Jumat, 04 Oktober 2019

Sayur Lompong Anti Plompang-Plompong : Kuliner Tradisional Penyemarak Sumberboto Reborn


Wana Wisata Sumberboto sepertinya tak mau ketinggalan dalam perkembangan destinasi yang sedang menjadi tren saat ini. Selain mempercantik area wisatanya dengan membangun beberapa bangunan baru, arena selfie, maupun menghiasinya dengan berbagai ornamen kekinian, rupanya Wana Wisata Sumberboto juga menawarkan fitur kuliner dalam sajian destinasinya. Dengan tagline ‘Sumberboto Reborn’, fitur kuliner berupa makanan tradisional Nasi Sayur Lompong didapuk menjadi andalan.

Sayur Lompong adalah makanan ‘spesies’ sayuran yang terbuat dari batang umbi talas. Bentuknya panjang dan teksturnya empuk mirip spons. Jadi bukan hanya umbinya yang dimanfaatkan, tapi batangnya juga bisa disantap. Jika sudah disajikan dalam mangkuk, pasti tak ada yang mengira bahwa bahan sayuran itu terbuat dari batang sebuah tanaman.




Batang talas tersebut, bisa diolah menjadi sayur yang lezat seperti lodeh, tumis, balado, bahkan ada pula yang menjadikannya salah satu campuran bubur. Bila sajikan dalam potongan panjang-panjang, sekilas tampilannya jadi seperti sup asparagus dalam versi hijau bersantan.

Hampir bisa dikatakan, sayur jenis ini tidak sama sekali dijual di warung makan, apalagi restoran. Bagi manusia perkotaan, tentunya hidangan ini sudah tak mudah lagi ditemukan, atau bahkan mereka tak mengenalinya. Mungkin akibat sayur ini masih diidentikkan dengan orang susah. Alhasil sayur lompong memang hanya bisa dijumpai sebagai menu santapan pelengkap nasi di kalangan keluarga tradisional pedesaan.

Di masa lalu, memang dua bagian tanaman talas ini dianggap sebagai bagian yang tidak berkelas sama sekali. Satu keluarga yang mengkonsumsi satur lompong bisa dianggap sebagai keluarga kurang mampu. Bahkan pernah ada ungkapan untuk anak yang kurang pintar dengan julukan plompang-plompong yang sebutan ini sepertinya berasal dari kata lompong. Wadanan yang setara dengan istilah plonga-plongo ini muncul karena oknum itu dituduh kebanyakan mengkonsumsi sayur lompong.


Padahal selain nikmat, Sayur Lompong juga mengandung banyak nutrisi yang bermanfaat untuk kesehatan. Tuduhan sebagai makanan yang membuat jadi plompang-plompong sudah tak relevan lagi. Penelitian ilmiah sudah membuktikan bahwa kandungan gizi Sayur Lompong cukup banyak, diantaranya saponin, protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin B1, Vitamin C, kalsium, kalium, fosfor, zat besi, dan masih banyak lainnya. Manfaat gizinya tentu baik pula untuk kesehatan, seperti :
  1. Menangkal radikal bebas
  2. melancarkan proses pencernaan
  3. Menjaga kestabilan tekanan darah
  4. Menyehatkan jantung
  5. Menguatkan sistem kekebalan tubuh
  6. Melawan sel kanker tanpa mengganggu sel sehat dalam tubuh
  7. Menurunkan kadar gula dalam darah
Dari berbagai khasiat yang terkandung di atas, tebuktilah mengapa orang-orang di pedesaan memiliki badan yang kuat. Tidak seperti manusia perkotaan yang hidup bersama polusi kendaraan dan jauh dari hidangan tradisional yang penuh khasiat. Selain karena hawa pedesaan yang bersih, manusia pedesaan begitu bugar karena santapannya yang dianggap ‘makanan tak berkelas’ namun begitu superior dalam kandungan gizinya.

Meski sederhana, sayuran ini malah jadi incaran pejabat. Bisa jadi karena memang rasanya nikmat, atau mereka juga ingin nostalgia kuliner saat mereka masih belum jadi petinggi. Intinya, para pejabat itu juga manusia biasa yang selera lidahnya juga sama dengan kita yang gemar makanan Indonesia yang nikmatnya tak tertandingi.

Talas atau daun keladi sendiri memiliki banyak jenis dan variannya. Lompong atau dahan keladi tidak semuanya layak dikonsumsi sebagai sayur. Hanya jenis tanaman talas tertentu saja yang cocok untuk disayur, disamping dibutuhkan cara dan metode khusus dalam pengolahannya. Beberapa jenis talas yang bisa dimakan adalah Talas Bogor, Talas Bentul, Talas Belitung, Talas Bali, Talas Kimpul, dan Lompong Sagu.

