Sabtu, 02 November 2019

Kesegaran Es Oyen dan Es Degurian Stadion Merdeka


Jadi kalau dipikir, sebenarnya Es Oyen Stadion ini mirip sekali dengan es campur, hanya saja disajikan dalam gelas-berpegangan dan tak menambahkan pemanis berwarna lagi dalam sajiannya. Es Oyennya juga tak seperti pada pakem minuman aslinya seperti yang ada di Bandung dengan aneka buah tambahan yang semarak. Tapi, elemen cairannya yang berasal dari air kelapa penuh isotonik inilah yang menjadikan es ala Stadion Jombang ini jadi berbeda dari Es Oyen lainnya.


Es Oyen Stadion ini sebenarnya merupakan minuman yang menjadi varian tambahan para pedagang Es Degan di sepanjang Jalan Gus Dur depan GOR. Varian Es Oyen diciptakan untuk makin menyemarakkan dagangan, sehingga pembeli tak hanya bisa menikmati es degan tapi juga es oyen. Berhubung elemennya sama dengan Es Degan Stadion, jadi dengan mudah saja tinggal ditambahkan cacahan agar-agar dan sagu mutiara sehingga tampilannya jadi makin cantik.


Es Oyen adalah Es Degan Ashiq

Kelapa pecah di tempat
Penuh Isotonik : Dari air kelapa asli

Es Oyen berasal dari Jawa bagian barat, yang sebenarnya merupakan kreasi lain dari Es Campur. Namanya yang aneh seperti pelafalan orang cadel saat mengucapkan kata orange ini kemudian menemani Es Degan Stadion, lalu menjadi varian tambahan bagi penikmatnya yang kebanyakan adalah pelancong dari luar kota. Lokasinya yang berada di Jalan Gus Dur dekat Simpang Tiga membuatnya seperti minuman selamat datang bagi para pengendara yang memasuki kawasan kota Jombang.

Es Degavokad dan Es Oyen Stadion

Es Degan Stadion adalah bintang utamanya, kini didampingi Es Oyen dari Bandung ini. Dengan aneka kombinasi jadi Es Degurian dan Es Degavokad menjadi salah satu ikon kuliner khas Jombang dari lini minuman. Meski jalan tol Trans Jawa kini mempengaruhi rute perjalanan para pengendara roda empat, namun kawasan kuliner minuman Es Degan Stadion ini tak kehilangan penggemarnya.

Bersanding kayak manten

Es Degan Stadion sendiri punya keistimewaan berupa adanya penambahan susu kental manis yang tak lagi boleh disebut demikian karena tak lagi dikategorikan laktasi sehingga membuat warna airnya jadi putih seperti susu. Selain itu, tambahan kombinasi aneka buah membuatnya jadi mirip es campur, meski tetap berbeda karena tak memberikan siraman sirup dalam sajiannya.

Es Degavokad adalah apukat kocok dipadukan dengan degan

Tambahan buah yang utama adalah avokad, atau apokat, apukat, alpukat dalam bahasa populernya. Pembuatannya juga cukup mudah, mirip dengan apukat kocok yang kemudian digabungkan dengan air kelapa berikut daging degannya. Dari sini kemudian istilahnya jadi Es Degan-Avokad yang kemudian bisa disingkat jadi Es Degavokad. Varian Degavokad dijual seharga enam ribu rupiah per gelasnya.

Bergaya ala Oktoberfest

Es Degavokad ini tercipta dari adanya seorang penjual Es Degan di dekat Ringin Conthong yang mungkin ingin menambahkan elemen lain dalam degannya. Lalu dia melakukan inovasi berupa  diferensiasi penambahan avokad dalam dagangannya. Bisa jadi karena tak perlu banyak varian buah supaya tak terlalu mirip es campur, dipilihlah avokad yang mungkin jadi preferensinya kala itu.


Kemudian, ada pula tambahan buah durian yang makin membuat Es Degan ini makin spesial. Dari sinilah akhirnya es degan ini kerap disebut Es DegDur GOR karena lokasinya yang memang berada di depan GOR Merdeka. Sayangnya penyebutan Es DegDur GOR membuatnya sulit dilafalkan hingga akhirnya jadi menimbulkan banyak plesetan aneh seperti Es DagDegDOR yang kemudian bisa ditambahkan teriakan kata Daia! di belakangnya. Hadeeeeh. Jadi Es Degurian agaknya lebih mudah untuk menyebutkan minuman satu ini.

