Prasasti Pucangan bisa dikatakan salah satu prasasti yang sangat penting
karena memuat profil Prabu Airlangga, Raja Jawa yang bahkan kiprahnya dianggap
lebih hebat dari Hayam Wuruk dari Majapahit. Selain itu tertera pula nasab
Airlangga berupa silsilah Wangsa Isyana termasuk dari garis istrinya, trah
Kerajaan Medang Kamulan periode Jawa Timur. Tersebut pula peran Mpu Narotama, beserta petaka besar yang pernah melanda
kerajaan.
Prasasti Pucangan berasal dari batu andesit, berupa blok batu yang
dibentuk berpuncak lancip, seperti karakter kebanyakan prasasti Airlangga. Di bagian
bawahnya, terdapat lapik berukir hiasan padmasana. Bisa dikatakan kondisi fisiknya
masih utuh, tidak seperti prasasti lainnya yang sudah cuil, retak, rompal bahkan
hancur.
Ukurannya dicatat oleh Kern dalam VG VII yaitu bertinggi 1,24m, lebar
0,95m di puncaknya, sedangkan makin ke bawah mengecil hingga punya lebar 0,86m.
Prasasti Pucangan ditulis di keempat sisinya, yaitu bagian depan (recto),
belakang (verso), dan samping kanan dan samping kirinya.
Aksara yang dipergunakan adalah huruf Jawa Kuno dengan Bahasa Sansekerta
pada seluruh bagian prasasti. Terlihat huruf yang digunakan adalah aksara kawi
akhir seperti karakter font yang digunakan dalam prasasti-prasasti peninggalan
Airlangga lainnya. Cara membacanya adalah dari atas ke bawah, dengan mengeja
huruf dari kiri ke kanan. Total ada 36 baris secara keseluruhan, dengan 34
kalimat.
Meski beberapa hurufnya sudah mulai aus, namun tulisannya masih terbaca.
Huruf-huruf baris awal masih terbaca, kemudian aksara menjelang baris akhir
makin sulit dibaca karena termakan usia. Berikut isi Prasasti Pucangan yang
berhasil dihimpun dari Kern :
1. // svasti // tribhirapiguṇairupetonṛṇā
vvidhānesthitautathāpralayeagu
ṇaitiyaḥprasiddhastasmaidhātrenamassatatam
agaṇitavikramaguruṇāpra ṇamyamāna
2. ssurādhipenasadā yastrivikramaitiprathitolokenamastasmai yassthā
ṇurapyatitarāpyave psitārthapradoguṇairjagatāmkalpadrumamatanumadḥ
ahkarotitasmaiśivāya
3. namaḥ /kīrtyākhaṇḍitayā yākaruṇayāyasstr ratvandadhaccā
pākarṣaṇataścayaḥpraṇihitantībraṅkalaṅka ṅkareyaścāsaccariteparāṅmu
tayāśūrorathe bhīrutāṃsvajarḍoṣān bhajategu
4. ṇaissajayatāderlaṅganāmānṛpaḥ āsīnnirjitabhūribhūdharagaṇobhūpā
lacūḍāmaṇiḥprakhyātobhuvanatrayepimahatāśauryyeṇasiṃhopamaḥyenor
vīsucirandhṛtāmitaphalāla
5. kṣmī gatvarīsaśrīkīrtivalānvitoyavapatiśśrīśānatuṅgāh vayaḥ tasyāt
majā luṣamānasavāsaramyāhaṃsīyathāsugatapakṣasadā bhavaddhā rājahaṃsamu
damevavivarddhaya
6. ntīśrīśānatuṅgavijayetirarājarājñī
mandākinīmivatadātmasamāṃsamṛd
dhyākṣīrārṇavaḥprathitaśuddhiguṇāntarātmātāñcākarotpraṇayinīnnayanābh inandī
śrīlokapālanṛpatirnaranāthanā
7. gaḥ tasmātpradurabhūtprabhāvavi
bhūbhūṣaṇodbhūtaye bhāva nodyatadhiyā vayan tibhiḥ
riścāpratimaprabhābhirabhayobhās vānivābhyudyataśśatrūṇāmibhakumbhakumbha
8.dalaneputraḥprabhurbhūbhujām śrīmakuṭavaṅ itipratī tonṛṇāmanu
pamendraḥśrīśānavaṅśatapanastatāpaśu ram pratāpena tasyādhipa syaduhitātimanojñarūpāmūrtevarā
9. jaguṇatoyavarājalak repisubhagenababhūvapitrānāmnākṛtākhaluguṇapr
iyadharmmapatnī viśiṣṭaviśuddhajanmārājānvayādudayaṇaḥpra
thitātprajātaḥtāṃśrī
10.matīvvidhivadevamahendradattāvvyaktāhvayonṛpasutāmupayacchatesma śreṣṭhaḥprajāsusakalāsukalābhirāmorāmoya
svaguṇairgarīyānsam bhāvitonnatagatirma
11.hasāmunīndrairerlańgadevaitidivyasutastatobhūt śrīdharmmavamśaiti
pūrvayavādhipenasambandhināguṇagaṇaśra ṇotsukenāhūyasādaramasa
nsvasutāvivāhandrākpurvatā
12.prathitakīrttirabhūnmahātmā athabhasmasādabhavadāśutatpuram
puruhūtarāṣṭrami va madya taṃ talinā khalukiṅkarairvinā vanānyagāt
śākendreśaśa nā
13.daneyātemahāvatsaremāghemāsisitatrayodaśatithauvāreśaśinyutsukaiḥ
āgatyapraṇatairjanairdvijavaraissā śśrīlokeśvaranīralańganṛpatiḥ
14.tāntāṅkṣitimsamrājyadīkṣitamimannṛpatinniśamyaśaktyājitārinikaranniva
ripūṇāmadyāpitadbhujabhu latvamabhūtapūrvvam
15.bhūyāṃsoyavabhūbhujobubhujire vina marthyānnṛpajan_ju_narendrā
sanekintuśrījalalaṅgadevanṛpatirvamśyo dhirājā graṇirbho __ sabhu ti
kevalamarindvan m__manbhūtale
bhūbhṛnmastaka_
pādayugalassimhāsanesaṃsthitomantrālocanatatparairaharahassambhāṣito
manṭribhiḥbhāsvadbhirlalanānvi
17.__raiḥparītobhṛśamj__syaparājayediva87yavaccitrīyatesantatam
putrānmāmativatsalopi__tyaktvāmadīyaḥpatissvargastrīgamane
18.__ājñāvidheyastavakhyātastvambhuvanedayāluhṛdayastenyāpravṛttiḥ__rā
jankvakṛpetyarervanitayārājāṃpyu yā__ bhyāte ka__ nm__mukṣupa
19.__ varasya__pya__tenakṛtassa __ __bhuvanatraya
20.syama__kiṃ__nacikīrṣayāksa__yutesterasaḥki__krīḍārasalip__yā__ḥ__
kari__dra
21. danta ja__mā__ __ro__te__ dharmovaśyeṣu__sārthesaṃhṛtya
ha.__ta__lokapālāne
22. kobahumpra__riyatesmadhātrā āsīnnṛpo__mṛ__ prala__va iti tasyasnutomahātmā__
__candrabhūtavadane__
23.javarṣa__śī____ lgu__tanyaścakāścidadhamā[ḥ] pānudā__ __na __
__ddaśānanaiva _ya__ kayama__
24.na__ndro__ramyacaritonya__ttamāśutataścatadanantarannṛpasutañjigīṣurgataṃ
stadālayamaśeṣamevasahasābhyadhā__nṛpaḥpunaḥpunarathāgnibhū
25.tavadaneśakābdegate__narapatistadīyanagarāṇyadandahyataabhavadapibhuvistrīrākṣasī__gravīryyāvyapagatabhayamasyā__
mayāsī
26.tjalanidhiśararandhreśākasa__nṛpatirabhinade__takīrttiḥ
jvalanaivanagendrolelihānodahattāndiśamadhikamanāyyāndakṣiṇānda
27.kṣiṇatvātdhanamatibahu__kīrttimevāharatsaḥmānitvādaśailabhūtalapaneśākendravarsegate
caitre
28.māsisitatrayodaśatithovā__ragaṇitairgatvādiśampaścimāṃrājānavvijayāhvayaṃ__jagatpūjitaḥ
__
29.śararandhreśākavarṣeṣṭamā__nijabanigṛhītovaiṣṇuguptairupāyais sapadivijayavarmāpārthivodyāmaga
30.cchatmu_śaravivarākhye__pañcadaśyām ripuśirasimahāt māśrīyavadvīparājojayatinihitapā
31.doratnasiṃhāsanasthaḥ pū__nerjalalaṅgadevam
nānyannirīkṣitumalaṃsubhujopapīḍaṅgāḍhampariṣvajatisa
32.__ rājalakṣmīḥ nirjityāthari__tayākaṇubra titayāvādeva
tārādhanairantuñjātamahā__ssa
33.kurutepuṇyāśramaṃśrimataḥpārśvepūga__śrṇvantorājakīyāśramamasamamiman
nandanodyānadeśyaṅgaccha
34.ntas_ntatantepyahamahamikayāvismayālo__rāsstutimukharamukhāmukhyametannṛpāṇāmmānīnammanya__manumivamahasā
35.__nanīyavvruvanti sādhūnāmpathi__rmantriṇāmbhū__dbhūtahiteṣiṇomunijanāitthanameprārthanāyasmiñjīvatirājñi__
36.__tibhuvandharmenasiddhyantitetasmācchrījalalaṅgadevanṛpatirdīrgha
ṃsajīvyāditi // /
Dan bila diartikan per kalimat :
1.
