Senin, 06 Agustus 2012

Tamasya Tambangan Perahu Naga : Wisata Penyeberangan Sungai Brantas, Serasa di Selat Boshporus!


Perahu berhias kepala naga, kerap digunakan dalam kompetisi balap kano di banyak tempat di Indonesia. Kota-kota seperti Kutai Kartanegara, Surabaya dan banyak kota di Sumatera sering menggelar festival perahu naga tahunan sebagai bagian dari event rutin kotanya. Jombang memang tak punya kompetisi yang demikian untuk meramaikan Sungai Brantas. Namun Jombang punya wahana transportasi tradisional berupa rakit yang biasa digunakan oleh para penduduk untuk menyeberangi Sungai Brantas yang uniknya : perahunya berhias kepala naga.

 

Wahana transportasi tradisional ini merupakan perahu yang digunakan untuk menyeberangi Sungai Brantas. Kedua dermaga menghubungkan antara Megaluh dan Gebang Bunder, Plandaan. Berfungsi sebagai semacam kapal feri versi tradisional, transportasi ini sering disebut tambang oleh penduduk setempat. Meski tradisional, beberapa penyedia jasa ini menghiasi kapalnya dengan hiasan kepala naga layaknya sebuah Yoni. Jadi, kegiatan nambang serasa seperti sebuah tamasya! Hehehhehe….

Nambang, adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aktivitas menyeberangi sungai naik perahu rakit atau getek. Istilah nambang berasal dari kata tambang yang artinya tali kekang yang besar dan kuat yang biasanya dipakai untuk lomba tarik tambang. Sedangkan lokasi dermaga pendaratan perahunya kerap disebut Tambang atau Tambangan. Dulunya, para nahkoda perahu tambang ini menggerakkan perahunya dari sisi satu sungai ke sisi lainnya dengan menarik tali tambang untuk mencapai seberang sungai.

Perahu yang digunakan untuk nambang biasanya berupa rakit atau getek. Getek atau  rakit adalah perahu tradisional yang disusun dari bambu. Kini, rakit-rakit penyeberangan ditopang dengan tong tertutup sebagai ruang udara untuk menjaga rakit tetap mengapung. Rakit tambang ini sangat kuat dan bisa mengangkut banyak orang, bahkan kendaraan bermotor. Bila perahunya besar, nambang juga bisa mengangkut mobil.

Penggunaan nambang, didasarkan belum adanya jembatan yang menghubungkan lokasi, sedangkan para pengendara harus memutar terlalu jauh untuk menuju titik yang dimaksud. Selain mengakibatkan jarak tempuh yang lebih panjang, tidak adanya efisiensi waktu. Karena nambang dirasa lebih praktis, banyak penduduk yang masih menggunakan jasa ini. Untuk mempersingkat waktu dan memangkas jarak memutar, adanya ‘kapal feri’ berupa perahu tambang ini sangatlah bermanfaat. Dari sinilah, transportasi penyeberangan sungai berupa perahu nambang ini masih diminati warga.

Jombang City Guide sudah pernah membahas mengenai wisata nambang ini namun berada di regional Mireng, sisi lain dari Megaluh. Bedanya, penyeberangan rakit di Nambang Mireng hanya untuk orang dan kendaraan roda dua, sedangkan di Gebang Bunder bisa untuk beberapa kendaraan roda empat sekaligus. Luar biasa!

Karena bisa mengangkut beberapa mobil sekaligus sekali jalan, transportasi tradisional ini tak lagi menggunakan metode kuno dengan menarik tali tambang untuk menjalankan perahunya menyeberangi sungai. Perahu-perahu ini sudah menggunakan tenaga mesin diesel untuk menggerakkan kapal rakitnya layaknya perahu motor pada umumnya. Peralihan metode penggerak penyeberangan ini tidak serta merta menjadikan ‘ndiesel’ untuk menggantikan istilah ‘nambang’. Hingga kini, istilah nambang masih dipertahankan untuk menyebutkan aktivitas penyeberangan sungai dengan perahu rakit.