Daun keladi yang bisa dikonsumsi dengan yang tidak, jelas bisa dibedakan. Bila titik tengah pada daun ada tanda merah, berarti bisa dimakan. Sedangkan pada daun talas yang tak terdapat tanda merah di tengah daunnya, maka tandanya itu jenis talas yang tak bisa dimakan. Cara kedua yaitu mengetes getahnya. Bila sangat gatal, berarti tidak bisa dikonsumsi. Sedangkan yang gatalnya masih dalam batas kewajaran, tandanya bisa dikonsumsi.

Mungkin dari sini ungkapan “Tua-tua keladi, tua-tua makin jadi”. Karena daun keladi yang makin tua, selain tak bisa dimakan juga kadar getahnya jelas lebih banyak. Jadi makin berbahaya efek gatalnya.

Metode ketiga, kita lihat jenisnya. Jenis tersebut terlihat dari tipe daun dan batangnya. Talas yang bisa dimakan jenis daunnya lemas. Sedangkan talas yang daunnya kaku dan keras, tidak bisa dimakan. Begitu pula dari jenis batangnya dan besar pohonnya. Talas yang dahannya lemas, itulah yang bisa dimakan. Sedangkan talas yang batangnya kaku berarti tidak bisa dimakan. Tipe yang kaku ini jelas juga susah diolah karena terlalu kerasnya atau tak lagi bertekstur mirip spons. Nggarai kloloten lah.

Talas sente adalah salah satu jenis talas yang tak bisa dimakan. Ukurannya sangat besar, bahkan bisa tumbuh melebihi tinggi manusia Indonesia. Tanaman inilah yang digunakan untuk mencegah hama yuyu kangkang dan anjing tanah pada lahan garapan. Talas sente memang punya getah yang luar biasa gatal dan perih. Selain itu talas Sente digunakan untuk pakan gurami. Kasian guraminya ya, gatelen.

Talas Sente juga temannya Talas kRombang. Karena ukurannya yang sangat besar ini, talas raksasa kerap dijadikan hiasan di taman. Salah satunya Taman Daun Lebar ala Avatar yang ada di Wisata Sumber Bening Kucur Aren. Sayangnya, fitur taman alamnya ini sedang dalam renovasi, sehingga wisatawan hanya bisa bermain di kolam renangnya tanpa mengagumi keindahan taman talasnya yang berukuran raksasa itu.

Spesies Talas Raksasa

Tanaman ini banyak tumbuh di area persawahan dan pinggiran sungai secara liar. Dalam satu tanaman talas, biasanya daun hijau itu berjumlah dua hingga lima lembar. Di tanaman talas itu juga mengandung getah yang bisa membuat kulit gatal.

Pada dasarnya talas bisa membuat kita keracunan, meski memang perlu perlakuan khusus dan teknik yang benar dalam pengolahan sayur lompong. Getahnya bisa menimbulkan gatal di tenggorokan karena mengandung zat kalsium oksalat. Zat Kalsium oksalat ini tidak menimbulkan gangguan serius pada tubuh manusia. Hanya saja, rasa gatal yang ditimbulkan bisa cukup mengganggu.

Kandungan zat kalsium oksalat pada umbi talas hanya bisa dikurangi kadarnya dengan melakukan pencucian dengan banyak air, pengukusan intensif, atau direndam dan direbus dengan air garam.

Jadi entah bagaimana rasanya saat Richard Kyle dan rekannya saat menyantap umbi talas bakar saat survivor di acara MTMA edisi Air Terjun Tretes Pengajaran. Umbi itu hanya dikupas dan dibakar di atas bara api unggun. Mungkin kru syutingnya sudah melakukan proses pengolahan terlebih dahulu ya, karena tak ditayangkan ada adegan gatal-gatal segala. Hehehehhe….

Tanaman yang bisa digunakan sayur dipilih yang berusia sekitar 3 bulanan yang biasanya tingginya sekitar setengah meter. Karena lompong yang enak adalah yang muda, sedangkan yang tua rasanya kurang mantap. Namun, dipilih juga yang tidak terlalu muda supaya ukurannya cukup besar untuk bisa disantap menjadi beberapa porsi.

Untuk memasak sayur lompong, dibutuhkan waktu sekitar 30 menit dimana hidangan ini sebaiknya dimasak sekali makan agar terasa nikmat. Membuat sayur lompong untuk satu mangkuk biasanya dibutuhkan dua batang dahan daun talas. Batang talas harus direbus atau dikukus selama sepuluh menit agar hilang getahnya.

Bumbu yang dibutuhkan yaitu gula aren, bawang merah, bawang putih, cabai, kemiri, kencur, jeruk wangi, daun salam, laos, santan, garam, gula pasir serta jahe. Bisa juga ditambahkan pete, udang, ikan klothok maupun ikan teri.

Berikut resep Sayur Lompong Santan :
Dahan daun talas yang panjang dan dicuci bersih, jangan lupa buang kulitnya. Kemudian dipotong-potong tipis, sekitar 2-3 cm. Rebus setengah matang dengan sedikit garam, lalu dicuci lagi. Bumbu semi opor atau lodeh sangat cocok untuk jenis sayur ini. Potongan dahan talas kemudian diukep bersama bumbu yang sudah dihaluskan hingga layu.
Setelah layu dan bumbu dirasa sudah meresap, kemudian diguyur dengan santan hingga warnanya kekuningan. Sambil menunggu mendidih, larutan santan harus selalu diaduk. Setelah matang, biarkan dingin sejenak supaya bisa disantap hangat.

Resep Tumis Lompong :
Cuci bersih dahan daun talas, potong-potong dan buang kulitnya. Rebus setengah matang, dengan sedikit garam, tiriskan dan cuci lagi hingga getahnya tak bersisa. Tambahkan sejumput ikan teri dan santan secukupnya, dan air secukupnya.
Bumbu terdiri dari 13 cabe rawit, 5 siung bawang merah, 3 siung bawang putih, 3 siung kemiri, garam, gula merah dan minyak secukupnya untuk menumis.
Tumis bumbu ikan teri sampai harum, masukkan sompong yang sudah layu setelah direbus sebelumnya. Tambahkan taburan udang kering atau ikan teri, akan semakin menambah kelezatan. Kadang dibumbui pula dengan ikan klothok. Aduk-aduk lalu tambahkan air dan santan secukupnya. Masak sampai matang hingga kuah menyusut. Koreksi rasa lalu sajikan.


Sayuran tradisional khas pedesaan ini kini ditawarkan sebagai menu andalan Wana Wisata Sumberboto. Destinasi legendaris Jombang yang sedang bertransformasi ini berada di kawasan Perhutani, Jalan Wanara, Tempuran, Dusun Sedah, Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang.

Ditawarkan di Warung Bu Badik, Sayur Lompong ini kini menjadi menu yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Selain menikmati suasana tempat wisata yang kini sudah mempercantik dirinya, bisa juga incip-incip kuliner pedesaaan tradisional yang sudah jarang ditemui di era modern ini. Generasi milenial bahkan mungkin tak mengenali jenis kuliner ini.

Disajikan bersama beberapa pilihan menu lain, Sayur Lompong memang punya rasa yang cenderung dominan dengan bumbu rempahnya. Lompongnya terasa lembut dan tanpa rasa gatal sama sekali. Berarti teknik pengolahannya Sang Koki ahli sudah benar.

Kuliner ala Warung Badik ini sayangnya hanya bisa dinikmati di hari Ahad, dimana Wana Wisata Sumberboto memang sedang berada di puncak keramaiannya. Memang saat weekdays, tak banyak pengunjung yang mampir ke sana, sehingga dapur yang memasak Sayur Lompong belum saatnya mengepul.

Uniknya, sayuran ini mulai dijual di kawasan Wonosalam dimana para wisatawan biasanya berburu kuliner pedesaan yang tak lagi bisa ditemukan di perkotaan. Warung ngGunung di Wonosalam juga menjual menu ini setiap hari. Citarasanya unik, karena ditambahkan ikan klotok sebagai tambahan penyedapnya. Jadi bagi yang ngidam sayur lompong tapi bukan di hari Ahad, mungkin bisa berburu sajian ini di Wonosalam.

Bersama Nasi Jagung

Nasi Jagung, Sayur Daun Racunan, Nasi Tiwul, Sayur Daun Sintrong, Nasi Bumbung dan Sayur Lompong kini menjadi kuliner tradisional andalan Lereng Anjasmoro. Jadi tak melulu kolak ketan durian saja yang menjadi daya tarik. Wisatawan yang kangen hidangan pedesaan, biasanya malah datang jauh-jauh ke Wonosalam hanya untuk menikmati sajian tradisional ini.

Tertarik mencicipinya? Atau malah kangen rasanya untuk nostalgia kuliner pedesaan??? Uuuh... apalagi disantap bareng nasi jagung. Walaaah... ngiler mas brooo... Baiknya langsung werdor ke lokasi sekarang.


Nasi Sayur Lompong Bu Badik
Kawasan Pujasera Wana Wisata Sumberboto
Jl. Wanara
Tempuran, Dusun Sedah, Desa Japanan
Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang
Ready setiap hari Ahad (saja)
Bu Badik : 081

Jangan Lompong, kuliner nikmat anti Plompang-Plompong

1 komentar:

Tentang Jombang Lainnya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...