Perahu berhias kepala naga, kerap digunakan dalam kompetisi balap kano di banyak tempat di Indonesia. Kota-kota seperti Kutai Kartanegara, Surabaya dan banyak kota di Sumatera sering menggelar festival perahu naga tahunan sebagai bagian dari event rutin kotanya. Jombang memang tak punya kompetisi yang demikian untuk meramaikan Sungai Brantas. Namun Jombang punya wahana transportasi tradisional berupa rakit yang biasa digunakan oleh para penduduk untuk menyeberangi Sungai Brantas yang uniknya : perahunya berhias kepala naga.
Wahana transportasi tradisional ini merupakan perahu yang digunakan untuk menyeberangi Sungai Brantas. Kedua dermaga menghubungkan antara Megaluh dan Gebang Bunder, Plandaan. Berfungsi sebagai semacam kapal feri versi tradisional, transportasi ini sering disebut tambang oleh penduduk setempat. Meski tradisional, beberapa penyedia jasa ini menghiasi kapalnya dengan hiasan kepala naga layaknya sebuah Yoni. Jadi, kegiatan nambang serasa seperti sebuah tamasya! Hehehhehe….
Nambang, adalah sebuah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan aktivitas menyeberangi sungai naik
perahu rakit atau getek. Istilah nambang berasal dari kata tambang yang artinya
tali kekang yang besar dan kuat yang biasanya dipakai untuk lomba tarik
tambang. Sedangkan lokasi dermaga pendaratan perahunya kerap disebut Tambang
atau Tambangan. Dulunya, para nahkoda perahu tambang ini menggerakkan perahunya
dari sisi satu sungai ke sisi lainnya dengan menarik tali tambang untuk
mencapai seberang sungai.
Perahu yang digunakan
untuk nambang biasanya berupa rakit atau getek. Getek atau rakit adalah
perahu tradisional yang disusun dari bambu. Kini, rakit-rakit penyeberangan
ditopang dengan tong tertutup sebagai ruang udara untuk menjaga rakit tetap
mengapung. Rakit tambang ini sangat kuat dan bisa mengangkut banyak orang,
bahkan kendaraan bermotor. Bila perahunya besar, nambang juga bisa mengangkut
mobil.
Penggunaan nambang,
didasarkan belum adanya jembatan yang menghubungkan lokasi, sedangkan para
pengendara harus memutar terlalu jauh untuk menuju titik yang dimaksud. Selain
mengakibatkan jarak tempuh yang lebih panjang, tidak adanya efisiensi waktu.
Karena nambang dirasa lebih praktis, banyak penduduk yang masih menggunakan
jasa ini. Untuk mempersingkat waktu dan memangkas jarak memutar, adanya ‘kapal
feri’ berupa perahu tambang ini sangatlah bermanfaat. Dari sinilah,
transportasi penyeberangan sungai berupa perahu nambang ini masih diminati
warga.
Jombang City Guide
sudah pernah membahas mengenai wisata nambang ini namun berada di regional
Mireng, sisi lain dari Megaluh. Bedanya, penyeberangan rakit di Nambang Mireng
hanya untuk orang dan kendaraan roda dua, sedangkan di Gebang Bunder bisa untuk
beberapa kendaraan roda empat sekaligus. Luar biasa!
Karena bisa mengangkut
beberapa mobil sekaligus sekali jalan, transportasi tradisional ini tak lagi
menggunakan metode kuno dengan menarik tali tambang untuk menjalankan perahunya
menyeberangi sungai. Perahu-perahu ini sudah menggunakan tenaga mesin diesel
untuk menggerakkan kapal rakitnya layaknya perahu motor pada umumnya. Peralihan
metode penggerak penyeberangan ini tidak serta merta menjadikan ‘ndiesel’ untuk
menggantikan istilah ‘nambang’. Hingga kini, istilah nambang masih
dipertahankan untuk menyebutkan aktivitas penyeberangan sungai dengan perahu
rakit.