Saat pertama kali mencoba 'wahana' ini dengan kendaraan roda empat, Jombang City Guide merasa takut-takut gimanaaaa gitu. Kuatir tenggelam karena mobil bukan benda yang ringan, bukan??? Tapi kenapa bisa mengangkut sampai empat mobil??? Tapi melihat para pengendara lain, mobil-mobil lain dan mendengar kisah-kisah penyeberangan sebelumnya, rasanya tak ada yang perlu ditakutkan. Tapi tetap khawatir. Mau teriak kok gengsi. Xixixixi....

Sepanjang perjalanan penyeberangan, semua pengendara lain duduk di kendaraannya dengan tenang. Para penumpang mobil bahkan bisa turun dari mobilnya dan berlarian di sisi perahu yang kosong. Beberapa diantaranya banyak yang mengambil gambar. Sembari menyeberang sambil berdoa kuatir kelelep, bapak Bayi Jombang City Guide mengomel karena khawatir. Beda ya : Satu berdoa, satunya ngomel.

Setelah sampai di dermaga seberang dan mendarat dengan aman, rupanya ketakutan tadi tiada guna. Yang ngomel pun sudah berhenti karena kekhawatiran tak terbukti. Sebuah pengalaman yang wajib diulang! Pengalaman sederhana yang cukup mengasyikkan, mengingat ini kali pertama Rombongan Jombang City Guide mencobanya. Sebuah wahana 'rekreasi' yang cukup menyenangkan! Begitu berkesan.

Silau Men : Eh, salah. Silau Cyiiin...

Dulunya, Sungai Brantas berukuran tiga atau empat kali lebih lebar dari yang sekarang. Pendangkalan serta material sungai yang terbawa hanyut oleh aliran air membuat ukurannya menyempit menjadi seperti sekarang. Namun meski ukurannya agak mengecil, Sungai Brantas tetap menjadi yang terbesar di Jawa Timur.


Sungai legendaris ini bahkan menjadi dermaga internasional yang begitu ramai untuk jalur perdagangan. Memang, transportasi utama mulai Kerajaan Mataram Kuno hingga era Majapahit melalui sungai. Bisa jadi karena jalur darat begitu sulit ditempuh karena medan terjal, ancaman perampokan, maupun bahaya dari binatang buas seperti yang tertera di Kitab Negarakertagama.

Karena sejarah panjang yang melibatkan Sungai Brantas, jangan heran bila banyak tersebar peninggalan kerajaan kuno, tak Jauh dari pesisir sungai. Situs Purbakala yang masih dalam satu kecamatan Megaluh yaitu Candi Mireng di Dukuh Panasan dan Petilasan Dhamarwulan di Sudimoro membuktikannya.  Sedangkan Candi Tamping Mojo yang juga cukup dekat, berada di desa seberang yang masuk Kecamatan Tembelang.
  
Rekreasi nambang perahu naga ini sebenarnya bukan wisata sama sekali, tapi lebih tepatnya berupa moda transportasi tradisional yang terbuka untuk siapa saja. Namun, di zaman modern ini sudah jarang ada penyeberangan dengan moda transportasi tradisional, dan bisa dijadikan wahana rekreasi yang menarik untuk anak-anak dari perkotaan. Sesuatu yang mungkin belum pernah mereka kenal karena lengkapnya infrastruktur yang ada di perkotaan.

Keponakan Jombang City Guide yang berasal dari Bekasi, begitu girang saat mencoba ‘wahana’ ini. Terlebih lagi, rakit yang digunakan begitu besar dan berhias perahu naga di bagian depannya. Selain tampak begitu apik dan mempesona, rakit ini juga mampu mengangkut beberapa kendaraan roda empat sekali jalan. Para keponakan ini sampai tak mau turun dan menyeberang dengan rakit ini hingga berkali-kali. Meski sudah bolak-balik menyeberang dan belum puas, akhirnya percil-percil ini harus rela menghentikan kebahagiaannya karena harus melanjutkan perjalanan. Yah kalau dituruti sih sampe sore jelas gak selesai-selesai.