Selamat! Hormat selalu baginya yang
diberkati dengan ketiga guna ketika takdir (milik) para
manusia telah ditetapkan, hingga ketika kehancuran telah diatur, demikian bagi
Pencipta (Brahma) tidak memiliki guna
2.
Hormat baginya, demikianlah triwikrama (tiga
langkah, Wisnu) yang dikenal di dunia oleh langkah(nya) yang besar tanpa
perhitungan, juga yang selalu hormat oleh pikiran raja para dewa (Indra)
3.
Hormat bagi Siwa, ia adalah sthanu yang
melebihi pohon pengharapan yang besar milik dunia, juga menurunkan anugrah
kesejahteraan yang sangat didambakan dengan segala guna
4.
Menanglah dia raja yang bernama
Airlangga, seorang pahlawan yang telah menghancurkan di atas kereta perang
dengan kemasyuran ketika berperang. Dia telah menempatkan keunggulan wanita
dengan pemahaman belas kasih, ketika memimpin ia berpaling membelakangi
keburukan dan bersungguh-sungguh menghapus noda buruk ditangan, dia diberkati
dengan segala guna karena rasa takut leh dosa-dosanya sendiri.
5.
Adalah ia, bagaikan puncak perhiasan
milik pelindung dunia yang sangat terkenal di ketiga dunia, menaklukkan pasukan
yang berlimpah bagaikan gunung, kejayaan oleh tindakan kepahlawanan yang
seperti singa. Sejak dahulu kala berbagai macam kesejahteraan berupa hadiah
yang tak terhitung telah dimiliki bumi menuju pada kesenangan,
dialah Sri Isanatungga, paduka yang mulia yeng memiliki
kembali kemasyuran raja Jawa
6.
Anak perempuannya pengikut Buddha,
ibarat angsa betina yang berada pada telaga Manasa yang suci sebuah tempat
kediaman yang disenangi, yang selalu memberi keharuman pada raja yang bagaikan
angsa (jantan). Demikian menjadi makmurlah ratu Sri Isanatunggawijaya,
ia memerintah sebagai ratu.
7.
Dia, raja Sri Lokapala (adalah)
manusia (yang bagaikan) pemimpin naga, kesucian dan kebajikan di dalam jiwanya
bagaikan lautan susu Mandakni yang dikenal seperti dirinya dan dia telah
membuat kepimimpinan bersama istri menuju pada kesenangan
8.
Darinya, tampil anak laki-laki
unggul yang menjadi perhiasan besar yang berkilau. Memerintah bumi untuk
kesejahteraan mahkluk hidup. Muncul pada pikiran-pikirannya yang telah
disiapkan dengan segala kemampuan yang tak dapat dibandingkan, menghasilkan
kehidupan. Dan bagaikan matahari dengan kemilaunya, keluar dengan angka tenang
ketika melawan gajah para musuhnya ibarat periuk-periuk yang di hancurkan tanpa
takut
9.
Sri Makutawansawarddhana, demikianlah
pemimpin para manusia yang tak dapat dibandingkan, yang dikenal bagai matahari
dinasti Isana yang membakar dengan kilauannya yang indah
10.
Anak perempuan raja itu, yang
parasnya sangat cantik sebagai mana adanya, kemudian dibuatkanlah oleh ayah
dengan nama yang sesuai dengan kebajikan yang sangat indah, juga sebagai tanda
kemenangan raja di luar pulau Jawa (dengan nama) Gunapriyadharmmapatni
11.
Dahulu kala, lahirlah seorang anak
dari keturunan diunggulkan juga dimurnikan, itulah seorang raja yang dikenal
(dengan nama) Udayana. Mahendratta, paduka yang
mulia yang memerintah seorang putri (dari) keturunan yang telah disucikan
kemudian dia telah pergi menuju padanya (Udayana).
12.
Airlanggadewa, anak laki-laki yang
unggul di seluruh mahkluk, memiliki seluruh bagian bukan sebagian kecil
kebaikan dari pada Rama yang mempesona dari Dasaratha, keberhasilan
yang lebih pantas dihormati bersama-sama dengan kebesaran para pertapa
13.
Sri Dharmawangsa, setelah
memanggil dengan hormat yang ingin sekali (mendengar) segala macam sifat baik
dia kemudian secara langsung disertai oleh acara pernikahan anak perempuan
mereka dengan dia, saudara sepupu raja Jawa sebelumnya, terkenalah keberadaan
jiwa yang besar dimana-mana
14.
Kemudian kota yang berkilau seperti
kerajaan Indra yang menyenangkan itu dengan cepat telah musnah dimakan api
diselimuti oleh kepala pembunuhan yang paling hina, kemudian dia (raja
Airlangga) bersama-sama dengan Narottama tanpa dengan para abdi pergi
kehutan-hutan
15.
Pada tahun saka 941, tahun yang
agung telah berlalu paro terang bulan Mangha tanggal tiga
belas , menghadaplah para abdi dan para Brahmana dengan serta tundukan hormat
menuju ke Sri Paduka raja Lokeswara Niralangga meminta
(pada)nya untuk melindungi perbatasan-perbatasan tempat kediaman , yang
didapatkan kembali
16.
Setelah mentasbihkan dirinya, dia
menentramkan kerajaan ini. Raja dengan kemampuan telah menahklukkan sekawanan
musuh di jari-jari roda (kereta perang). Meskipun hari ini ia ibarat melewati
permukaan (milik) gulungan ular yang tak dapat dihitung, dia kembali pulang dan
tidak berubah dari sebelumnya
17.
Dia memerintah bumi jawa, semua
mahkluk menimati bumi tanpa musuh, keturunan raja berkecukupan, mereka menikmati
hasil (bumi), ah, meskipun begitu, Sri Paduka Jalalangdewa yang
merupakan (keturunan) leluhur tertinggi yang terkemuka duduk di singgasana
raja, dia merayakan hingga malam tapi, perselisihan para musuh selalu
menjelajahi di permukaan bumi (perselisihan akan selalu menanti dimana-mana)
18.
