Sabtu, 09 Juni 2018

Wisata Penangkaran Luwak Wonosalam


Bila di Kebun Kelengkeng Suwarno luwak ini dianggap hama yang memakan buah kelengkeng, berbeda halnya di Wonosalam. Luwak-luwak ini ditangkarkan untuk dipelihara dan diberi makan berupa buah kopi yang nantinya diolah menjadi Kopi Luwak, kopi ternikmat di muka bumi.


Bertempat di Kawasan Penangkaran Luwak yang menjadi bagian dari Warung Pojok, di Jalan Arjuno, Desa Sumber, Kecamatan Wonosalam, wisata sederhana tapi unik berupa pemeliharaan luwak dimiliki oleh Pak Satiran. Warung Pojok sendiri adalah depot makan pada umumnya yang cukup ramai dikunjungi para wisatawan. Menunya berkisar Nasi Soto, Nasi Rawon, dan Nasi Rames. Selain itu, Warung Pojok juga menjual kopi luwak bubuk hasil olahan sendiri, termasuk kopi luwak langka nikmat dan hangat yang dibanderol seharga sepuluh ribu rupiah per cangkirnya.


Pak Satiran dan Luwaknya
Pak Satiran mulai menangkarkan luwak untuk produksi kopi ternikmat di muka bumi ini sejak 2011. Awalnya keluarga Pak Satiran hanya memelihara seekor luwak. Kemudian muncul ide untuk mengolah kopi ekselsa kebanggaan Wonosalam dengan ‘sentuhan’ luwak. Akhirnya niatan untuk memelihara dan menangkarkan luwak pun diwujudkan.

Luwak dalam penangkaran

Luwak Pandan

Delapan ekor luwak dibeli dari pasar hewan Gunungsari Surabaya. Dari delapan luwak yang ditangkarkan, binatang tersebut berkembang biak. Sempat berkembang hingga 18 ekor, kini total ada 28 ekor yang sudah dimiliki Pak Satiran karena semuanya beranak pinak dengan produktifnya.



Luwak berjenis Luwak Pandan dipilih karena baunya yang tak terlalu menyengat sehingga memudahkan perawatan. Tak heran, kandang luwak milik Pak Satiran nyaris tanpa bau dan berada dalam kondisi yang baik. Selain karena kandangnya rajin dibersihkan, luwak jenis pandan milik Pak Satiran juga tidak memiliki bau tak sedap yang menyengat.




Luwak-luwak ini ditangkarkan dalam kandang berteralis besi yang berjajar di halaman belakang Warung Pojok milik Pak Satiran. Kadang luwak dipasang ‘melayang’ supaya kotoran luwak jatuh ke bawah sehingga mudah ditampung dan diolah ke fase selanjutnya. Konsep desain kandang ‘melayang’ ini mirip dengan kandang ayam yang dibangun di atas kolam lele.
'Melayang'


Setiap sel kandang berisi luwak yang banyaknya disesuaikan dengan ukuran luwaknya. Seekor luwak besar akan mendiami sendiri selnya, sedangkan luwak yang agak kecil akan digabung bersama dengan rekannya. Induk luwak pun ditempatkan bersama dengan anak-anaknya.



Luwak tersebut diberi makan secara teratur, yang menunya berkisar buah-buahan termasuk buah kopi. Setelah buah kopi dimakan luwak, meraka akan menghasilkan kotoran yang mengandung biji kopi yang tak bisa dicerna luwak. Kotoran-kotoran itu jatuh di bawah kandang diambil kemudian diolah ke fase selanjutnya.

Kotorannya jatuh

Induk luwak dan anak-anaknya

Tak jauh dari lokasi, tepatnya kini di atas kandang, terdapat penjemuran kopi yang merupakan bagian dari fase pengolahan. Kopi yang dijemur sekarang, baru bisa diproses tahun depan untuk menjaga kualitas. Karena kopi yang bagus adalah kopi yang disimpan dan diolah dengan baik sehingga tidak membuat perut kembung.

Penjemuran



 



Biji kopi 'berngengek' Luwak

Pengolahan kopi luwak juga dilakukan sendiri oleh Pak Satiran. Kotoran luwak yang mengandung biji kopi dikeringkan dan dicuci sendiri di gudang dekat kandang. Kotoran luwak yang mengandung kopi inilah yang menjadikannya istimewa dan memunculkan rasa kopi terenak di dunia.

Biji Kopi dengan Ngengek Luwak

Hmm... sedaaaap...

