebihan, mengingat ditemukannya artefak mirip boneka bersejarah di sumber air sumberboto dan titik ini sendiri berada tak jauh dari tapal batas kota raja sang Wilwatikta, yaitu Yoni gambar dan Situs Umpak Grobogan. Bisa jadi Candi Ruk Rebah dan candi-candi lainnya yang dimasud Laskar Mdang di Kitab Negarakertagama juga berada di titik ini. 



Untuk mencapai mata air Sumberboto ini pengunjung diharuskan berjalan kaki naik turun bukit sejauh sekitar 1km karena mata air berada jauh di dalam hutan. Terdapat papan penunjuk jalan di dekat lahan parkir untuk menuju sumber mata air ini.


Saat sampai di sumber mata air terlihat jelas airnya begitu jernih sebagai sumber kehidupan. Pengunjung pun bisa duduk diantara bebatuan besar sambil membasuh badan dan merendam kaki dengan kemurnian air yang sejuknya sampai ke ubun-ubun. Bahkan karena begitu beningnya, airnya bisa langsung diminum.


Pintu masuk mata air cukup sempit dan hanya muat untuk satu orang seperti masuk ke lorong gua. Lokasinya membentuk lingkaran dan tersembunyi di balik rimbun pohon bendo yang diameternya mencapai lebih dari 40 cm. Di sekitar mata air diantara tumpukan bata, ditemukan artefak kuno berbentuk boneka. Mungkin artefak tersebut adalah arca dalam bentuk kecil sehingga mirip boneka.



Tumpukan batu bata besar berukuran30x22 cm dengan tebal sekitar 8 cm adalah ciri khas batu bata kuno penyusun sebuah candi. Susunan bata itu masih terlihat, namun sudah berserakan dan bercampur dengan tanah dan rerumputan liar. Bangunan bersejarah sudah tak terlihat lagi dan bentuk awal candi sudah tak bisa diperkirakan.


Berdasarkan cerita penduduk setempat, banyaknya susunan batu bata kuno berkuran jumbo adalah sebuah candi. Disinyalir, bebatuan ini merupakan tumpukan bata yang dulunya merupakan cikal bakal candi yang digunakan untuk pemandian kuno. Menurut legenda setempat, Candi Sumberboto tak sempat dibangun karena matahari sudah terbit. Oalah, mirip seperti legenda Roro Jonggrang dengan Candi Sewunya ya. Xixixixix…….


Karena letaknya yang tersembunyi di balik perbukitan, mata air Sumberboto dikenal wingit. Sekelompok orang juga percaya sebagai tempat sakral, lalu menjadikan lokasi ini sebagai trmpat pertapaan dengan puasa penuh. Pengunjung yang mengambil batu bata tanpa izin, seringkali mengalami sakit tiba-tiba atau mendadak tak bisa berjalan normal. Karena begitu ‘wingit’nya, beberapa orang yang berniat jahat diduga lenyap ditelan bumi dan ditemukan esok harinya tersembunyi di bawah pohon. Mungkin mereka baru saja diculik jin, masih untung bisa kembali.


Sayangnya, lokasi yang menjadi mata air Sumberboto ini sudah tidak terawat. Sumber mata air yang dikelilingi pagar berduri, sebagian pagarnya malah sudah jebol. Melihat kondisinya, mata air ini sudah jarang didatangi pengunjung. Selain karena jauh, juga karena penampilan mata air Sumberboto yang berada di ketinggian 350 mdpl ini tak menarik lagi.


Padahal mata air Sumberboto dulunya adalah sumber mata air terbesar di lokasi dan digunakan sebagai tempat pemandian oleh masyarakat setempat. Sumberboto juga merupakan salah satu mata air yang tidak pernah kering sepanjang tahun, di tengah mata air yang lain di Jombang dan khususnya di Wonosalam yang sudah makin kritis dan banyak yang sudah menghilang. Padahal mata air ini adalah pemasok air untuk Sungai Brantas yang menjadi sumber kehidupan di Jawa Timur.


Sudah banyak bermunculan destinasi wisata sejenis rintisan warga maupun dari kepemilikan pribadi, terutama di wilayah Wonosalam dan Jombang Kota. Bahkan sekilas, penampilan Wana Wisata Sumberboto ini mirip dengan Wisata Lembah Giri yang juga menawarkan fitur serupa. Karena inti Wisata Sumberboto adalah wisata hutan, sejarah dan kolam renang, tak bisa dipungkiri bila tak segera dipoles kunjungan wisata di destinasi ini akan makin menurun.


Potensi Wana Wisata Sumberboto masih sangat besar. Pengelola harus segera menambah wahana maupun fitur yang ada di lokasi wisata menjadi destinasi yang sedang digemari selera pasar. Seandainya dipoles lagi dengan ditanami aneka bunga sebagai pagar hidup di kanan dan kiri jalan, atau tanaman hias lain untuk sarana edukasi, pasti nantinya Sumberboto bisa seindah Keukenhoff seperti di Belanda dan mengungguli Taman Sayur Banjarsari.



Kolam renang mungkin sudah biasa, tapi kesegaran airnya yang langsung dari mata air mungkin bisa menjadi nilai tambah untuk mencoba kesegaran pemandian Sumberboto. Monumen Wanara sebagai spot destinasi sejarah, maupun reruntuhan situs kuno di mata air Sumberboto juga merupakan kelengkapan wana wisata ini. Tapi hutan kayu ulir merupakan fitur paling unik di Sumberboto. Tertarik mencoba mengayun juntaiannya ala Tarzan?? Auuooooooooooooo…….


Setelah main ayunan, ternyata juntaian dahan tadi adalah lengan The Groot. Bisa jadi hutan ini adalah bagian dari kampung halaman para Ent. Apa ada Entwives di sini??? atau Leaflock dan Skinbark? Ssstt.... Jangan ribut, atau mainan tarzan-tarzanan. Ini dekat Isengard. Nanti kalau Saruman bangun, bisa disihir kamu!



Wana Wisata Sumberboto
Jalan Wanara, Tempuran
Dusun Sedah, Desa Japanan
Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang
Buka setiap hari
Pukul 07.00 – 16.00 WIB
Menyediakan bumi perkemahan, wisma, pendopo
dan taman bermain sebagai sarana rekreasi keluarga

1 komentar:

  1. Tempat ini banyak bata kunonya, kuburan dekat sana juga full batu candi

    BalasHapus

Tentang Jombang Lainnya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...