Raja memiliki pahatan tengkorak dan
sepasang kaki di singgasana yang abadi, hari demi hari duduk dengan para mentri
membicarakan pertimbangan yang mendalam yang memperjelas segala tujuan
utamanya, diikuti oleh wanita yang berseri-seri (wajahnya) berkemah dengan para
pahlawan, mereka menjadi kagum seperti ketika menahklukkan kepandaian yang
sangat banyak yang telah dikuasai olehnya tak dapat disanggah untuk menang.
19.
Suamiku sangat mencintai anak-anak
dan saya, meninggal ketika berhubungan akan menjalankan perintah yang harus
dilakukan kecuali dengan kemenangan, engkau yang dikenal di dunia memiliki rasa
iba pada pengikut lainnya, mengapa tidak melindungi? Untuk apa wahai raja?
Dimanakah rasa belas kasih? Demikian istri seorang musuh, di pertemukan dengan
raja
20.
Dahulu kala adalah ia, seorang yang
berharap untuk lepas yang menyerupai penyucian memuji kemurahan hati seseorang
dari pintu masuk surge Indra seperti yang telah dipersiapkan olehnya
mantra-mantra untuk raja yang datang dari seorang murid
21.
Siapa yang memiliki kemurahan ketiga
dunia? Mengapa tidak menyusun warisan berbagai penjelmaan yaksa yang agung?
Mengapa bergantung oleh perasaan nafsu yang menggebu, wahai budak nafsu? Dan
siapapun yang telah dibuatkan gading gajah Indra yang terkenal dia yang
dihormati pada siang dan malam
22.
…mengenai cara-cara berucap dewa
Indra, di perilaku kekuatan hukum dewa Yama, dia yang membagikan warisan
(Kuvera) kesejahteraan di kelompok peminta. Marilah bersama-sama memegang
(menanti)… demikianlah, dari sekian banyak para pelindung dunia hanya satu yang
telah dipilih lebih dekat oleh Pencipta (Brahma)
23.
Dahulu kala adalah ia, kehanuran
seorang raja (Bernama) Wisnuprabhawa kemudian berturut-turut
anak laki-lakinya yang berjiwa besar…dariku, ketika tahun raja Saka 951 tanggal
11…bulan Phalguna
24.
Seseorang raja lainnya yang buruk
sifatnya bernama raja panuda bebas menghancurkan seperti Rahwana dia pergi
menyebabkan derita ketika tahun Raja Saka 952, pergi dengan nafsu yang disenangi
ke____ yang dikalahkan dengan cepat
25.
Kemudian setelah itu anak raja itu
yang berhasrat ingin menahklukkan telah mendapatkan kehancuran, pergi tak
bersisa, kemudian serangan raja berulang-ulang menuju ke penguasa ketika tahun
saka 953 musim hujan yang telah berlalu raja tanpa kekuatan miter keliling
kota-kotanya dengan tenang
26.
Dahulu kala adalah ia seorang
penjahat wanita seperti raksasa yang penuh dengan hak yang berbahaya tanpa
kekuatan, dengan pedang kekuatan telah pergi jauh ketika tahun saka 954 raja
menuju ke raungan tanda kemenangan untuk merayakan kemasyuran itu
27.
Bagai raja yang menjilat (dengan)
kobaran api, terbakar dari penjuru dari selatan ke selatan, ketika abdi
(pelayan, memimpin kaum pendeta dan pertapa mendapatkan hadiah yang berlimpah,
kemudian ia membungkukkan jiwa setelah dibawa pada kemashyuran
28.
Berada di puncak kegemilangan,
kemudian pada tahun raja saka 957 yang telah berlalu paro terang bulan Caitra
tangga 13 Titthi hari rabu yang suci dengan tentara kuat yan tidak terhitung
bersiap keluar pada raja Wijaya yang berada di arah sebelah barat, raja kami
yang dihormati dunia ikut menaklukkan bersama-sama
29.
Kemudian pada tahun raja saka 959
hari tanggal 8 hari kamis paro terang bulan kartika para
prajurit telah mengambil tipu daya itu (dari) kitap wisnugupta, pengerahan
tenaga dari masyarakat sendiri secara langsung, kemudian dia, Wijayawarma
runtuh
30.
Ketika tahun raja saka 959 pada
bulan yang belum terselesaikan hari kamis pada tanggal 15 bulan kartika , Dia
raja pulau jawa yang hebat kini menang, duduk di atas singgasana permata
menyandarkan kakinya diatas kepala musuh
31.
Raja Jalalangdewa adalah
pemimpin penahkluk bagian timur pada awalnya, kemudian menaklukkan semua musuh
di semua arah dengan berbagai perlindungan dibawah payung tunggal. Saat ini
adalah kemenangan raja, ia didekap oleh lengan-lengan yang indah, yang
disembunyikan dan tidak akan terlihat
32.
Kemudian penakluk-penakluk
musuh-musuh dengan tindakan kepahlawanan yang berani dengan tipu daya juga
keberanian yang pastinya tak dapat dihentikan, dengan ketaatan janji yang
sungguh-sungguh sebagai mana adanya ____dewa telah menjadi kebaikan raja yang
agung ia membuat pertapaan suci yang indah di lereng dari pegunungan
Paguwat. Sri Paduka Niralanga panjang usia
33.
Dengarlah kalian pertapaan bangsawan
ini yang merupakan taman yang sangat indah lagi menyenangkan yang kini telah
ada. Mereka pergi melanjutkan bersama-sama juga saling mendahului banyak mata
terpana melihat karangan bunga sebagai awal kegembiraan para pembuat,
bermulalah gemerincing nyanyian doa mereka panjatkan, pemimpin ini menunukkan
rasa hormatnya dengan keagungannya yang patut dihargai sebagai Manu diantara
raja-raja yang penuh kehinaan
34.
Warga berdoa, “Berjalanlah ia di jalan
kebaikan menteri kembali pada aturan hukum, pendeta mempunyai kepedulian yang
baik”. Demikian ditundukkan permohonan, ia hidup di kerajaan dengan senyuman, ia
melindungi, ia memimpin kemudian meletakkan lawannya di sisi hukum demikian,
semoga ia, Sri paduka raja Jalalangdewa semoga
panjang usia.
Dikatakan, Prasasti Pucangan ditulis dalam Aksara Kawi sebenarnya
merupakan dua prasasti berbeda yang dipahat dalam sebuah batu. Tak diketahui
bagaimana maksud dua prasasti yang berbeda dipahat dalam sebuah batu. Entah apa
yang membedakannya hingga bisa dikatakan dua prasasti dipahat dalam sebuah
batu, apakah bentuk pahatannya atau gaya penulisannya. Atau mungkin memang dua
batu yang berbeda kemudian direkatkan menjadi satu.
Gambar Prasasti Pucangan yang beredar di dunia maya ditampilkan dalam potret bentuk kurawal berhias bunga di bagian atasnya. Di sisi lain, potret aktual dari kondisi terakhir menampilkan prasasti dengan bentuk puncak lancip. Sebuah keanehan yang begitu janggal.
Ternyata kedua gambar memang merupakan prasasti yang berbeda. Ternyata, salah satu potret tugu batu bertulis berhias bunga di bagian atasnya bukanlah Prasasti Pucangan, melainkan prasasti lain yang dianggap prasasti Pucangan. Beruntung, setelah dilakukan penelusuran potret tersebut sudah dikonfirmasi oleh Bu Titi Surtiti bahwa ilustrasi yang benar adalah prasasti yang ada di sebuah gudang, sedangkan foto tugu batu bertulis yang ada hiasan di atasnya adalah prasasti yang lain.
Adalah Prasasti Jeru-Jeru yang sering digunakan ilustrasi Prasasti Pucangan, yang berasal dari era Mpu Sindok dan kini berada di Museum Nasional Jakarta. Bisa jadi, penulis tak memiliki potret aktual tentang Prasasti Pucangan sehingga mengambil ilustrasi dari sebuah prasasti yang punya penampilan cantik. Namun, tindakan itu rupanya membuat efek yang fatal karena menimbulkan kerancuan dan salah persepsi di kalangan pembaca.