Terdapat banner peringatan bagi pengunjung supaya berhati-hati saat mengamati hewan ini karena sifatnya yang buas. Hendaknya orang tua mendampingi anak-anak dengan mengawasi mereka dan tidak berada terlalu dekat dengan kandang. Para pengunjung juga harus memperhatikan peringatan ini untuk keselamatannya masing-masing.



Kawasan Penangkaran Luwak Wonosalam ini berada di belakang bagian bawah Warung Pojok. Tampak sebuah gapura dengan gerbang yang dipasang spanduk penanda kawasan, sehingga pengunjung yang lewat pastinya akan langsung tertarik dengan tempat ini.
 

Jalan menurun


Untuk memasuki kawasan penangkaran luwak ini, tidak dipungut biaya. Hanya saja, untuk memasukinya harus izin dahulu kepada Pak Satiran atau para kru yang sedang sibuk melayani pelanggan di Warung Pojok. Bila sudah mendapat izin, Pak Satiran dengan sangat ramahnya membukakan pagar kawasan penangkaran luwaknya.

Melihat langsung


Jika beruntung datang ketika ada luwak yang baru saja melahirkan, pengunjung bisa menyentuh langsung bayi luwak seperti yang dilakukan Jombang City Guide. Pak Satiran dan istri, kebetulan sedang memelihara seekor bayi luwak yang dipinjam dari induknya. Luwak kecil ini ditempatkan dalam kardus dan sementara hidup bersama Pak Satiran dan Istri di dalam rumah.

Mencoba memegang bayi luwak




Jombang City Guide dipersilakan untuk ikut memegang bayi luwak kecil ini. Awalnya cukup keweden, akhirnya memberanikan diri untuk bermain dengan bayi binatang buas ini. Ternyata lucu sekali, mirip seperti memegang kucing. Bayi luwak ini terlihat lincah, malah mirip seperti tupai ataupun Sugar Glider.

Lincah

Dielus-elus



Bayi luwak ini masih jinak sehingga bisa dipegang dan diajak bermain. Di usianya yang masih dua minggu, bayi luwak ini bisa dipegang, dipangku, dibelai, bahkan disusui dengan botol. Jombang City Guide beruntung sekali bisa berkesempatan memegang dan mengamati langsung bayi luwak ini.


Mimik Cucu


Kandang Luwak yang ada di penangkaran Warung Pojok, masih akan berkembang. Nantinya, akan dijadikan destinasi wisata penangkaran luwak yang lebih layak kunjung. Pembangunan berkelanjutan masih dilakukan, sembari menunggu tambahan dana yang masih dikumpulkan sedikit demi sedikit dari proses penjualan kopi luwak dan pendapatan warung makan.


Warung Pojok

Kopi Wonosalam memang sedang naik daun. Kopi Ekselsa Si Asam Beraroma Nangka itu begitu langka, apalagi bila diolah dalam bentuk kopi luwak. Kopi Ekselsa Luwak Wonosalam, bukan sekedar nama merek yang menggunakan luwak sebagai gambarnya, tetapi memang menggunakan partisipasi luwak dalam pengolahannya. Di tengah pro dan kontra penggunaan luwak dalam pengolahan kopi ini, sudah banyak kerabat dan kawan Jombang City Guide yang mengakui kenikmatan kopi ini ketika mencicipinya.

Kopi Luwak Wonosalam


Sedangkan penangkarannya sendiri, bisa dilihat langsung oleh para pengunjung. Selain sebagai wisata yang murah dan hemat, kawasan penangkaran luwak Pak Satiran juga cocok untuk mengenalkan anak-anak tentang hewan berjenis luwak. Bahkan tak jarang, orang dewasa seperti kru dan keluarga Jombang City Guide pun penasaran dan ingin melihat langsung binatang yang mirip dengan Sweeper musuhnya Dora dan Boots dalam penangkaran.





Berwisata melihat luwak sambil menikmati kopi luwak yang langka di Warung Pojok, serta melahap sepiring Rawon sembari memandangi Gunung Kuncung dari kejauhan, patut dicoba, kan??? kalau beruntung juga bisa pegang luwaknya. Tak usah jauh-jauh ke kota sebelah, ke Wonosalam saja…..


Wisata Penangkaran Luwak Wonosalam
Kawasan Penangkaran Luwak di Warung Pojok
Dusun Sumber, Desa Wonosalam,
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang
Jawa Timur
Pak Satiran : 081 332 620 252


Kopi Luwak Wonosalam Jombang
Fb : kopiluwakjombang
Ig : kopiluwakjombang
Twitter : kopiluwak_JBG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang Jombang Lainnya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...