Saat pertama kali mencoba 'wahana' ini dengan kendaraan roda empat, Jombang City Guide merasa takut-takut gimanaaaa gitu. Kuatir tenggelam karena mobil bukan benda yang ringan, bukan??? Tapi kenapa bisa mengangkut sampai empat mobil??? Tapi melihat para pengendara lain, mobil-mobil lain dan mendengar kisah-kisah penyeberangan sebelumnya, rasanya tak ada yang perlu ditakutkan. Tapi tetap khawatir. Mau teriak kok gengsi. Xixixixi....
Sepanjang perjalanan penyeberangan, semua pengendara lain duduk di kendaraannya dengan tenang. Para penumpang mobil bahkan bisa turun dari mobilnya dan berlarian di sisi perahu yang kosong. Beberapa diantaranya banyak yang mengambil gambar. Sembari menyeberang sambil berdoa kuatir kelelep, bapak Bayi Jombang City Guide mengomel karena khawatir. Beda ya : Satu berdoa, satunya ngomel.
Setelah sampai di dermaga seberang dan mendarat dengan aman, rupanya ketakutan tadi tiada guna. Yang ngomel pun sudah berhenti karena kekhawatiran tak terbukti. Sebuah pengalaman yang wajib diulang! Pengalaman sederhana yang cukup mengasyikkan, mengingat ini kali pertama Rombongan Jombang City Guide mencobanya. Sebuah wahana 'rekreasi' yang cukup menyenangkan! Begitu berkesan.
Dulunya, Sungai
Brantas berukuran tiga atau empat kali lebih lebar dari yang sekarang. Pendangkalan
serta material sungai yang terbawa hanyut oleh aliran air membuat ukurannya
menyempit menjadi seperti sekarang. Namun meski ukurannya agak mengecil, Sungai
Brantas tetap menjadi yang terbesar di Jawa Timur.
Sungai legendaris ini
bahkan menjadi dermaga internasional yang begitu ramai untuk jalur perdagangan.
Memang, transportasi utama mulai Kerajaan Mataram Kuno hingga era Majapahit
melalui sungai. Bisa jadi karena jalur darat begitu sulit ditempuh karena medan
terjal, ancaman perampokan, maupun bahaya dari binatang buas seperti yang
tertera di Kitab Negarakertagama.
Karena sejarah panjang
yang melibatkan Sungai Brantas, jangan heran bila banyak tersebar peninggalan
kerajaan kuno, tak Jauh dari pesisir sungai. Situs Purbakala yang masih dalam
satu kecamatan Megaluh yaitu Candi Mireng di Dukuh Panasan dan Petilasan
Dhamarwulan di Sudimoro membuktikannya. Sedangkan Candi Tamping Mojo yang juga cukup
dekat, berada di desa seberang yang masuk Kecamatan Tembelang.
Rekreasi nambang
perahu naga ini sebenarnya bukan wisata sama sekali, tapi lebih tepatnya berupa
moda transportasi tradisional yang terbuka untuk siapa saja. Namun, di zaman
modern ini sudah jarang ada penyeberangan dengan moda transportasi tradisional,
dan bisa dijadikan wahana rekreasi yang menarik untuk anak-anak dari perkotaan.
Sesuatu yang mungkin belum pernah mereka kenal karena lengkapnya infrastruktur
yang ada di perkotaan.
Keponakan Jombang City
Guide yang berasal dari Bekasi, begitu girang saat mencoba ‘wahana’ ini.
Terlebih lagi, rakit yang digunakan begitu besar dan berhias perahu naga di
bagian depannya. Selain tampak begitu apik dan mempesona, rakit ini juga mampu
mengangkut beberapa kendaraan roda empat sekali jalan. Para keponakan ini
sampai tak mau turun dan menyeberang dengan rakit ini hingga berkali-kali.
Meski sudah bolak-balik menyeberang dan belum puas, akhirnya percil-percil ini
harus rela menghentikan kebahagiaannya karena harus melanjutkan perjalanan. Yah
kalau dituruti sih sampe sore jelas gak selesai-selesai.