Gambar Prasasti Pucangan yang beredar di dunia maya ditampilkan dalam potret bentuk kurawal berhias bunga di bagian atasnya. Di sisi lain, potret aktual dari kondisi terakhir menampilkan prasasti dengan bentuk puncak lancip. Sebuah keanehan yang begitu janggal.
Ternyata kedua gambar memang merupakan prasasti yang berbeda. Ternyata, salah satu potret tugu batu bertulis berhias bunga di bagian atasnya bukanlah Prasasti Pucangan, melainkan prasasti lain yang dianggap prasasti Pucangan. Beruntung, setelah dilakukan penelusuran potret tersebut sudah dikonfirmasi oleh Bu Titi Surtiti bahwa ilustrasi yang benar adalah prasasti yang ada di sebuah gudang, sedangkan foto tugu batu bertulis yang ada hiasan di atasnya adalah prasasti yang lain.
Adalah Prasasti Jeru-Jeru yang sering digunakan ilustrasi Prasasti Pucangan, yang berasal dari era Mpu Sindok dan kini berada di Museum Nasional Jakarta. Bisa jadi, penulis tak memiliki potret aktual tentang Prasasti Pucangan sehingga mengambil ilustrasi dari sebuah prasasti yang punya penampilan cantik. Namun, tindakan itu rupanya membuat efek yang fatal karena menimbulkan kerancuan dan salah persepsi di kalangan pembaca.
Yang jelas, dikatakan bahwa sisi depan Prasasti Pucangan menggunakan
bahasa Jawa Kuno dan sisi belakang menggunakan Bahasa Sansekerta. Karena itu
prasasti ini sering disebutkan dalam dua versi yaitu Prasasti Pucangan Jawa
Kuno dan Prasasti Pucangan Sansekerta. Di sisi lain ada penelitian yang
menyebutkan prasasti ini ditulis sepenuhnya dalam Bahasa Sansekerta. Mengenai
kebenarannya, agak sulit dibuktikan karena kembali alasan keberadaan prasasti
yang berada nun jauh di India.
Namun, catatan OJO Brandes agaknya
punya tambahan detail yang mungkin bisa jadi pelengkap informasi mengenai
prasasti ini. Sisi lainnya yang berbahasa Jawa Kuno diambil dari pembacaan
Brandes dalam OJO-nya, berasal dari file ibu Titi Surti Nastiti :
1. II o II
swasti cakawarsatïta 953 karttikamasa, tithi daeamï cuklapaksa', ba,pa, bu, wara
wayangwayang, caragraha bayabyastha, uttara( )dratanaksatra,ahirbudhadewata bajrayoga
ka
2. raua,
barunya mandala, irikadiwacanyajüa crï maharaja rake halu crï lokecwara dlarmmawangca
airlangganantawikramottunggadewa, tinadah rakryan mahamantrï i hino crï sama/awijaya
dha
3. mmasuparna
hanala hutunggadewa, umingsor i rakryan kanuruhan pu dharmmanmrttin ing barahëm
ing /vasuri, imah ning warggapingh
4.susukën(
)ma/}e/knapamadëganaui dharmma karsyan, crl maharaja, sambandha,a
5. nhana
ista prarthana crï maharaja ri kala ning pralaya ring yawadwïpa irikang cakakala
938 (928) haji wurawari an wijd sangke lwaram, ekarnawarüpanikang sayawadwïpa rikang
ka akweh sira wwang mahawicesa pjah, karuhun an samangkaua diwaca crï maharaja dewata
pjah lumah ri sang hyang dharmma parhyangan I wwatan, ring cetramasa, cakakala 939
sdang walaja
7. ka crï
maharaja irikang kala, prasiddha namblas tahun wayahnira, tapwan dahat ing krtaparicrama
nireug sanggrama, makahetu rarai nira,tapwanenak bangënggi denira rumë
8. gep pasaringkepanyayudhanira,
kunang ri saksatiran wisnumürtti, rinaksa ning sarbwadewata, inahaken tanilwa liwaca
deni pangawamimng mahapralaya, manganti ri himbang ning wanngiri ma
9. kasambhasana
sang tapa easuddhacara, mering lawan huhmira nta pradipa//i manah niran tanu n pra
ri lbü ni paduka crï maharaja, sang narottama,
10. sang
jrianira, siradining huluu crï maharaja aticayeng drdabhakti, hambak tansah i ayunan
crï maharaja, uiilu walkala dhara pinakarowang crï mabaraja ing( )a harasa/w
11. ra sang
bhiksuka wan&praslha, yatanifcwVzdi crï mabaraja rika bhawanan bhatara ring
ahoralra, nimitta ui mahabharanyasih ning sarbwadewata crï mabaraja, an sira pi
12. wratyaya
ning sarbwadewata, a//>apadi pat/amölana bbuwana, kumalilirawa kulit/raki, makadrabya
raja laksml, muwahakna hasa nikanang rat sang hyang sarwwadharmma
13. humaristakna
hanifuning bbuwana, mangkanabhimatauing sarbwadewata crï mabaraja, buwus ta erï
mabaraja krtasangskara pratista ring singbasana, mwang an ka gong ning crï ma
14. haraja
haridewata sang lumah ring iganabajra ikanang halu pinaka lcapralisth.au crï mabaraja,
matangyan rake halu crï lokegwara dbarmmawangsa airlanggananta wikra
15. mottunggadewa
sangjnakas/wan crï maharaja, de mpungku sogatamaheywara mahabrahmana irikang cakakala
941 i /anpahingan crï maharaja ke
16. n
sabha mata ning sarbwadewata i sira, kapvva kalim/w hri pha/ahyantara denira tan
ka^alimura i dharmma mra
17. nikang
singho nira, mara ni sakwehnikang mangbyaugadrabya, sapinakahanitu ni yawadipa,
prabheda
18. nginaranan
nakekale mwang si^ading, narawa^esa i ka de crï maha
19. tahnn
an rika nasikanang sarat pinjahaning mwang irikang cakakala 951 rikanang pilu lumampah
20. ta crï
maharaja dumonikaug panda guru tumanggal caddhya decani ratan, ati£ayeng mahabala
21. sa n
paharpharpan mwang baji wanghir, hawada ta ika de 51-1 maharaja irikang ^akakala
952 mangkinakuyanahan? h ta
22. roinggalakën
karajyanira ngn ha kadatwanilëwa bunutnikang de^a galuh niwang de^a barat, an tinkan
sinahsanirikang ^akakala mahara
23. ja, h
ata ika de gvï maharaja irikang ^akakala sahanani wa laug mwang harp* , bu
24. b n
sahananikang maharaja, haji Wurawari tawi prï maharaja ata maka
25. purusa
ka hilang nira, sang yrï maharaja mwang rakryan kanuruhan pu narottama, rakryan
kuningau pu niti, ri kala crl maharaja haneng mnfilia
26. hinganya
91Ï maharaja mangkana hilang ui sahana ni hanihanitu ni yawadwïpa. knnang kramanika
hilang haji u'ëngkër de crï maharaja, ingakadatwanira ri la
27. pa sira
pratinayakahina ro decani rang l> en asuji masa maharaja, mnwah irikang
^akakala 957 wwaya la samangkana ta sira
28. rajaya
ri tapa de crl maharaja, siramnh manusupamet de durgga,matinggal tanaya dara
tkaring rajadrabya rajawahana prakara, rika hlëma
29. nya irikang
cakakala 959 repmanusup haji ri hapang mwang balanira samasih ri sira, kawnangta
sira ri sarasaratu wanipa pangan,ha s panaka ta
30. pa l,an
Aanda sira de crï maharaja apalinggih modóda ri singhasana, sampan sangksipta ikang
pralaya ri yawadwïpa, matlasanika sanggrama
31. nhana
sangcaya ni manah nikaug pa( )yanacchayani paduka maharaja,. matangya siddhakën
prajlnanira, madamël yaa pa
32. tapaning
pucangan san rake yangkën mantra namastara maharaja ri bhatara hari sari, mwang
palinggananikang rat,karnhnn sangana
33. gata
prabhu tkari dlabaningdlaha, ri krama ni 9rï maharaja munajikaken satywataning sayawadwlpa,
apan sang anadi prabhu sakwehuira siniwi ring
34. yawadwipa
____nenira, tkamang-orih hayu nira kabeh rino1 anadi, tatan mangkana maharaja
35._____nira
mwang «6/mnata crï maharaja mai/wa
36. nam ti
____bino madrabyahaji ma su ____nikang
37. yacapatapan
i pücangan, manten ta ikang lmah pncangan
38. sang
byang yaca patapan ____pücangan winawa sang mana pa
39. ngkur,
tawan, tirip, mwang nayaka, partyaya, pinghai wahuta rama, mwang sakweb sang
mangilala drabya baji m
40. khaduhkha,
sakweh lwiranya sahingan ____lmah sang byang yacapatapan i pücangan
41. ____drabyabaji
wula wulu mwang
42. singa
lwiranya, lumebu sang byang yaca patapan i pncangan, yan brahmaua ksatriya, wecya,
sudra, candala,nayaka, partyaya,
43. pinghai
wahuta rama uumlahulaha kaowatantran sang byang dharmma patapan i pncangan mwang
sahinganing lmali ni
44. nira
i bino___ sang byang yaca patapan, jah tasmat kabwafc karmmaknanya,candinira maha
45. pataka
____citralekha___ padnka crï maharaja sira
46. sang hyang ajiïa haji pracasti
Berhubung Jombang City Guide belum
punya kapabilitas untuk menerjemahkan maupun mendapatkan akses untuk
terjemahannya jadi hanya rangkuman mengenai isinya dari berbagai sumber yang
melengkapinya yang sementara bisa disajikan di sini.
