Destinasi Sumber Banyu Biru menawarkan sensasi wisata
kuliner yang tak hanya berfokus pada makanannya melainkan keunikan cara
menyantapnya. Sumber Banyu Biru membuat diferensiasi berupa warung air yang
menyajikan sensasi wisata kuliner unik berupa makan sambil merendam kaki
di sungai.
Warung air adalah elemen paling unik dari Wisata Sumber Banyu
Biru. Para pemuda yang merintis destinasi Sumber Banyu Biru memiliki ide dengan
menyediakan beberapa set meja dan kursi di tengah aliran sungai. Meja dan kursi
air ini nantinya digunakan sebagai service
convenience bagi pengunjung untuk merasakan sensasi andok di atas Sungai Biru yang mengalir di tengah areal wisata.
Menunggu pesanan sambil merendam kaki |
Destinasi ini mulai dibuka menjelang lebaran dan cukup
viral di media sosial, kemudian baru ramai pasca Idul Fitri. Warga setempat
bergotong-royong sejak tiga bulan sebelumnya untuk mempercantik lokasi,
pengelola sudah menanam aneka tanaman hias dan taman bunga serta melakukan
pembangunan fasilitas penunjang seperti gubuk warung. Suasana sejuk khas
pegunungan ala Wonosalam juga membuat pengunjung betah berlama-lama di areal
wisata.
Obyek wisata ini disebut Sumber Biru oleh penduduk setempat,
kadang pula disebut Banyu Biru oleh warganet. Nama Banyu Biru sudah menjadi
tempat wisata di Pasuruan dan juga sebuah kolam renang di seberang Kebon Rojo
Jombang. Sedangkan nama Sumber Biru juga sudah digunakan di Malang yang obyek
wisatanya berada tak jauh dari Candi Singosari. Dari sinilah Jombang City Guide
lebih memilih untuk menggabungkan nama keduanya menjadi Sumber Banyu Biru yang
menjadi ikon wisata warung air di Wonotirto, Wonosalam.
Berada di Dusun Wonotirto, Desa Wonomerto, Kecamatan
Wonosalam bagian selatan. Wonotirto kerap disebut kawasan Ngembag oleh penduduk
setempat, meski tak ada hubungannya dengan Sungai Embag yang lekat dengan
Wisata Bukit Embag di dekat Pasar Wonosalam.
Rute menuju Wisata Sumber Banyu Biru dari tengah kota
Jombang lebih mudah ditempuh melalui Pasar Bareng. Dari Pasar Bareng lurus saja
ke selatan, yang nantinya sampai di Wonosalam selatan. Jalur ini bisa ditempuh
sekitar 20 menitan, dengan tipe lalu lintas normal. Akses jalan sudah lumayan
dengan tipikal jalan aspal sederhana dan beberapa area yang sudah dilapisi
beton. Meski bukan jalan yang lebar dan ada beberapa titik yang masih
gronjal-gronjal, setidaknya rute ini sudah bisa dilalui mobil.
Karena buta arah, Jombang City Guide mengikuti petunjuk
dari Google Maps tanpa mengutak-atik kembali ponsel. Pastikan baterai dan
paketan data dalam kondisi prima sehingga tidak kehabisan daya maupun kuota
ketika perjalanan. Wonosalam selatan masih krisis sinyal sehingga ancaman
kehilangan jangkauan operator dan menyulitkan update lokasi termasuk mengubah
arah haluan jalan. Sulitnya sinyal mungkin sebuah pertanda bahwa kembali ke
cara tradisional dengan interaksi dan bertanya pada penduduk setempat merupakan
metode petualangan paling ampuh.
Bertanya pada penduduk setempat |
Sesampainya di dekat lokasi, rupanya jalur sudah bisa
dilalui roda empat dan sudah ada tanda penunjuk jalan menuju lokasi. Sayangnya
Jombang City Guide kurang banyak berdoa sehingga kurang beruntung dengan datang
saat akses jalan baru saja diberi cor-coran. Jadi belokan masuk masih dipasang
bambu dan hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Mungkin sekitar seminggu lagi baru boleh dilalui kendaraan roda empat.
Masih ada palang bambu |
Terpaksa diparkir di luar, jauh dari lokasi |
Jalanan menurun saat menuju lokasi masih oke, namun
terimalah kenyataan ketika nanti harus pulang dengan jalur menanjak sambil
gendong bayi yang mancal-mancal
kegirangan melihat ayam dan ipus
maupun Si Guguk di salah satu rumah yang tepat di tikungan. Walah dek, Iguknya jangan dipanggil nanti kalau dia
ngejar susah nih larinyaaa….. Mendaki
jalan ini ceritanya, bukan mendaki gunung.
Posyandu Melati Wonotirto |
Gapura Wana Wisata Sumber Banyu Biru |
Tak jauh dari Posyandu Melati dan sebuah bangunan sederhana
yang seperti sebuah gereja, gapura masuk Wisata Sumber Banyu Biru sudah
terlihat. Lahan parkir yang cukup luas bisa menampung banyak kendaraan, meski
masih diisi kendaraan roda dua saja karena akses roda empat belum dibuka.
