Jadi kalau
dipikir, sebenarnya Es Oyen Stadion ini mirip sekali dengan es campur, hanya
saja disajikan dalam gelas-berpegangan dan tak menambahkan pemanis berwarna
lagi dalam sajiannya. Es Oyennya juga tak seperti pada pakem minuman aslinya
seperti yang ada di Bandung dengan aneka buah tambahan yang semarak. Tapi,
elemen cairannya yang berasal dari air kelapa penuh isotonik inilah yang
menjadikan es ala Stadion Jombang ini jadi berbeda dari Es Oyen lainnya.
Es Oyen Stadion ini sebenarnya merupakan minuman yang menjadi varian tambahan para pedagang Es Degan di sepanjang Jalan Gus Dur depan GOR. Varian Es Oyen diciptakan untuk makin menyemarakkan dagangan, sehingga pembeli tak hanya bisa menikmati es degan tapi juga es oyen. Berhubung elemennya sama dengan Es Degan Stadion, jadi dengan mudah saja tinggal ditambahkan cacahan agar-agar dan sagu mutiara sehingga tampilannya jadi makin cantik.
Es Oyen adalah Es Degan Ashiq |
Kelapa pecah di tempat |
Penuh Isotonik : Dari air kelapa asli |
Es Oyen berasal
dari Jawa bagian barat, yang sebenarnya merupakan kreasi lain dari Es Campur.
Namanya yang aneh seperti pelafalan orang cadel saat mengucapkan kata orange
ini kemudian menemani Es Degan Stadion, lalu menjadi varian tambahan bagi
penikmatnya yang kebanyakan adalah pelancong dari luar kota. Lokasinya yang
berada di Jalan Gus Dur dekat Simpang Tiga membuatnya seperti minuman selamat
datang bagi para pengendara yang memasuki kawasan kota Jombang.
Es Degavokad dan Es Oyen Stadion |
Es Degan
Stadion adalah bintang utamanya, kini didampingi Es Oyen dari Bandung ini.
Dengan aneka kombinasi jadi Es Degurian dan Es Degavokad menjadi salah satu
ikon kuliner khas Jombang dari lini minuman. Meski jalan tol Trans Jawa kini
mempengaruhi rute perjalanan para pengendara roda empat, namun kawasan kuliner
minuman Es Degan Stadion ini tak kehilangan penggemarnya.
Bersanding kayak manten |
Es Degan
Stadion sendiri punya keistimewaan berupa adanya penambahan susu kental manis yang
tak lagi boleh disebut demikian karena tak lagi dikategorikan laktasi
sehingga membuat warna airnya jadi putih seperti susu. Selain itu, tambahan kombinasi
aneka buah membuatnya jadi mirip es campur, meski tetap berbeda karena tak
memberikan siraman sirup dalam sajiannya.
Es Degavokad adalah apukat kocok dipadukan dengan degan |
Tambahan
buah yang utama adalah avokad, atau apokat, apukat, alpukat dalam bahasa
populernya. Pembuatannya juga cukup mudah, mirip dengan apukat kocok yang
kemudian digabungkan dengan air kelapa berikut daging degannya. Dari sini kemudian
istilahnya jadi Es Degan-Avokad yang kemudian bisa disingkat jadi Es Degavokad.
Varian Degavokad dijual seharga enam ribu rupiah per gelasnya.
Bergaya ala Oktoberfest |
Es
Degavokad ini tercipta dari adanya seorang penjual Es Degan di dekat Ringin
Conthong yang mungkin ingin menambahkan elemen lain dalam degannya. Lalu dia
melakukan inovasi berupa diferensiasi
penambahan avokad dalam dagangannya. Bisa jadi karena tak perlu banyak varian
buah supaya tak terlalu mirip es campur, dipilihlah avokad yang mungkin jadi
preferensinya kala itu.
Kemudian,
ada pula tambahan buah durian yang makin membuat Es Degan ini makin spesial.
Dari sinilah akhirnya es degan ini kerap disebut Es DegDur GOR karena lokasinya
yang memang berada di depan GOR Merdeka. Sayangnya penyebutan Es DegDur GOR
membuatnya sulit dilafalkan hingga akhirnya jadi menimbulkan banyak plesetan
aneh seperti Es DagDegDOR yang kemudian bisa ditambahkan teriakan kata Daia!
di belakangnya. Hadeeeeh. Jadi Es Degurian agaknya lebih mudah untuk
menyebutkan minuman satu ini.