Inskripsi berangka tahun 1037 Masehi
ini merupakan catatan riwayat hidup Airlangga yang paling lengkap dibandingkan catatan
arkeologis lainnya. Batu bertulis itu, seakan menjadi catatan yang menjelaskan
mengenai profil lengkap Sang Prabu, berikut sepak terjangnya dalam memimpin
kerajaan.
Disebutkan dalam prasasti, Raja
Airlangga menghadapi berbagai peperangan untuk menaklukkan musuh-musuhnya.
Banyak pertempuran dilewati dengan kemenangan hingga akhirnya berhasil duduk di
singgasana dengan masa kejayaannya dan membangun negeri untuk kemakmuran
rakyatnya.
Dalam Prasasti Pucangan juga
disebutkan silsilah lengkap Airlangga yang merupakan keturunan dari dua
kerajaan. Airlangga sendiri punya darah Bali dari Raja Udayana yang menikah
dengan Mahendradatta, saudari Dharmawangsa Teguh yang kemudian jadi mertuanya.
Jadi, bisa dipastikan Airlangga merupakan keturunan Mpu Sindok dari darah
ibunya.
Disebutkan pula, Ibunda Airlangga
yang bernama lain Gunapriyarajapatni merupakan anak dari Sri
Makutangwangsawardhana. Sri Makutangwangsawardhana merupakan putra dari Sri
Lokapala dari hasil pernikahannya dengan Sri Isyanatunggawijaya. Sri
Isyanatunggawijaya inilah yang merupakan putri dari Mpu Sindok dari
permaisurinya Dyah Pu Kebi. Bisa dikatakan, Airlangga merupakan anak dari cicit
Mpu Sindok.
Di usianya yang ke-16, Airlangga
muda dari Bali dikirim ke Jawa untuk dinikahkan dengan putri Dharmawangsa
Teguh, Raja Medang yang sedang bertakhta. Dharmawangsa Teguh merupakan saudara
laki-laki ibunda Airlangga, Mahendradatta. Jadi bisa disimpulkan, Dharmawangsa
Teguh adalah paman Airlangga. Putri Dharmawangsa Teguh yang dinikahkan dengan
Airlangga bernama Galuh Sekar Kedaton. Bila diruntut silsilahnya, istri
Airlangga yang juga diibaratkan sebagai Dewi Laksmi itu merupakan sepupunya
sendiri.
Tak lama setelah perayaan pernikahan
Airlangga dengan Galuh Sekar Kedaton, ibukota kerajaan diserang oleh Raja
Wura-Wari. Istana hancur, dan Dharmawangsa Teguh beserta keluarga kerajaan
tewas termasuk putri mahkota Medang yang seharusnya akan mewarisi takhta. Bisa
dikatakan serangan ini begitu fatal hingga mampu meruntuhkan kerajaan, karena
simbol utamanya hancur.
Hampir dipastikan seluruh keturunan
kerajaan tewas dan peristiwa ini disebut Mahapralaya karena terlalu
mengerikannya kehancuran yang disebabkan oleh serangan ini. Beruntung,
Airlangga dan istrinya Galuh Sekar Kedaton berhasil melarikan diri ditemani
Narotama. Kala itu, Airlangga yang berusia 16 tahun masih merupakan warga
pendatang dari Pulau Bali yang tak mengenal medan dan situasi di Jawa. Untuk
lari dari kejaran tentara raja vassal, Airlangga harus hidup berpindah-pindah
dan lari ke berbagai tempat.
Dalam beberapa riwayat disebutkan
bahwa Airlangga sempat lari ke Pawitra, ke Malang, hingga lari ke kawasan lereng
Pucangan di utara Brantas yang sekarang masuk wilayah Jombang. Lokasi pelarian
di utara Brantas ini agaknya berasal dari arahan Mpu Narottama yang mungkin ada
maksud untuk mencari perlindungan di tempat yang familiar baginya.
Dikatakan lokasi pelarian dekat
Gunung Pucangan adalah Sendang Made, dimana Airlangga bersembunyi, dan
melakukan pertapaan. Selama masa persembunyian itu, Airlangga menyamar sebagai
seniman dan membuat kerajinan tangan. Tak heran, budaya dan legenda masyarakat
setempat menyatakan bahwa rombongan yang tinggal di Sendang Made ini merupakan
kelompok mengamen. Tandak Ngamen tersebut kemudian baru diketahui ternyata Sang
Raja yang menyamar dengan sebutan Mbah Joyo, yang kini tradisi peninggalannya
berupa kungkum sinden masih sangat kental dilakukan di lokasi.
Adalah Mpu Barada, yang diperkenalkan
oleh Narotama kepada Airlangga di lokasi persembunyian itu. Mpu Barada merupakan
adik Mpu Kuturan yang menjabat sebagai dewan pertimbangan agama di Kerajaan
Bedahulu tempat ayah Airlangga yaitu Raja Udayana dari Wangsa Warmadewa berkuasa.
Jadi bisa dipastikan, di bawah pengawasan Mpu Barada, Airlangga mendapat
perlindungan penuh dari adik Menteri Agama dimana dia berasal. Di lokasi persembunyiannya itu, Airlangga benar-benar
merasa aman.
Dalam masa pelarian juga dikatakan
bahwa Airlangga didatangi oleh para pertapa yang berasal dari tiga aliran yaitu
Siwa, Budha dan Mahabrahmana. Ketiga pendeta lintas aliran itu meminta
Airlangga kembali membangun kerajaan dan menjadi pemimpin yang istananya telah
hancur karena mahapralaya.
Masa-masa awal kepemimpinan
Airlangga juga tak berjalan mulus karena dipenuhi dengan peperangan dan
penaklukan kembali kerajaan bawahan yang dulunya menjadi bagian dari kekuasaan
di bawah pemerintahan Dharmawangsa Teguh. Antara tahun 1029-1037 diberitakan
dalam Prasasti Pucangan bahwa Airlangga berhasil menaklukkan Raja Wisnuprabhawa
dari Wuratan (1030M) yang terkenal sangat kuat, kemudian di tahun yang sama
juga disebutkan Airlangga mengalahkan Raja Panuda dari Lewa dan Raja
Wijayawarma dari Wengker.