Jalanan menurun menuju lokasi |
Untuk memasuki areal wisata, tak dipungut biaya. Pengunjung
hanya dikenakan biaya parkir kendaraan saja. Pendapatan wisata ini berasal dari
transaksi wisata kuliner yang disediakan di warung-warung yang berada di dalam
area wisata. Pengunjung bisa memesan aneka makanan dari warung-warung yang
tersebar di lokasi wisata, tinggal pilih sesuai selera.
Warung Anak Alam : Menu sego jagung dan aneka gorengan |
Warung Artomoro : Menu bakso tumpeng, bakso mercon, rujak cingur dan tahu lontong |
Warung Jempol : Menu bubur kacang hijau, bubur serunthul, gado-gado, aneka jus |
Menu pecel dan sate ayam |
Bakso Tumpeng di atas meja air |
Menu yang disediakan cukup beragam dengan harga yang bersahabat, seperti Nasi Jagung, Nasi
Pecel, Sate Ayam, aneka gorengan, Lontong Tahu, Sempol, Bakso Tumpeng, Aneka
Penyetan, Rujak Cingur, Tahu Lontong, Gado-Gado, Mie Ayam, aneka jus alias smoothies, Bubur Kacang Hijau,
Bubur Srunthul, Es Buah, Soda Gembira maupun minuman sachetan.
Menu Boy |
Bakso Tumpeng |
Bubur Serunthul |
Gado-Gado |
Menu salah satu warung |
Bayi dan minuman sachetan |
Para wisatawan bebas memesan aneka makanan dari beberapa warung sekaligus sehingga bisa merasakan kombinasi menu yang beragam. Nantinya, para kru warung akan mengantar pesanan ke meja air di tengah sungai.
Bagi pengunjung yang tak ingin makan sambil kecek-kecek, bisa menyantap hidangan di
samping salah satu warung yang ada di lokasi. Seperti Jombang City Guide yang
membawa bayi, sensasi makan sambil kungkum kaki di sungai belum memungkinkan.
Akhirnya yang mencoba sensasi makan di atas sungai sementara ibuk dan bibinya
dulu..
Kungkum sikil |
Sungai di Wisata Sumber Banyu Biru disebut Sungai Biru. Air
yang mengalir di sungai cukup bersih meski airnya tak berwarna biru sesuai
‘nama merek’nya. Kedalaman sungai sekitar betis orang dewasa sehingga
memungkinkan andok sambil kungkum sikil. Sungai Biru sedikit membawa endapan
lumpur yang agak ‘terobok-obok’ karena aktivitas andok para pengunjung yang
membuat warna air agak kecoklatan. Meski agak coklat, sungai ini berasal dari
aliran air terjun kecil yang berada tak jauh dari meja makan air. Anak-anak bisa bermain di
dekat air terjun itu yang tak terlalu tinggi.
Saat Jombang City Guide mampir, tak terlihat seekor ikan
pun selama andok di atas sungai. Mungkin ikannya masih ndelik. Entah kebetulan atau tidak, Jombang City Guide tak melihat
ratusan kupu-kupu yang berterbangan di lokasi seperti yang dituliskan dalam
sebuah liputan. Bahkan Jombang City Guide tak melihat satu pun kupu-kupu maupun
serangga air seperti capung maupun anggang-anggang seperti yang bisa dilihat di
sungai Grojokan Selo Gonggo dan sungai di Selo Ageng.
Padahal, kualitas air sungai yang bisa dilihat dengan
adanya serangga air yang berterbangan di sekitar sungai. Banyak sedikitnya
serangga air di sungai merupakan indikator kadar pencemaran air. Mungkin para
serangga sungai itu agak ‘terpinggirkan’ sejak antusiasme kunjungan wisatawan ke
Sungai Biru yang kemudian ‘menjajah’ habitat mereka. Atau bisa jadi pula
kualitas air sungai sedikit tercemar??? Mungkin kejelasannya perlu konsultasi
dulu dengan ECOTON di Padepokan Wonosalam Lestari.
Di destinasi Sumber Banyu Biru ini, pengunjung juga tak
melulu hanya bisa menikmati makan di atas sungai maupun merasakan nuansa hutan
termasuk spot-spot foto yang bisa digunakan untuk berselfie ria yang nantinya
bisa dipamerkan di media sosial. Beberapa spot yang disediakan diantaranya spot
hati, spot gerbang ranting kembar, dan spot perahu bambu yang bisa dibuat
bergaya ala Mbak Rose DeWitt Bukater dan Mas Jack Dawson di film Titanic. Sayang
Jombang City Guide kok lupa kemarin gak kepikiran bikin foto itu ya.