Es Degurian dibanderol seharga 8rb rupiah,
Sedangkan Es Oyen Berdurian dihargai 9rb rupiah

Dulunya, buah durian hanya tersedia tergantung musim. Kala itu memang teknologi berupa penyimpanan durian dalam bentuk durian kupas masih belum dikenal sehingga varian ini masih tersedias ecara periodik. Sedangkan varian tambahan buah avokad lebih mudah diwujudkan. Meski sama-sama buah musiman, namun varian tambahan buah avokad biasanya memang lebih mudah jadi opsi.

Es Oyen Berdurian : Itu kelihatan ada duriannya

Sebenarnya, sudah ada es degan serupa di Jombang yang diciptakan oleh Pak Seger dengan nama Degan Ashiq. Pak Seger pula yang pertama kali membuat inovasi berupa tambahan krimer kental manis dan aneka tambahan buah pada es degannya. Pak Seger-lah yang pertama kali mempopulerkan es degan asyiknya ini di Jombang, agaknya minuman ini tak terlalu populer juga karena faktor lokasi dimana hanya dijual di kedai es Pak Seger. Es Degan Ashiq pun kurang membahana karena masih kalah bleger dengan Es Lodehnya yang lebih legendaris.

Punya pendahulu namanya Es Degan Ashiq

Seiring dengan berjalannya waktu, kemudian Es Degurian dan Es Degan Avokad makin merajalela hingga muncul aneka tambahan buah lainnya seperti leci maupun bubuhan nata de coco. Jadi bila ditambahkan leci bisa disebut Es Degavolerian yang merupakan sing katan dari Es Degan-Avokad-Leci-Durian. Sedangkan tambahan nata de coco mungkin jadi Es Decovolerian : Es Degan-NatadeCoco-Avokad-Leci-Durian. Mwahahahahahahha....... Hush! Btw, Enno Lerian apakabar ya?

Cieeeeh masuk foto cieeeeeeeehhh
UNDAR pascakebakaran

Penjual Es Degan Stadion ini berjajar sepanjang jalan mulai Simpang Tiga depan UNDAR,  di berderet di depan GOR, hingga perempatan Stadion sehingga pengendara yang lewat bisa punya banyak pilihan penjual. Mau pilih rombong manapun, cita rasa buatannya tak jauh beda karena yang dijual berupa barang yang sama.


Biasanya, pengendara motor dari luar kota yang ingin melepas penat adalah ‘mangsa empuk’ Es Degan Stadion ini. Anak-anak peserta perjalanan jarak jauh di dalam mobil yang memandangi segarnya Es Degurian yang dijajakan merupakan ‘korban’ lanjutan. Terutama kala mudik lebaran, selesai macet, perjalanan jauh dan sekedar mengambil waktu rehat untuk beristirahat. Di bawah pohon keres, meluruskan kaki yang lelah sambil menikmati es Degan Stadion. Mau duduk di kursinya, atau mau lesehan, tetap sebuah kenikmatan tiada tara.


Sentra kuliner ini sudah ada sekitar lima belas tahun yang lalu, yang berawal dari seorang penjual es degan di depan KODIM ingin melakukan inovasi berupa diferensiasi es degan supaya dagangannya berbeda dengan penjual es kelapa muda lainnya. Laris manis inovasi itu kemudian menggoda penjual lain membuat dagangan serupa. Akhirnya makin banyak penjual es degan yang melakukan duplikasi hingga terjadilah pasar persaingan sempurna.


Meski dagangannya sama, yang dikategorikan pasar persaingan sempurna, mereka punya prinsip rejekine wong dewe-dewe, Gusti Allah yang menentukan. Bahkan mereka rukun di dalam paguyuban dan rajin berkumpul setiap bulan dalam rangka silaturrahmi. Dari sinilah, muncul kartel perdagangan es kelapa muda berupa paguyuban pedagang es degan stadion yang menaungi para pedagang penjual dagangan serupa di kawasan kuliner sepanjang jalan depan GOR.