Raja Hasin juga dikalahkan, yang
kala itu wilayah kerajaan yang tersisa tinggal kawasan Sidoarjo dan Pasuruan
saja. Airlangga kemudian berhasil membalaskan dendam pada Raja Wura-Wari yang
telah memporak-porandakan kerajaannya, dengan menaklukkannya di tahun 1032M.
Dikatakan pula bahwa Airlangga berhasil mengalahkan ratu yang sangat kuat dari
Tulungagung, yang digambarkan sebagai raksasi. Bagian penaklukan ini disebutkan
dalam Prasasti Pucangan yang berbahasa Sansekerta.
Airlangga kemudian membangun kembali
kerajaannya yang telah runtuh dengan Ibukota Wwatan Mas yang diperkirakan kini
berada di sekitar Katemas, Kudu, Jombang tak jauh dari Gunung Pucangan. Airlangga
banyak menghadiahkan status tanah perdikan untuk beberapa kawasan sekitar
persembunyiannya atas jasa penduduk setempat yang pernah melindunginya di masa
pelariannya.
Karena berupa kerajaan yang baru
bangkit kembali dari ‘mati surinya’, kerajaan yang didirikan Airlangga juga
kerap disebut Kahuripan, sesuai dengan nama ibukota tempat Airlangga pernah
juga bertakhta yang kini diperkirakan masuk wilayah Sidoarjo. Airlangga sebagai
penerus Kerajaan Medang dari Wangsa Isyana seperti melanjutkan kepemimpinan
moyangnya dengan gelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa
Airlangga Anantawikramatunggadewa. Sedangkan permaisurinya, Galuh Sekar Kedaton
disebut bergelar Sri Sanggramawijaya Dharmaprasadha Utunggadewi.
Beberapa ahli menyatakan, penggunaan
Rarkyan Halu pada gelar Airlangga disebabkan dirinya yang bukan pewaris asli
kerajaannya. Dari kamus istilah arkeologi disebutkan bahwa Rarkyan Halu adalah
semacam jabatan penting kerajaan yang ada di bawah Rarkyan Hino. Ibaratnya bila
dalam suksesi Kerajaan Inggris, putra mahkota utama digelari Prince of Wales /
Duke of Cornwall, sedangkan pewaris urutan kedua digelari Duke of York. Prince
of Wales ibarat Rarkyan Hino, sedangkan Duke of York adalah Rarkyan Halu yang
merupakan pewaris suksesi kedua.
Pewaris sebenarnya adalah putri
Dharmawangsa Teguh yang tewas dalam mahapralaya, yang biasanya putri atau putra
mahkota Kerajaan Medang digelari Mahamantri Rakai Hino seperti gelar milik Mpu
Sindok kala mewarisi takhta Kerajaan Medang. Penggunaan gelar Rarkyan Halu sepertinya
sebuah bentuk penghormatan Airlangga pada pewaris aslinya yang telah tiada
dengan tidak menggunakan Rarkyan Hino dalam gelarnya.
Menariknya ada fakta tambahan dari Prasasti
Mataji yang bisa memberikan sebuah detail penting dimana salah satu pewaris Raja
Dharmawangsa ternyata berhasil lolos dari mahapralaya. Adalah Samarawijaya yang
merupakan putra Dharmawangsa Teguh yang juga merupakan adik dari istrinya dan putri
mahkota yang wafat.
Bisa jadi kala mahapralaya terjadi, Samarawijaya
adik istrinya ini masih kecil sehingga disembunyikan identitasnya untuk
keselamatannya. Selain itu, karena usianya yang masih sangat belia jadi dianggap
belum bisa memimpin kerajaan. Kala Samarawijaya telah dewasa, dari sinilah Airlangga
pun merasa harus mengembalikan takhta kerajaannya pada keturunan langsung dari
raja sebelumnya.
Di satu sisi Airlangga konsekuen
untuk mengembalikan suksesi ke keturunan langsung dari Dharmawangsa. Di sisi
lain, Airlangga juga ingin anaknya dari garwa selir yaitu Mapanji Garasakan juga duduk di takhta. Kedua pewaris takhta tersebut sama-sama berhak untuk duduk dalam
singgasana tertinggi kerajaan sehingga membuat Airlangga merasa harus melakukan
tindakan yang adil untuk keduanya.
Kerajaan yang kerap disebut
Kahuripan itu pun dibagi menjadi dua yaitu Kerajaan Panjalu, dan Kerajaan
Jenggala untuk kedua penerusnya. Pembagian kerajaan itu dilakukan oleh Mpu
Barada yang sudah menjalin hubungan yang sangat baik dengan Airlangga. Di
sinilah puncak peran Mpu Barada dari perkenalannya dengan Airlangga hingga memiliki
tugas begitu penting untuk membelah kerajaan di masa akhir pemerintahan Sang
Prabu.
Alasan paling kuat dalam pembagian
kerajaan ini juga disebabkan karena putri mahkota Airlangga sendiri, yang
bernama Sanggramawijaya Tunggadewi dan bergelar Rarkyan Mahamantri Hino meninggalkan
takhtanya. Putri Mahkota Airlangga dari permaisurinya Galuh Sekar Kedaton ini memutuskan
untuk menjadi biksuni yang melakukan pertapaan di Gunung Pucangan, dan dijuluki
Dewi Kilisuci. Kilisuci sendiri berarti pertapa perempuan yang suci.
Dari lokasi pamoksan putrinya inilah
tampaknya kemudian Airlangga memerintahkan pembangunan pertapaan Gunung
Pucangan tahun 1041 dengan menetapkan kawasan itu dalam Prasasti Pucangan tahun
1042M. Selain itu, sepertinya Airlangga membuat Prasasti Pucangan untuk
mencatat kisah hidupnya sekaligus mengingatkan bahwa pertapa perempuan yang
berada di Gunung Pucangan sebenarnya merupakan putri mahkotanya yang harusnya
mewarisi takhta kerajaannya.
Selama masa pemerintahannya mulai
tahun 1009M hingga 1042M, Airlangga sukses melakukan pembaharuan dan
pembangunan. Bahkan beberapa buku di zaman modern menulis tentang profilnya
termasuk Airlangga : Raja Pembaharu Jawa.
Pembangunan juga dilakukan Sang Prabu kala melihat Sungai Brantas yang
alirannya begitu deras, dengan membangun bendungan maupun saluran irigasi sehingga
dijuluki Airlangga : Raja Pembangun Bendungan dalam sebuah buku.
Airlangga pun menjadi pertapa yang
bergelar Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana atau Resi
Gentayu setelah meletakkan takhtanya selama Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.
berkuasa. Di akhir masa pemerintahannya, pusat pemerintahan sudah pindah ke
Dahanapura.
Kiprah keberhasilan Airlangga dalam
peperangan dicatat oleh Mpu Kanwa dalam Kitab Arjunawiwaha yang diadaptasi dari
kisah epik Mahabarata. Sedangkan sisa kediaman istana yang masih eksis kini berupa situs
Candi Jaladri yang dipercaya pernah menjadi kedaton Airlangga.
Selama masa pemerintahannya, Airlangga
telah menerbitkan setidaknya 33 bukti sejarah yang kebanyakan terdiri dari
prasasti dari batu maupun dari perunggu yang tersebar di Jombang, Mojokerto,
Lamongan, Kediri dan Sekitarnya. Airlangga pun mangkat tahun 1049 dan dipercaya
pendermaannya di Candi Belahan di Lereng Pawitra Gunung Penanggungan.
Prasasti Pucangan merupakan salah
satu dari warisan masa Airlangga yang mencatat sepak terjangnya yang begitu
revolusioner memimpin Jawa. Dalam catatan OJO Brandes dikatakan, Prasasti
Pucangan ditemukan di Karesidenan Surabaya. Sayangnya, tak disebutkan pasti
dimana letak Prasasti Pucangan berasal secara rinci. Namun bila ditelusuri
lebih dalam, karesidenan Surabaya mencakup Mojokerto, Jombang dan sekitarnya.
Sedangkan wilayah administrasi era Belanda dan masa kini sudah berbeda.
Banyak artikel yang menyatakan bahwa
insitu Prasasti Pucangan berasal dari Mojokerto, tepatnya dari Gunung
Penanggungan. Anggapan ini masih mungkin, mengingat di lereng Pawitra terdapat
Candi Belahan dan Candi Jolotundo yang juga mencatat jejak Airlangga di gunung
dengan sebaran situs terbanyak di Indonesia itu. Namun, anggapan itu agaknya
kurang kuat karena tidak didukung oleh ‘jejak’ Dewi Kilisuci yang menjadi
‘alasan tersembunyi’ pembuatan Prasasti Pucangan.
Sangat mungkin lokasi insitu
Prasasti Pucangan sebelum diboyong oleh penjajah Inggris itu berasal di Gunung
Pucangan. Di lokasi yang menjadi tempat pertapaan putri mahkota yang disebutkan
sebagai Gunung Pugawat itu, ditemukan empat buah lingga semu besar yang sepertinya
dulunya menjadi penanda bahwa kawasan itu adalah desa sima yang ditetapkan
Airlangga dalam Prasasti Pucangan.
Ibu Titi Surti selaku arkeolog nasional yang telah melakukan banyak penelitian di Jombang juga berpendapat serupa, dimana beliau menyatakan Gunung Pucangan punya banyak mata air yang memungkinkan untuk dijadikan lokasi pertapaan. Terbukti, meski didominasi lahan kapur, di sekitar Gunung Pucangan terdapat banyak sendang yang juga terkenal sebagai lokasi yang disakralkan. Sangat mungkin sendang-sendang tersebut punya kaitan sejarah satu sama lain.
Mungkin pula, karena kawasan Gunung Pucangan kurang tenar dibandingkan lereng Pawitra sehingga tak banyak yang mengetahui eksistensinya. Selain itu, Gunung Pucangan juga masuk dalam wilayah kekuasaan PERHUTANI Mojokerto, meski secara administratif masuk wilayah Jombang. Tak jarang memang, kawasan PERHUTANI melintas batas wilayah kota karena tapal batas area biasanya dibatasi oleh bentang alam.
Mungkin pula, karena kawasan Gunung Pucangan kurang tenar dibandingkan lereng Pawitra sehingga tak banyak yang mengetahui eksistensinya. Selain itu, Gunung Pucangan juga masuk dalam wilayah kekuasaan PERHUTANI Mojokerto, meski secara administratif masuk wilayah Jombang. Tak jarang memang, kawasan PERHUTANI melintas batas wilayah kota karena tapal batas area biasanya dibatasi oleh bentang alam.
Jombang dulunya merupakan wilayah
Mojokerto yang kemudian ‘dimerdekakan’ untuk berdiri sebagai wilayah kabupaten
sendiri. Tak heran bila kerancuan dan kebingungan itu muncul karena perbedaan
batas kota di masa kini dan masa lalu yang sudah berbeda, berikut tapal batas
bentangan alam yang melintas kawasan administrasi kota. Bisa jadi pula, karena
pengelolaan hutannya dilakukan petugas dari Mojokerto, seakan lokasi insitu
Prasasti Pucangan seperti menenggelamkan Jombang sebagai ‘pemilik’ asalnya.
Gunung Pucangan sendiri, ada di dekat
wilayah yang dipercaya sebagai Wwatan Mas kala itu. Dikatakan, penetapan sima dalam
Prasasti Pucangan ini juga memiliki faktor sebab bahwa Airlangga tak ingin berada
jauh dari putrinya. Wwatan Mas sendiri, disinyalir masuk di kawasan Jombang
bagian utara Brantas dan sekitarnya. Kini kawasan pertapaan Dewi Kilisuci masuk
dalam Wisata Religi Gunung Pucangan itu secara administratif tergabung di
wilayah Dusun Cupak, Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang.
Jadi tak mengagetkan bila ada banyak
prasasti peninggalan Airlangga ditemukan di Jombang dalam satu kawasan. Belum
lagi bakalan prasasti, bahkan masih banyak kemungkinan tugu batu bertulis
lainnya yang masih terkubur dan menunggu ditemukan. Ada Bakalan Prasasti di
Ngusikan, Prasasti Sumber Gurit, Prasasti Katemas, Prasasti Garudamukha,
Prasasti Kusambyan, dan Prasasti Pucangan yang sangat penting itu ternyata
berasal dari Jombang BERIMAN. Masyakarakat Jombang jelas berbangga bahwa
prasasti sepenting Pucangan berasal dari kawasannya.
Sayangnya, inskripsi yang luar biasa
berharga itu kini tidak berada dalam kawasan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ini disebabkan Prasasti Pucangan telah dibawa oleh penjajah Inggris
dari gunung di tengah hutan Indonesia ke Negeri Taj Mahal, India. Semua berawal
kala Letnan Gubernur Jendral Thomas Stanford Raffles mengepalai pemerintahan
Kolonial Inggris di Batavia.
Tahun 1812, Raffles yang punya ketertarikan
pada Sejarah Jawa dan budaya Negeri Zamrud Khatulistiwa ini menyerahkan hadiah
untuk atasannya Lord Minto yang menjadi Gubernur Jendral Inggris selaku kepala
East Indian Company di India. Selama pemerintahannya, Raffles memerintahkan
Kolonel Colin Mackenzie, Kepala Zeni Pasukan Inggris untuk mengumpulkan benda
budaya, manuskrip kuno, serta berbagai spesies tumbuhan dan hewan termasuk dua
prasasti untuk diserahkan pada Lord Minto.
Dua prasasti berharga itu diboyong
melalui pelabuhan Surabaya pada 1813 dan mengarungi lautan dengan berlayar
menumpang kapal HMS Matilda menuju pelabuhan Kolkata, India. Sesampainya di
India dua prasasti itu pun kemudian disimpan dan menjadi bagian rumah keluarga
Minto di Kalkuta. Lord Minto sangat terkesan dengan dua kiriman batu besar
bertulis dari pedalaman Pulau Jawa itu, hingga menganggapnya dapat menyaingi
berharganya patung Peter Yang Agung di Saint Petersburg, Rusia.
Kala keluarga Minto pulang ke
Harwick, Skotlandia, hanya Prasasti Sangguran dari Malang yang terbawa.
Sedangkan Prasasti Pucangan tak turut serta diusung ke rumah baru. Kedua
prasasti hadiah itu terbengkalai dan terasing dari tempat asalnya. Prasasti
Sangguran telantar di halaman keluarga Minto di Roxburghshire, Inggris,
sedangkan Prasasti Pucangan tetap tersandera di Musum Kolkata India. Tertinggal
dan terlupakan. Karena berada dalam penguasaan Inggris begitu lama dan berada
di Kalkuta India, Prasasti Pucangan pun lebih terkenal dengan sebutan Calcutta
Stone.
Parahnya, di tengah sulitnya akses
menuju prasasti di Kalkuta ini, pencarian informasi Prasasti Pucangan juga makin
rancu karena adanya semacam batu marmer dari Kalkuta yang juga disebut Calcutta
Stone. Sehingga bila ingin mencari informasi Prasasti Pucangan dengan menuliskan
Calcutta Stone maka seringnya akan tersesat di penjelasan dan ilustrasi batu alam
khas Kalkuta. Jadi, perlu menuliskan lengkap dengan menyebutkan Pucangan pula
supaya tak terjerembab ke dalam informasi jual beli marmer India.