Ada banyak penyedia
jasa penyeberangan di tambangan di sepanjang Sunga Brantas, yang bisa jadi
dermaga-dermaga yang ada sekarang adalah sisa ataupun kelanjutan dari pelabuhan
kuno di era kerajaan kuno. Dari sekian banyak perahu rakit penyedia jasa
tambangan yang beroperasi, tentunya yang paling spesial adalah perahu dengan
hiasan kepala naga di bagian depannya.
Meski demikian,
perahu-perahu lain yang tanpa dihiasi kepala naga di bagian depannya juga tetap
diminati warga lebih karena karena fungsinya sebagai penyedia jasa
penyeberangan sungai. Lain lagi kalau seperti percil-percil Jombang City
Guide yang memang niat ‘wisata’ nambang menyeberangi sungai, mereka jelas butuh
hiasan naga-nya laaah...
Jika pemerintah
setempat bisa mengelola dan memanfaatkan potensi wisata ini, bukan tidak
mungkin pengunjung dari luar daerah akan berbondong-bondong datang mencoba
wahana transportasi tradisional yang unik dan menarik ini. Pun bila pemerintah
bergeming mengenai potensi ini, wisata naik perahu naga menyeberangi sungai ini
bisa dikembangkan lagi secara swadaya, mengingat tren banyaknya tempat wisata
yang bermunculan dan digagas oleh warga sendiri.
Di Jember,
penyeberangan dengan rakit ini dikemas sedemikian rupa hingga menjadi sebuah
jujugan wisata yang menarik. Wisata perairan dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang lengkap bisa menjadi daya tarik yang mendatangkan banyak keuntungan.
Misalnya masing-masing penumpang disediakan pelampung untuk keselamatan, meski
penyeberangan relatif aman. Para penumpang duduk berderet di kursi yang ada di
rakit yang sudah dihias sebagai ‘pemanis’ kegiatan wisata.
Jombang pun sebenarnya
bisa melakukan hal yang sama. Misalnya dengan membuka dermaga penyeberangan
baru yang khusus untuk wisata penyeberangan sungai, atau keliling sungai
seperti naik cruise di Sungai Boshporus di Istanbul, Turki.
Perahu-perahu berkepala naga diperbanyak kapasitasnya. Untuk makin meyakinkan pengunjung tentang keselamatan selama berwisata, para peserta bisa dipakaikan pelampung ala wahana wisata air seperti di Jember. Selain memenuhi safety standard, juga keren dalam penampilan.
Perahu-perahu berkepala naga diperbanyak kapasitasnya. Untuk makin meyakinkan pengunjung tentang keselamatan selama berwisata, para peserta bisa dipakaikan pelampung ala wahana wisata air seperti di Jember. Selain memenuhi safety standard, juga keren dalam penampilan.
Selain banyaknya
manfaat dari kegiatan yang sepele ini, wisata menyeberangi sungai adalah salah
satu low budget tourism yang cukup seru dilakukan. Anak-anak
yang turut serta dalam rombongan Jombang City Guide senang sekali dengan
kegiatan ini.
Sebenarnya dari
aktivitas nambang ini, selain menyeberangi sungai kita bisa juga menikmati
keindahan pemandangan perairan yang bersih tentunya. Selain
sebagai sarana cuci mata yang murah, menikmati indahnya pemandangan perairan
juga membuat kita bisa mengamati habitat sungai dan sekelilingnya.
Banyak tanaman yang
tumbuh di sepanjang sungai, termasuk sayur-sayuran air yang ditanam penduduk
setempat dan Bunga Widuri yang begitu indah dan unik, dan merupakan bunga
favorit Jombang City Guide selain Bunga Jombang. Selain berwisata menyeberangi
sungai, kita juga bisa thenguk-thenguk
di pinggir sungai. Bersantai dan memandangi sungai, termasuk suatu hal yang
mungkin sudah jarang Jombang City Guide lakukan karena kesibukan mencari nafkah
di weekdays.
Pemandangan di sungai
terpenting di Jawa Timur ini juga tak kalah indah dengan sajian panorama di pesisir seperti di sepanjang pantai utara dan selatan Jawa. Sungainya relatif
bersih dan lebar. Kita bahkan bisa saksikan pemandangan matahari terbenam bila
berada di lokasi saat senja menjelang petang. Siluet perahu yang berlalu lalang
berlatar langit senja tampak begitu mempesona.