Bupati Jombang kala itu memberi perhatian dengan menetapkan warna gerobak yang seragam sesuai identik Kota Santri yaitu hijau dan merah. Seiring berjalannya waktu, kemudian tampuk kekuasaan pun berubah merapat ke Partai Pohon Beringin sehingga nuansa merah dihapus dan semua pedagang pun diganti rombongnya menjadi kuning-hijau sesuai arus kuningisasi kala itu. Meski kini singgasana sudah kembali lagi ke nuansa hijau dan merah, tampaknya penguasa yang baru tak terlalu terburu-buru ingin mengganti nuansa sisa kuningisasi itu kembali ke warna yang sesuai dengan ciri khas Jombang.

Degan ijo yang bukan sekedar pajangan

Setiap gerobak memiliki desain beragam, dengan warna yang sama dan tempat khusus untuk butir kelapa muda hijau yang tak hanya sebagai pajangan tapi juga sebagai amunisi perdagangan. Di sampingnya, tampak ada tulisan berupa varian buah tambahan yaitu avokad dan durian. Kemudian berkembang lagi ditambah leci bahkan nata de coco yang mungkin karena ketersediaannya, hanya berupa buah kalengan bukan buah segar maksudnya.


Es Oyen pun tak mau ketinggalan menghiasi rombong Es Degan Jombang ini, yang kemudian menjadi varian lain yang menggoda pengendara yang melintas. Dengan adanya varian Es Oyen ini agaknya Es Degan Jombang jadi makin variatif, hingga bisa dijadikan jujugan jamuan tamu luar kota berupa minuman khas Jombang.


Kawasan ini buka sekitar pukul 08.00 WIB kala penjual mulai berdatangan dan menggelar dagangannya. Memang, Es Degurian dan Es Oyen Stadion ini paling enak diminum kala tengah hari, apalagi dinikmati di bawah pohon keres yang juga ditanam oleh peserta paguyuban Es Degan Stadion. Jadi bisa dikatakan, Es Degan Stadion ini juga bisa disebut Es DPC alias Es Degan di bawah Pohon Carson/Ceres. Hahahhahaha.........




Es Degan ini tutup menjelang maghrib, sekitar pukul 17.00 WIB biasanya pedagang mulai membereskan dagangannya. Lagian gak seru juga minum es degan maghrib-maghrib karena tak adanya penerangan, selain waktu petang juga bukan saat yang baik untuk di luar rumah. Jadi untuk menikmatinya, mohon perhatikan waktu-waktu tersebut.


Kala Bazaar Ramadhan yang digelar di tempat yang sama, biasanya penjual Es Degurian baru akan berjualan ketika waktu ashar yang nantinya akan berbaur dengan penjual dadakan lain selama Ramadhan. Biasanya banyaknya aneka varian minuman lain membuat pilihan Es Degan-Avokad ini jadi agak terpinggirkan. Meski demikian, kalau memang lagi niat beli ya pasti beli aja lah ya.


Jombang sebenarnya punya beberapa sentra kuliner yang memanjakan lidah. Ada kawasan legendaries kuliner Pecel Lele Perak, Kikil Mojosongo yang naik daun, Lontong Balap Sembung yang stagnan, kini juga ada sentra Es Degan Stadion. Jadi pilihan ajak tamu andok kulineran di sentra makanan khas dan ala Jombang makin banyak opsi, selain wisata kuliner makanan enak unggulan dari Kota Santri lainnya. Tinggal pilih, tinggal santap!


Es Oyen – Es Degavokarian Stadion
Kawasan Kuliner Es DegDur GOR Merdeka
Sepanjang Jalan Gus Dur sisi depan UNDAR
Jalan Gus Dur – Ex Jl. Merdeka
Mojongapit, Kabupaten Jombang
Buka setiap hari
Pukul 08.00 WIB – 15.00 WIB


Artikel ini sebenarnya sudah pernah ditulis dalam liputan sebelumnya, berhubung detail belum dibahas secara terperinci sehingga dibuatlah lagi dalam sudut pandang Es Oyennya, meski kebanyakan bahasan masih berupa Es Degurian sebagai primadona utamanya. Selain itu, artikel ini dibuat juga berdasarkan penemuan kopasan mentah-mentah dari sesama blog gratisan yang agaknya mengkloning hampir semua artikel yang ada di Jombang City Guide.


Memang blog itu sudah tak aktif lagi mengkloning semua artikel yang ada di Jombang City Guide. Tapi itu sudah merupakan sebuah bukti bahwa setiap orang bisa mentah-mentah menduplikasi karya orang lain. Tapi kreativitas itu tanpa batas, itulah yang jadi bagian dari yang tak bisa ditiru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang Jombang Lainnya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...