Manusia Bekasi kegirangan benar melihat panorama Sungai Brantas
Ada banyak penyedia jasa penyeberangan di tambangan di sepanjang Sunga Brantas, yang bisa jadi dermaga-dermaga yang ada sekarang adalah sisa ataupun kelanjutan dari pelabuhan kuno di era kerajaan kuno. Dari sekian banyak perahu rakit penyedia jasa tambangan yang beroperasi, tentunya yang paling spesial adalah perahu dengan hiasan kepala naga di bagian depannya.

Meski demikian, perahu-perahu lain yang tanpa dihiasi kepala naga di bagian depannya juga tetap diminati warga lebih karena karena fungsinya sebagai penyedia jasa penyeberangan sungai. Lain lagi kalau seperti percil-percil Jombang City Guide yang memang niat ‘wisata’ nambang menyeberangi sungai, mereka jelas butuh hiasan naga-nya laaah...

Jika pemerintah setempat bisa mengelola dan memanfaatkan potensi wisata ini, bukan tidak mungkin pengunjung dari luar daerah akan berbondong-bondong datang mencoba wahana transportasi tradisional yang unik dan menarik ini. Pun bila pemerintah bergeming mengenai potensi ini, wisata naik perahu naga menyeberangi sungai ini bisa dikembangkan lagi secara swadaya, mengingat tren banyaknya tempat wisata yang bermunculan dan digagas oleh warga sendiri.

Di Jember, penyeberangan dengan rakit ini dikemas sedemikian rupa hingga menjadi sebuah jujugan wisata yang menarik. Wisata perairan dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang lengkap bisa menjadi daya tarik yang mendatangkan banyak keuntungan. Misalnya masing-masing penumpang disediakan pelampung untuk keselamatan, meski penyeberangan relatif aman. Para penumpang duduk berderet di kursi yang ada di rakit yang sudah dihias sebagai ‘pemanis’ kegiatan wisata.

Jombang pun sebenarnya bisa melakukan hal yang sama. Misalnya dengan membuka dermaga penyeberangan baru yang khusus untuk wisata penyeberangan sungai, atau keliling sungai seperti naik cruise di Sungai Boshporus di Istanbul, Turki.

Perahu-perahu berkepala naga diperbanyak kapasitasnya. Untuk makin meyakinkan pengunjung tentang keselamatan selama berwisata, para peserta bisa dipakaikan pelampung ala wahana wisata air seperti di Jember. Selain memenuhi safety standard, juga keren dalam penampilan.

Selain banyaknya manfaat dari kegiatan yang sepele ini, wisata menyeberangi sungai adalah salah satu low budget tourism yang cukup seru dilakukan. Anak-anak yang turut serta dalam rombongan Jombang City Guide senang sekali dengan kegiatan ini.


Sebenarnya dari aktivitas nambang ini, selain menyeberangi sungai kita bisa juga menikmati keindahan pemandangan perairan yang bersih tentunya.  Selain sebagai sarana cuci mata yang murah, menikmati indahnya pemandangan perairan juga membuat kita bisa mengamati habitat sungai dan sekelilingnya.

Banyak tanaman yang tumbuh di sepanjang sungai, termasuk sayur-sayuran air yang ditanam penduduk setempat dan Bunga Widuri yang begitu indah dan unik, dan merupakan bunga favorit Jombang City Guide selain Bunga Jombang. Selain berwisata menyeberangi sungai, kita juga bisa thenguk-thenguk di pinggir sungai. Bersantai dan memandangi sungai, termasuk suatu hal yang mungkin sudah jarang Jombang City Guide lakukan karena kesibukan mencari nafkah di weekdays.

Pemandangan di sungai terpenting di Jawa Timur ini juga tak kalah indah dengan sajian panorama di pesisir seperti di sepanjang pantai utara dan selatan Jawa. Sungainya relatif bersih dan lebar. Kita bahkan bisa saksikan pemandangan matahari terbenam bila berada di lokasi saat senja menjelang petang. Siluet perahu yang berlalu lalang berlatar langit senja tampak begitu mempesona.