Banyak artikel yang
menuliskan bahwa inilah spot terbaik di Jombang untuk mendapatkan pemandangan
cantik Sang Senja yang mempesona. bBisa dikatakan, dari titik ini pemandangan
yang didapat cukup lengkap. Mulai mentari senja yang terbenam dengan indahnya,
sekaligus pantulannya di air sungai berbingkai pepohonan di tepiannya. Ciamik
broh….!!!
Hanya saja, memang
saat petang anak-anak tidak disarankan berada di luar rumah karena pancaran
inframerah begitu mendominasi sehingga energi makhluk alam lain yang sedang
kuat-kuatnya bisa mengganggu ketentraman kita semua. Lagian, waktunya sholat
maghrib juga laaah… mendingan jamaah di langgar terdekat! Jadi, Jombang
City Guide belum berkesempatan untuk kelayapan maghrib-maghrib demi berburu
foto. Foto yang dipajang, masih meminjam dari googling di Gmaps. Matur nuwun,
local guide….
Intinya, menyeberangi
Brantas dengan perahu naga ini selain sebagai moda transportasi juga bisa menjadi sebuah edukasi dan wisata
pengenalan bagi anak-anak mengenai kendaraan tradisional di masa lampau
yang masih digunakan di zaman modern. Biasanya anak-anak perkotaan di zaman
modern sudah jarang yang mengetahui eksistensi jasa penyeberangan sungai dengan
menggunakan perahu rakit.
Dari wisata
tipis-tipis naik perahu naga di Megaluh ini, kita juga sekaligus menapak tilas
masa-masa dimana sungai ini berjaya sebagai jalur transportasi utama pelayaran.
Bayangkan, kapal-kapal perdagangan dan kerajaan berlalu-lalang dan berlabuh di
dermaga ini. Miriplah seperti Raja Hayam Wuruk Sang Prabu
Wilwatikta pulang dari Blitar dan mendarat di Bekel-Perak, tak jauh dari Megaluh.
Sang Baginda melalui Sungai Konto dengan mengendarai jukung yang aliran
sungainya bermuara di Sungai Brantas.
Aktivitas nambang kini
sudah jarang dilakukan oleh pendududuk perkotaan, mengingat mereka sudah
memiliki kendaraan sendiri dan sudah sangat majunya infrastruktur yang
tersedia. Nambang masih banyak dilakukan di desa atau wilayah yang biasanya
tidak terdapat jembatan penyeberangan yang layak. Namun, moda transportasi
tradisional ini masih diminati pemudik ketika musim lebaran tiba.
Bisa jadi dengan
adanya tol Trans Jawa volume pemudik yang menggunakan jasa ini mungkin akan
berkurang. Apalagi bila proyek jembatan Ploso tambahan yang rampung mungkin
jasa ini makin sepi seperti bisnis kapal feri yang ada di penyeberangan
Surabaya-Madura akibat adanya Jembatan Suramadu.
Yang jelas, kita tidak
bisa melawan kemajuan zaman dan pembangunan infrastruktur merupakan sebuah
upaya pemerintah untuk memajukan negeri. Rezeki, Allah yang mengatur, dan
bagaimana kita menjemputnya dengan cara yang halal supaya berkah. Mungkin,
Wisata Nambang Perahu Naga bisa dirintis mulai sekarang sebagai bentuk alternatif
tambahan keuntungan. The Blue
Ocean Strategy.
Semoga dengan ditulisnya
artikel ini, bisa menjadi inspirasi masyarakat untuk memanfaatkan hal sederhana
sebagai hiburan yang mendatangkan keuntungan yang mungkin sudah jarang
dilakukan dan didapat di zaman modern. Eh, serius pemandangane uwapik lho
rek!!!
Wisata Nambang Perahu
Naga Gebang Bunder Plandaan-Megaluh
Dermaga Megaluh - Dermaga Gebang Bunder Plandaan
Kecamatan Megaluh –
Kecamatan Plandaan
Kabupaten Jombang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar