Sabtu, 03 Desember 2011

'Pentas Wayang' Mistis Gunung mArgowayang



Gunung Argowayang adalah salah satu bagian dari gugusan pegunungan Anjasmoro di sisi Wonosalam Selatan. Puncak Argowayang tercatat setinggi 2197 mdpl. Puncak Argowayang merupakan titik tertinggi kelima dari seluruh gugusan pegunungan Anjasmoro. Tak terlalu tinggi memang, karena kawasan Wonosalam Selatan ibarat kaki Gunung Anjasmoro yang berakhir dekat di  daerah Kandangan –Kediri dan Pujon-Malang. Meski tak terlalu tinggi, Puncak Argowayang tercatat lebih tinggi dibanding Puncak Cemorosewu dari Gunung Gede Anjasmoro di posisi keenam yang ada di Carangwulung.

Di peta, Gunung Argowayang masuk daerah Pujon-Malang dan sedikit wilayah Kandangan-Kediri. Jika kita melihat pegunungan dari arah Pujon, akan terlihat deretan perbukitan yang membentang di sebelah utara yang merujuk ke kawasan Wonosalam bagian selatan. Bentangan kawasan juga menjadi bagian dari kisah penduduk yang berkembang di Jarak, Desa Wonomerto dan Desa Galengdowo yang masuk Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang. 


Ada beberapa versi yang berkembang, dimana Gunung Argowayang merupakan sebuah gunung yang ada di daerah Pujon sesuai peta. Sedangkan ada yang menyatakan bahwa Margowayang merupakan deretak perbukitan yang berlapis-lapis yang mengelilingi Argowayang. Versi lain menyatakan gunung ini sebenarnya bernama Margowayang, yang lalu kemudian berkembang menjadi Argowayang atau sebaliknya. 

Sedangkan penduduk Galengdowo dan Wonomerto meyakini ada sebuah gunung lain yang terlihat dari kawasan mereka tinggal yang kerap disebut gunung Margowayang. Sedangkan Gunung Argowayang sendiri pastinya susah diamati dari kawasan Wonosalam selatan karena letaknya yang berada di tengah-tengah pegunungan dan tertutup oleh deretan perbukitan.

Dari tiap kawasan memang didapat perbedaan pemahaman akibat sudut pandang yang bersumber dari kearifan lokal masing-masing wilayah. Ada kesamaan nama diantara keduanya, dengan beda huruf M di bagian depannya. Belum diketahui pasti apakah dua gunung ini merujuk pada gunung yang sama, atau bahkan berbeda. Yang jelas, ada kesamaan legenda kisah mistis yang menarik yang merebak di seantero Wonosalam dari kawasan selatan sampai utara, yang memang tercermin dari nama gunung ini, (m)Argowayang. 

Nama Argowayang, berasal dari kata Argo dan Wayang. Argo artinya gunung dan wayang merupakan ‘boneka’ pementasan siluet yang kerap diiringi dengan tabuhan gamelan dan identik dengan budaya Jawa. Sebutan wayang tersemat dalam nama gunung ini karena ketika fajar menyingsing dan mentari terbit dari timur, cahaya sinar matahari menembus atas deretan gunung yang berjajar rapi lalu menciptakan keelokan siluet layaknya sebuah pementasan wayang.

Nama-nama bukit di sekitarnya banyak yang menggunakan sebutan dari tokoh pewayangan. Sebut saja ada Bukit Semar, Bukit Bagong, Bukit Mintorogo, dan Bukit Pitruk dan masih banyak lagi. Tak heran memang bila unsur nama wayang tersemat dalam sebutan Gunung Argowayang, karena banyak elemen dari kearifan lokal yang seakan berpadu dengan harmonisnya.

Versi lain dari Pujon memiliki filosofi sendiri yang mengartikan 'margo' artinya jalan, sedangkan 'wayang' adalah tokoh ksatria. Jika digabungkan, Gunung 'Margowayang' artinya Gunung Tempat menempa para ksatria menuju jalan keutamaan.

Legenda Pertarungan Joko Lelono dan Raden Baron Kusumo yang mungkin menjadi salah satu detail yang menunjukkan kawasan ini memang merupakan lokasi tempat menempa para ksatria. Dikisahkan keduanya memang tewas dalam pertempuran, dimana satunya teguh untuk menggapai keinginannya sedangkan yang lain kukuh melindungi orang yang dikasihinya. Kisah kecil yang menjadi dari Gunung Anjasmoro bagian selatan ini seakan menunjukkan memang bukan jalan yang mudah menjadi ksatria.


