Rabu, 09 Oktober 2019

Si Manis Jumbo Salak (Baron) Galengdowo


Tak melulu bumi durian, Wonosalam juga merupakan penghasil salak berkualitas. Komoditas salak yang bisa dipanen sepanjang tahun benar-benar menguntungkan petani. Bahkan seluruh penjuru Wonosalam adalah penghasil salak. Galengdowo dan sekitarnya merupakan pusat kebun salak Galengdowo yang menjadi primadona kebanggaan Wonosalam selatan.

Salak Galengdowo memang terasa lebih istimewa. Salaknya terkenal sangat manis, tanpa rasa kecut sama sekali. Ukurannya besar dan begitu renyah. Dari ukurannya, Salak Galengdowo jelas memiliki daya tarik yang disukai penjual dan pembeli. Selain penampilannya yang sangat menggiurkan, rasanya juga enak. Salak Galengdowo ini pun makin menggoda dan cocok sebagai oleh-oleh yang istimewa bagi penerimanya.



Komoditas salak Galengdowo rupanya sudah dibudidayakan para petani di Wonosalam sejak puluhan tahun lalu.  Awalnya bibit Salak Galengdowo dibawa dari Salak Pondoh Sleman. Karena dibudidayakan di lereng Anjasmoro, akhirnya salak beradaptasi dan ‘bermutasi’ memiliki rasa yang berbeda dari indukannya. Salak Galengowo dikenal sangat manis, tanpa rasa kecut sama sekali. Rasanya renyah, dan berair. Ukurannya yang besar, membuat siapapun yang melahapnya pasti terkesan. Ukurannya besar, manis pula.


Letak Galengdowo yang berada di ketinggian 482 mdpl membuat hawa desa yang berbatasan dengan Medowo, Kediri ini terasa lebih sejuk dibandingkan kawasan Wonosalam lainnya. Suhu yang berada pada kisaran 25-28 derajat celcius, menjadikan siang hari di Galengdowo pun terasa sejuk. Tingkat kesuburan tanahnya tinggi, didukung kondisi geologi desa yang sebagian besar berkontur tanah alluvial hitam yang kaya humus.


Salak memang cocok tumbuh di tanah basah, namun tidak tahan genangan air, serta memerlukan tanah gembur yang banyak mengandung bahan organik. Kondisi tanah yang sangat subur dengan pH yang tepat, menjadi syarat tumbuh salak pondoh yang berkualitas tinggi. Salak Galengdowo bisa dikatakan sangat produktif. Para petani salak mengaku bisa memanen salak lebih dari empat kali dalam sebulan.


Tak heran jika kemudian, Salak Pondoh tumbuh subur dan bertransformasi menjadi Salak Galengdowo yang lebih nikmat dari indukan aslinya. Menariknya, di musim hujan ukuran salak yang dihasilkan bisa semakin besar dibandingkan yang dipanen di musim kemarau.

Masih berduri

Buah berkulit sisik ala Galengdowo ini akan menghasilkan ukuran yang makin besar saat musim penghujan, karena pohon-pohon salak akan ternutrisi dengan optimal. Abaikan pertimbangan ukurannya, Salak Galengdowo begitu istimewa karena tetap tersedia sepanjang tahun. Jadi tak perlu menunggu musimnya untuk menikmati pengalaman memetik buah salak langsung dari pohonnya.

Si Buah Berkulit Sisik dari Galengdowo ini punya karakteristik yang buah bagian atas kerucut dan cembung ginuk-ginuk dengan ukuran yang kebanyakan jauh lebih besar dari buah salak pada umumnya. Daging buahnya tebal berwarna putih agak kekuningan dengan bentuk biji normal seperti salak pada umumnya, meski ada yang bilang lebih gepeng dibandingkan Si Kulit Sisik lainnya.

Salak hasil panen di kebun

Warna sisik kulitnya coklat kurma, dengan sedikit warna kekuningan. Yah, miriplah dengan warna kecoa' astaghfirullah, xixixiixixi. Kulitnya mengkilap, membuat tampilannya makin mempesona. Kulit sisiknya ini, terlihat makin mengkilap ketika baru dipanen. Mungkin bisa dikatakan karena faktor fresh dan organiknya. Jadi bisa dikatakan, buah yang punya nama ilmiah Salacca zalacca dari Galengdowo ini tak hanya menggiurkan dari segi rasa, tapi juga menggairahkan dari segi penampilan.

Karena rasanya yang begitu nikmat, Salak Galengdowo bahkan lebih enak dimakan ‘hidup-hidup’, tentu dengan mengupas dulu kulitnya lah yaaa. Yang Jelas, salak Galengdowo tak perlu diolah menjadi aneka olahan salak seperti camilan Snake Fruit yang sedang populer di sudut lain Jombang. Sebab sudah enak!


Dalam metode pertaniannya, para petani Salak Galengdowo menerapkan penggunaan pupuk organik untuk menyuburkan kebunnya. Biasanya, pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kompos dari kulit kopi dan pupuk kandang yang didapat dari kandang sapi perah warga setempat. Sebagai informasi pula, Galengdowo juga merupakan kampung sapi perah di Wonosalam penghasil susu murni yang sudah menjadi penyumbang produk laktasi nasional.