Obyek wisata ini pada dasarnya menawarkan fitur wisata yang
mengangkat potensi alam seperti wisata sungai dan keasrian hutan, dengan spot
foto yang dibuat dari bambu dan kayu yang dihias sedemikian rupa. Fitur-fitur
ini mirip dengan destinasi wana wisata lain yang sedang tren di Wonosalam
seperti Wisata Bukit Embag dan Wisata Grojogan Selo Gonggo.
Istimewanya, ada spot lain yang berkaitan dengan cerita
rakyat penduduk setempat seperti spot Watu Dingklik dan spot Tapak Seno. Watu
Dingklik berada di samping sungai, dan untuk menuju ke watu dengklek hanya
perlu memasuki gapura bambu dan menyusuri jalan setapak. Rupanya sesuai
namanya, Watu Dingklik adalah batu yang berbentuk mirip kursi, dengan cekungan
yang bisa digunakan untuk duduk. Penduduk setempat percaya dulunya batu ini
digunakan oleh seorang pertapa untuk bersemedi sekian lama.
Sedangkan watu Tapak Seno berada tak jauh dari spot foto
hati dan gerbang ranting kembar. Watu Tapak Seno adalah batu yang di
permukaannya terdapat sebentuk jejak kaki yang menyerupai sebuah tapak kaki.
Meski guratannya tak terlalu jelas seperti Maqam Ibrahim di samping Ka’bah,
namun terlihat cekungan yang memang mirip sebuah jejak kaki lengkap dengan
cekungan jempol dan jari kaki yang lain.
Jejak kaki ini dipercaya sebagai tapak kaki milik Seno,
seorang tokoh pewayangan yang merupakan bagian dari Pandhawa dan punya nama
lain Bima atau Werkudara. Tapak kaki ini yang terlihat adalah kaki kanan, dan
dipercaya jejak kaki kirinya berada di Gunung Arjuno. Kebenaran cerita tentang
sosok Seno masih perlu dipertanyakan karena tokoh pewayangan hanyalah fiktif
belaka.
Jejak kaki di Tapak Seno ini bisa jadi merupakan tapak kaki
milik seseorang atau bahkan hanya cekungan batu yang kebetulan mirip dengan
telapak kaki. Meski demikian, batu Tapak Seno tetap menjadi salah satu elemen
wisata yang melengkapi obyek wisata Sumber Banyu Biru yang cukup digemari
wisatawan lokal.
Dulunya, batu Tapak Seno ini batunya cukup besar. Entah
mengapa seseorang membelah batu itu hingga berukuran seperti sekarang. Ada
kemungkinan saat membelah batu itu baru ketahuan ada sebuah jejak kaki di
permukaannya. Yang pasti tak ada lagi kisah yang bisa dikorek lebih lanjut
karena Si Pembelah Batu kini telah tutup usia.
Wahana Mini Cross juga tersedia untuk anak-anak pecinta
adrenalin tersedia di samping sungai. Track berupa jalanan kecil cukup menarik
untuk dicoba. Sayangnya saat berkunjung wahana ini sedang off. Sedangkan Bayi
Jombang City Guide masih belum cukup umur untuk mencobanya padahal ibuknya
yang kepingin nyoba. Mungkin wahana ini bisa dicoba oleh Princess Dija
sambil berkebaya Yuk Cilik Jombang. Xixixixi….
Lokasi wisata ini buka hingga malam hari dan sudah
dilengkapi dengan lampu penerangan dan kelap-kelip yang menghiasi area. Jombang City Guide mampir siang hari, jadi maaf ya nggak ada fotonya. Jadi
bagi pengunjung yang ingin merasakan sensasi makan di sungai malam-malam sambil
diterangi sinar temaram, bisa mencoba datang malam hari. Tapi akses jalannya
jadi agak ngeri sih soalnya minim lampu penerangan.
Jangan lupa setelah andok dan berkecek ria di Sumber Banyu
Biru untuk berziarah ke Makam Pangeran Benowo, melihat penggilingan kopi Wonosalam di De Luffi dan kecipak-kecipak di Kolam Renang Batu Pelangi yang ada di desa Jarak yang
bersebelahan dengan Wonotirto, sambil menyusuri kebun kopi yang membentang di
sepanjang mata memandang.
Destinasi ini cukup mengasyikkan dan menawarkan sensasi
yang unik dan berbeda di tengah monotonnya pariwisata rintisan yang menawarkan
fitur serupa yang hanya menawarkan wahana berupa spot foto. Obyek Wisata Sumber
Banyu Biru ini merupakan obyek wisata alam sekaligus wisata kuliner. Ada air terjun, taman sungai, wisata cerita rakyat, dan andok sambil kungkum sikil. Jadi,
sekali kunjungan bisa menikmati banyak jenis wisata sekaligus. Patut dicoba, kapan
main kesini???
Wana Wisata Sumber Banyu Biru
Jalan Argobiru, Daerah Ngembag
Dusun Wonotirto, Desa Wonomerto
Dusun Wonotirto, Desa Wonomerto
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang
Buka setiap hari
CP : Eko - 085251842167
Air biru nya mna ya ??
BalasHapus