Kondisi Prasasti Pucangan kini memprihatinkan meski menjadi bagian dari
Museum Kalkuta. Batu Kolkata itu tak dipajang seperti layaknya benda berharga
penuh sejarah. Terjebak di gudang lembab dengan iklim negara yang mirip dengan
Indonesia. Permukaan Prasasti Pucangan pun tak terlindungi, dan hanya diangini
oleh semilir baling-baling kipas yang berdiri di beberapa meter di hadapannya,
bersama onggokan barang-barang lainnya yang entah statusnya.
Pihak negeri Bollywood agaknya tak terlihat punya pemahaman bahwa tugu
batu bertulis itu sangat penting bagi Indonesia. Kondisinya makin lapuk dimakan
usia, dan makin aus diselimuti jamur. Warnanya pun terlihat agak belang,
mungkin karena faktor kelembaban udara di sekitarnya. Sudah lebih dari 200
tahun Prasasti Pucangan terpenjara begitu mengenaskan di India. Sebagai
prasasti yang sangat bersejarah, terutama memuat riwayat hidup Raja Jawa yang
sangat penting, Batu Kolkata sangat sia-sia diperlakukan seperti itu.
Memang, sudah berbagai upaya dilakukan namun belum mendapatkan hasil
berarti. Melihat pentingnya prasasti ini untuk nusantara, maka harus ada sikap
dari beragam elemen terkait yang masih peduli terhadap sejarah utamanya peradaban
Jawa Timur untuk memulangkan Prasasti Pucangan, bahkan Prasasti Minto pula ke
pangkuan bumi pertiwi. Gerakan memulangkan Prasasti Pucangan digaungkan, namun
apakah pemerintah mau membantu diplomasi dan proses pemulangannya???
Prasasti Pucangan / Calcutta Stone
Museum Kalkuta India
insitu :
Lereng Pugawat,
Gunung Pucangan, Desa Cupak,
Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang
Matur nuwun untuk Mas Novi BMW tentang OJO Brandesnya berikut Bu Titi Surti sebagai pemilik file aslinya. Foto diambil dari berbagai sumber, masih menjadi mimpi untuk mengambil gambarnya langsung ke Kalkuta, India. Doakan terwujud.
Museum Kalkuta India
insitu :
Lereng Pugawat,
Gunung Pucangan, Desa Cupak,
Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang
Matur nuwun untuk Mas Novi BMW tentang OJO Brandesnya berikut Bu Titi Surti sebagai pemilik file aslinya. Foto diambil dari berbagai sumber, masih menjadi mimpi untuk mengambil gambarnya langsung ke Kalkuta, India. Doakan terwujud.
Btw, Apriliya Oktavianti dari
situsbudaya.id monggo kopas-kopas sepuas-puasnya ya. Nanti silakan pura-pura
lupa cantumkan sumber seperti biasanya, 'kan ya??? Haseeek, hasek hasek
haseeeekkk!!!
Luar biasa tulisannya mas. Kalau boleh saya nanya ya, spt kita tahu di banyak sumber haji wura wari itu dikatakan sekutu sriwijaya. Itu ada di prasasti pucangan atau hanya analisa saja ya kira2? Thanks sebelumnya
BalasHapusSudah jelas Sri Haji Wura Wari adalah raja bawahan dari Kerajaan Sriwijaya pada saat itu yang menjadi raja adalah putra dari Balaputradewa yang bernama Sri Cudamani Warmadewa, karena isteri Haji Wura Wari adalah putri dari Raja Sriwijaya yaitu Cudamani Warmadewa.
BalasHapusSumbernya apa? Pralaya mdang itu thn berapa? Sri cudamani itu jadi raja thn berapa?... Kok bisa2nya bilang sudah jelas.
HapusPermusuhan antara mdang dan sriwijaya itu adalah hoax. Hanya interpretasi thd prasati tentang candi ratu boko. Interpretasi ini terbukti keliru. Silahkan baca2 lagi. Terutama prasasti wantil
Prasasti Anjukladang, adalah bukti serangan dari Sriwijaya Raja Cudamani Warmadewa kepada Medang Kemulan Raja Sri Isana alias Raja Mpu Sendok, silahkan baca prasastinya di google....
BalasHapusAnda harus biasakan untuk mbedakan mana kerajaan melayu mana kerajaan sriwijaya
HapusPrasasti Wantil alias Prasasti Siwagraha vs. Prasasti Pereng/Candi istana Ratu Boko (Rakai Kayuwangi agama Siwa vs. Rakai Walaing Mpu Kumbayoni agama Budha) Rakai/watak Walaing Mpu Kumbayoni dalam prasasti Pereng disebut "Cicit Rakai Halu Maharaja Samagrawira" ??? identik disebut "Wala Putra" ??? Tidak identik dengan Balaputradewa ke Sriwijaya...
BalasHapusNah di sini anda sudah faham. Bahwa walaputs tidak identik dengan balaputradewa, sang raja sriwijaya. Jadi di mana bukti kok anda bisa mengatakan bahwa sriwijaya musuh medang itu sudah jelas?
HapusJadi, teori bahwa medang dan srieijaya bermusuhan itu dibangun berdasarkan orasasti wantil.
HapusMakanya semua perang medang melawan musuh dari luar selalu dikaitkan dgn sriwijaya. Salah satunya prasasti pucangan ini.
Pdhl tdk ada satu kata pun isi prasasti menyebut sriwijaya.
Di kemudian hari diketahui bahwa ternyata walaputra dan balaputradewa itu tdk sama. Alias orang berbeda.
Dengan demikian teori bahwa medang dan sriwijaya adlh musuh otomatis runtuh.
Maka, kata anda bahwa sudah jelas pralaya medang aa kaitanya dengan sriwijaya adalah ngaco.
Anda itu kalau bicara sejarah harus pakai timeframe waktu yg jelas.
BalasHapusArtikel ini membahas tentang oralaya medang. Itu ada angka tahunnya. Silahkan dibaca yg jelas.
Dan memang disebutkan bahwa prasasti anjukladang diinterpretasi oleh casparis sebagai anugerah atas bantuan warga selama perang melawan musuh dari melayu. Ingat ya, melayu. Prasari tidak menyebut sriwijaya. Melayu dan sriwijaya adlh dua kerajaan yg berbeda
Walaputra dlm prasasti wantil itu bukanlah balaputradewa. Itu udah lama diketahui. Bukunya banyak.
BalasHapusDia adlh anak bungsu rakaipikatan. Wala itu artinya bungsu.
Jadi, kata walaputra bisa merujuk kepaa siapa pun yg berstatus bungsu.
Balaputradewa adlh anak bungsu. Dia adlh adik dari raja medang. Jadi dia jadi raja sriwijaya, krn sriwijaya adlh wilayah medang. Bukan krn terusir.
Raja2 sriwijaya yg masyur itu yg anda baca dlm sejarah adlh sebenarnya raja medang.
Coba baca siapa iti daranindra. Siapa itu panangkaran.
Jadi, pada masa itu, medang dan sriwijaya berada di bawah dinasti yg sama yaiu sailendra. Dan berpusat di medang.
Baru seelah kematian pikatan lah, medang mengalami kemunduran karena diketahui setelah pikatan ada 2 orang yg mengaku sebagai maharaja jawa.
Inilah yg diberitakan dlm wantil. Perang saudara di medang. Dan di siu disebutkanlah walaputra, yaitu putra bungsu pikatan. Yg krn jasanya ini mewarisi medang.
Sebagai tambahan bukti. Dlm prasasti oeresmian borobudur diketahui bahwa oramodawardani adlh putri tunggal. Jadi dia tdk mempunyai kakak.
Dengan demikian, teori bahwa balaputra terusir ke sriwijaya krn kalah perang melawan iparnya adalah salah. Krn dia bukan kakak oranodawedani. Tapi adlh pamannya. Balaputra adlh adik bungsu bapaknya pramodawardani. Krn dia anak bungsu maka namanya juga ada kata 'wala'.
Maaf mungkin banyak typo soalnya ngetik fi hp layar kecil