Supaya panen melimpah, para petani Salak Galengdowo tekun merawat kebunnya dengan metode penyerbukan manual. Serbuk bunga jantan ditaburkan ke bunga betina yang ada di tangkai pohon salak. Saat sudah berbunga, bunga yang sudah dibuahi ‘diblongsong’ dengan plastik.


Bayi Salak

Usaha salak Galengdowo makin menjanjikan. Bahkan perluasan kebun salak pernah mencapai 30 hektar, dan minat petani untuk menanam salak makin banyak. Prestasi Gapoktan Galengdowo dalam menjuarai lomba tingkat propinsi dalam kategori Agribisnis Buah. Usaha ini makin berkembang dan membawa korelasi positif bagi para petani lokal termasuk dalam bidang perekonomian masyarakat sekitar serta turut mewarnai perkembangan buah dalam negeri.

Salak Galengdowo terkenal berukuran besar

Para petani kemudian mendapatkan pendampingan dari GAPOKTAN, sehingga terjadi peningkatan hasil yang cukup menggembirakan. Akhirnya dari peningkatan ini, terjadilah panen raya yang sangat membanggakan. Dari sinilah kemudian digelarlah Bancakan Salak Galengdowo, yang merupakan kenduri versi Salak yang mirip dengan Kendurenan Duren yang juga digelar di Wonosalam.

Bancakan Salak Galengdowo merupakan festival panen raya buah bersisik di Galengdowo yang diselenggarakan setiap tahun di Lapangan Desa Galengdowo. Digelar seperti layaknya tumpengan raksasa salak, Si Kulit Sisik ini dibagikan secara gratis pada masyarakat yang hadir sebagai wujud syukur pada Allah atas panen yang melimpah.


Selama ini, Galengdowo lebih dikenal dengan air terjun Tretes Pengajarannya yang menjadi ikon utama destinasi Wonosalam sejak zaman mbah-mbah kita dulu. Kini, munculnya banyak destinasi wisata di Wonosalam jadi makin meramaikan Desa Galengdowo. Apalagi dibuatlah paket Wisata Argowayang Galengdowo dengan segala destinasinya yang menarik, termasuk Wisata Sejarah Gua Jepang, Wisata Edukasi ke Kampung Sapi Perah, maupun Wisata Petik Salak Galengdowo.



Sayangnya bagi yang berminat berwisata petik salak maupun membeli salak Galengdowo sepertinya harus booking dulu. Komoditas andalan Galengdowo ini memang khusus dijual langsung oleh petani di lumbung salaknya sendiri dan tidak dijual di pinggir jalan karena tak semua penjual salak punya stok ready maupun membuka kebunnya setiap saat.


Bila ingin menikmati salak Galengdowo maupun berwisata petik salak, sebaiknya menghubungi Pak Endon (085259005057) selaku Guide Argowayang AgriEduEco Tourism. Pak Endon inilah yang akan menyediakan Si Buah Bersisik langsung dari petani salak Galengdowo telah ready stock maupun yang siap panen.


Pak Endon (085259005057) Guide Argowayang AgriEduEco Tourism
Anehnya, Salak Galengdowo tak punya nama khusus sebagai jargon andalannya. Hanya Salak Galengdowo, sebutannya tanpa ada nama lainnya. Beberapa petani menyebutnya dengan jenis Salak Pondoh Madu, atau Salak Pondoh Lumut dimana nama ini masih mengusung indukan aslinya tanpa rasa lokal. Padahal, sudah jelas rasa Salak Galengdowo sudah berbeda dari indukan aslinya, bahkan jauh lebih enak.


Bila Wonosalam punya dengan sebutan Bido sebagai unggulannya, Salak Galengdowo belum punya julukan khusus. Saudara sekota Salak Galengdowo dari Tembelang, sudah punya nama khusus yaitu Salak Doyong. Sedangkan Salak Galengdowo masih mengusung nama desanya.
Mungkin Galengdowo perlu mengingat legenda yang beredar di Air Terjun Tretes Wonosalam yang menceritakan salah satu episode kehidupan suami Dewi Anjarwati yaitu Raden Baron Kusumo dari Gunung Anjasmoro. Bisa jadi, kediaman Raden Baron Kusumo dulunya ada di Galengdowo, bukan?


Bila Jombang City Guide boleh usul, mungkin Salak Galengdowo dijuluki Salak Baron saja. Selain mengusung legenda lokal kisah Raden Baron Kusumo, juga identik dengan komoditas unggulannya berupa Si Buah Bersisik dengan ukuran besar yang pantas dinobatkan sebagai bangsawannya para salak. Hehehehhe….. Jadi Salak Galengdowo punya julukan yang bernapaskan kearifan lokal setempat. Keren, ‘kan???


Baron juga bisa diartikan sebagai bangsawan. Jadi, Salak Baron Galengdowo, bukan hanya salaknya para bangsawan tapi juga bangsawannya para salak! Hehehehehe…..

Salak Baron Galengdowo
Desa Galengdowo
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang
Tersedia wisata petik salak sepanjang tahun
Info, Booking dan Pemesanan :
Pak Endon Guide Argowayang : 085259005057

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang Jombang Lainnya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...