Spot Senja Paling Mempesona Seantero Jombang

Banyak artikel yang menuliskan bahwa inilah spot terbaik di Jombang untuk mendapatkan pemandangan cantik Sang Senja yang mempesona. bBisa dikatakan, dari titik ini pemandangan yang didapat cukup lengkap. Mulai mentari senja yang terbenam dengan indahnya, sekaligus pantulannya di air sungai berbingkai pepohonan di tepiannya. Ciamik broh….!!!


Hanya saja, memang saat petang anak-anak tidak disarankan berada di luar rumah karena pancaran inframerah begitu mendominasi sehingga energi makhluk alam lain yang sedang kuat-kuatnya bisa mengganggu ketentraman kita semua. Lagian, waktunya sholat maghrib juga laaah… mendingan jamaah di langgar terdekat! Jadi, Jombang City Guide belum berkesempatan untuk kelayapan maghrib-maghrib demi berburu foto. Foto yang dipajang, masih meminjam dari googling di Gmaps. Matur nuwun, local guide….


Intinya, menyeberangi Brantas dengan perahu naga ini selain sebagai moda transportasi juga bisa menjadi sebuah edukasi dan wisata pengenalan bagi anak-anak mengenai kendaraan tradisional di masa lampau yang masih digunakan di zaman modern. Biasanya anak-anak perkotaan di zaman modern sudah jarang yang mengetahui eksistensi jasa penyeberangan sungai dengan menggunakan perahu rakit.

Dari wisata tipis-tipis naik perahu naga di Megaluh ini, kita juga sekaligus menapak tilas masa-masa dimana sungai ini berjaya sebagai jalur transportasi utama pelayaran. Bayangkan, kapal-kapal perdagangan dan kerajaan berlalu-lalang dan berlabuh di dermaga ini. Miriplah seperti Raja Hayam Wuruk Sang Prabu Wilwatikta pulang dari Blitar dan mendarat di Bekel-Perak, tak jauh dari Megaluh. Sang Baginda melalui Sungai Konto dengan mengendarai jukung yang aliran sungainya bermuara di Sungai Brantas.


Aktivitas nambang kini sudah jarang dilakukan oleh pendududuk perkotaan, mengingat mereka sudah memiliki kendaraan sendiri dan sudah sangat majunya infrastruktur yang tersedia. Nambang masih banyak dilakukan di desa atau wilayah yang biasanya tidak terdapat jembatan penyeberangan yang layak. Namun, moda transportasi tradisional ini masih diminati pemudik ketika musim lebaran tiba.

Bisa jadi dengan adanya tol Trans Jawa volume pemudik yang menggunakan jasa ini mungkin akan berkurang. Apalagi bila proyek jembatan Ploso tambahan yang rampung mungkin jasa ini makin sepi seperti bisnis kapal feri yang ada di penyeberangan Surabaya-Madura akibat adanya Jembatan Suramadu.


Yang jelas, kita tidak bisa melawan kemajuan zaman dan pembangunan infrastruktur merupakan sebuah upaya pemerintah untuk memajukan negeri. Rezeki, Allah yang mengatur, dan bagaimana kita menjemputnya dengan cara yang halal supaya berkah. Mungkin, Wisata Nambang Perahu Naga bisa dirintis mulai sekarang sebagai bentuk alternatif tambahan keuntungan. The Blue Ocean Strategy.

Semoga dengan ditulisnya artikel ini, bisa menjadi inspirasi masyarakat untuk memanfaatkan hal sederhana sebagai hiburan yang mendatangkan keuntungan yang mungkin sudah jarang dilakukan dan didapat di zaman modern. Eh, serius pemandangane uwapik lho rek!!!

Wisata Nambang Perahu Naga Gebang Bunder Plandaan-Megaluh
Dermaga Megaluh - Dermaga Gebang Bunder Plandaan
Kecamatan Megaluh – Kecamatan Plandaan
Kabupaten Jombang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang Jombang Lainnya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...