Terdapat cerita penduduk setempat tentang legenda alunan gamelan misterius yang kerap terdengar di waktu-waktu tertentu. Menurut para sesepuh desa, dulunya di daerah lereng Argowayang sering terdengar bunyi gamelan terdengar sayup-sayup. Alunan musik khas tanah jawa yang menjadi backsound pementasan wayang ini sering terdengar, apalagi saat saat malam suro, meski sedang tidak ada pementasan wayang.

Bisa jadi, nama Margowayang berasal dari kata 'margo' yang artinya karena / sebab, adanya bunyi-bunyian misterius yang seperti alunan pementasan wayang. Jadi Margowayang bisa diartikan karena ada wayang. Meski kini perkembangannya nama Argowayang lebih populer dan menjadi nama resminya. Karena itu Jombang City Guide cantumkan huruf 'm' di depan Argowayang di judul. Soalnya masih rancu. Hehehehhee.....  



Suara gamelan mistis terdengar dari balik lapisan-lapisan pegunungan ini,
btw Jombang City Guide belum punya potret Gunung Argowayang yang layak. Sementara, potret yang ditampilkan masih berupa lapisan pegunungan Anjasmoro via Desa Jarak. Mungkin ada kawan yang punya potretnya yang keren???

Menariknya, legenda bunyi gamelan wayang ini tak melulu berkembang di kawasan Wonosalam Selatan. Wonosalam Utara juga punya narasi yang sama persis, namun obyek yang dikisahkan adalah Bukit Selo Ringgit. Alunan gamelan mistis inilah yang juga menjadi bagian dari Legenda Joko Mujung dan Sang Boklorobubuh yang berkembang di kawasan Wonosalam Selatan.

Peristiwa jatuhnya pesawat di Wonosalam yang terjadi tahun 1960an di kawasan selatan dipercaya karena kacaunya sinyal akibat bunyi-bunyian misterius seperti alunan gamelan pementasan wayang sehingga mencelakakan seluruh penumpang dan awak pesawat. Puing-puing pesawaat naas itu, kini masih bisa dilihat di Puncak Cemorosewu dan kaki bukit di bawahnya.

Belum diketahui jelas darimana dan sebab suara misterius itu muncul. Meski ada kesamaan kisah dalam legenda tersebut, pastinya cerita rakyat ini bersumber dari satu peristiwa yang sama, dimana kedua gunung Argowayang, Selo Ringgit, maupun yang disebut mArgowayang itu memang berada dalam selimut misteri di balik megahnya gugusan pegunungan Anjasmoro.

Hingga kini, sumber bunyi gamelan itu masih menjadi misteri dan menjadi cerita unik yang diwariskan penduduk setempat secara turun temurun. Sayangnya, bunyi misterius itu kini sudah punah dan tak pernah terdengar lagi. Para pemuda setempat hanya mewarisi kisah tersebut, tanpa pernah mendengar langsung alunan pengiring pementasan wayang misterius itu.

Dari nama dan dongeng yang unik ini, akhirnya penggerak pariwisata Wonosalam Selatan terinspirasi untuk menggunakan nama Argowayang sebagai nama mereknya. Mulai dari nama pendakian, nama merek kopi, maupun aneka lokasi wisata. Tercatat beberapa nama seperti Kopi Wonosalam Argowayang, Argowayang Kompeni Waterpark Galengdowo, dan Pendakian Anjasmoro via Argowayang yang tujuannya untuk mencapai Puncak Tapak Bunder.

Pendakian ke Gunung Argowayang sendiri juga masih belum populer karena lokasinya benar-benar terperncil 'seakan tak ada manusia' yang pernah ke sana. Gunung Argowayang sendiri, memang berada di tengah-tengah deretan pegunungan Anjasmoro kawasan selatan dan hanya akan terlihat ketika dilakukan pendakian di salah satu titik dari perbukitan yang mengelilinginya. Ibaratnya, 'perlu berhari-hari' menuju ke sana karena terlalu jauhnya.

Meski demikian, tetap ada sekelompok 'monster' yang pergi ke sana. Dari penuturan para monster itu pendakian ke Argowayang mungkin lebih baik dilakukan dari Pujon karena lebih dekat. Namun, medan terjal tetap menjadi ganjalan. Sedangkan jalur pendakian dari Wonosalam juga tak kalah menarik, terutama saat melalui Gunung Pegat yang nama lokalnya adalah Gunung Gapit, Tepak Ayem, maupun Tapak Bunder.

Puncak Argowayang diterpa sinar mentari pagi, dilihat dari Puncak Banyangan Bukit Semar dekat Wonosalam Utara

Uniknya, meski terkesan begitu misterius karena lokasinya yang terpencil, saat tiba di Puncak Argowayang sendiri, tak banyak yang bisa ditemukan. Maksudnya, potensi di Argowayang pun tak terlalu banyak. Pemandangan hanya berkisar pohon-pohon hutan yang gelap tanpa pemandangan ikonik seperti layaknya panorama yang didapat ketika kunjungan ke Puncak Cemorosewu atau pun kebanggaan karena mencapai Puncak Kukusan Sang Boklorobubuh yang bergengsi.

Seorang guide pendakian dari Desa Jarak pernah menyatakan bahwa destinasi ke Puncak Argowayang memang tak semegah puncak-puncak lainnya di Gugusan Pegunungan Anjasmoro. Namun dari penuturannya yang didapat berdasarkan cerita penduduk setempat, ada kisah menarik sekaligus mengerikan yang tersembunyi di balik gelapnya Gunung Argowayang.

Cukup ngeri sebenarnya yang dikatakan bahwa tak jarang, penduduk maupun pendaki yang mengunjungi Gunung Argowayang akan menemukan tulang belulang manusia yang tergeletak di salah satu sudut gunung yang sangat terpencil itu. Tak dijelaskan lebih rinci  kondisi tulang belulang yang ditemukan. Mungkin tengkoraknya tak lagi utuh, bisa jadi karena dimangsa hewan buas. 

Sampai sekarang, tak diketahui asal muasal tengkorak tersebut, namun diperkirakan mereka adalah orang yang kehabisan bekal perjalanan dalam penjelajahan hutan. Versi lain menyatakan alunan gamelan mistis itu seakan menghipnotis orang tertentu untuk terhanyut pergi ke sana, dan tak kembali lagi. Penduduk percaya bahwa pemilik tulang belulang tersebut adalah orang yang tersesat karena dibawa makhluk halus. Karena lokasinya yang terpencil dan tak ada yang kesana, sehingga orang tersebut 'ditinggalkan' saja kemudian mati karena kelaparan atau tersesat. Waduh mistis yaaa....

Bila kita melakukan pendakian ke sana, mungkin kita tak lagi bisa menemukan tulang belulang itu lagi. Ini disebabkan, penduduk setempat yang sedang menjelajah hutan sudah menguburkan tulang-belulang itu di tempatnya, yang sudah tak bisa diingat lagi lokasinya. Meski demikian, kisah tentang tulang belulang itu masih menjadi detail penting dari catatan mengenai Gunung Argowayang. Atau kamu mau kesana siapa tau nemu apa gitu??!?!?!?!??!!!!

Tahun 2016 dibuka rute pendakian Anjasmoro via Argowayang yang menuju Tapak Bunder sebagai destinasinya. Destinasi Puncak Tapak Bunder ini agaknya sebagai pelipur lara dan pendakian ringan untuk para pecinta nanjak sekalian, karena sulitnya medan menuju Argowayang dari Wonosalam Selatan. Namun, dari puncak Tapak Bunder para pendaki bisa melihat 'pagelaran wayang' eksotis Gunung Argowayang ketika sinar mentari menciptakan siluet apik yang menjadi kebanggaan Wonosalam Selatan bila cuaca mendukung.

Jika para pecinta nanjak sekalian masih punya hasrat untuk menambah daftar penaklukannya, Argowayang masih tersedia untuk digapai. Memang tak banyak akses menuju ke sana, namun Wonosalam selatan punya beberapa pilihan guide untuk memandu para pendaki sekalian untuk mencapai puncak kelima tertinggi dari seluruh gugusan Pegunungan Anjasmoro.

Btw, Gunung Gapit di Wonosalam Selatan juga sangat menggoda untuk ditaklukkan. Gunungnya punya aneka eksotisme yang tersembunyi, dan  sangat unik karena memiliki dua puncak seperti terbelah. Karena itu, Gunung Gapit yang punya ketinggian lebih dari 2000 mdpl disebut Gunung Pegat di dalam peta. Kenapa tidak mencobanya juga????

Gunung Argowayang menambah daftar nama gunung berawalan Argo seperti Argoraung, Gunung Argolasem di Rembang, Argowilis di Ponorogo, dan Gunung Argopuro di Probolinggo. Kok berasa ngomongin nama-nama kereta api ya??? Ayo, kapan jalan-jalan di Argowayangnya Jombang??? Atau mau menaklukkan Argowayang yang sebenarnya????

Gunung Argowayang
via Wonosalam Selatan
Desa Galengdowo, Desa Jarak, Desa Wonomerto
Kabupaten Jombang

Gunung Gede Anjasmoro dari Desa Jarak Wonosalam

Terimakasih untuk Mas Daniel Gunung Bagging atas foto Puncak Argowayangnya,
Kapan ke Argowayang????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang Jombang Lainnya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...