Es Degurian dibanderol seharga 8rb rupiah, Sedangkan Es Oyen Berdurian dihargai 9rb rupiah |
Dulunya, buah
durian hanya tersedia tergantung musim. Kala itu memang teknologi berupa
penyimpanan durian dalam bentuk durian kupas masih belum dikenal sehingga
varian ini masih tersedias ecara periodik. Sedangkan varian tambahan buah
avokad lebih mudah diwujudkan. Meski sama-sama buah musiman, namun varian
tambahan buah avokad biasanya memang lebih mudah jadi opsi.
Es Oyen Berdurian : Itu kelihatan ada duriannya |
Sebenarnya,
sudah ada es degan serupa di Jombang yang diciptakan oleh Pak Seger dengan nama
Degan Ashiq. Pak Seger pula yang pertama kali membuat inovasi berupa tambahan krimer
kental manis dan aneka tambahan buah pada es degannya. Pak Seger-lah yang
pertama kali mempopulerkan es degan asyiknya ini di Jombang, agaknya minuman
ini tak terlalu populer juga karena faktor lokasi dimana hanya dijual di kedai
es Pak Seger. Es Degan Ashiq pun kurang membahana karena masih kalah bleger
dengan Es Lodehnya yang lebih legendaris.
Punya pendahulu namanya Es Degan Ashiq |
Seiring
dengan berjalannya waktu, kemudian Es Degurian dan Es Degan Avokad makin
merajalela hingga muncul aneka tambahan buah lainnya seperti leci maupun
bubuhan nata de coco. Jadi bila ditambahkan leci bisa disebut Es Degavolerian
yang merupakan sing katan dari Es Degan-Avokad-Leci-Durian. Sedangkan tambahan
nata de coco mungkin jadi Es Decovolerian : Es
Degan-NatadeCoco-Avokad-Leci-Durian. Mwahahahahahahha....... Hush! Btw, Enno
Lerian apakabar ya?
Cieeeeh masuk foto cieeeeeeeehhh |
UNDAR pascakebakaran |
Penjual Es
Degan Stadion ini berjajar sepanjang jalan mulai Simpang Tiga depan UNDAR, di berderet di depan GOR, hingga perempatan Stadion sehingga pengendara yang lewat bisa punya banyak
pilihan penjual. Mau pilih
rombong manapun, cita rasa buatannya tak jauh beda karena yang dijual berupa
barang yang sama.
Biasanya,
pengendara motor dari luar kota yang ingin melepas penat adalah ‘mangsa empuk’
Es Degan Stadion ini. Anak-anak peserta perjalanan jarak jauh di dalam mobil
yang memandangi segarnya Es Degurian yang dijajakan merupakan ‘korban’ lanjutan.
Terutama kala mudik lebaran, selesai macet, perjalanan jauh dan sekedar
mengambil waktu rehat untuk beristirahat. Di bawah pohon keres, meluruskan kaki
yang lelah sambil menikmati es Degan Stadion. Mau duduk di kursinya, atau mau lesehan, tetap sebuah kenikmatan tiada tara.
Sentra
kuliner ini sudah ada sekitar lima belas tahun yang lalu, yang berawal dari
seorang penjual es degan di depan KODIM ingin melakukan inovasi berupa
diferensiasi es degan supaya dagangannya berbeda dengan penjual es kelapa muda
lainnya. Laris manis inovasi itu kemudian menggoda penjual lain membuat
dagangan serupa. Akhirnya makin banyak penjual es degan yang melakukan
duplikasi hingga terjadilah pasar persaingan sempurna.
Meski
dagangannya sama, yang dikategorikan pasar persaingan sempurna, mereka punya
prinsip rejekine wong dewe-dewe, Gusti
Allah yang menentukan. Bahkan mereka rukun di dalam paguyuban dan rajin
berkumpul setiap bulan dalam rangka silaturrahmi. Dari sinilah, muncul kartel
perdagangan es kelapa muda berupa paguyuban pedagang es degan stadion yang
menaungi para pedagang penjual dagangan serupa di kawasan kuliner sepanjang
jalan depan GOR.
Bupati
Jombang kala itu memberi perhatian dengan menetapkan warna gerobak yang seragam
sesuai identik Kota Santri yaitu hijau dan merah. Seiring berjalannya waktu,
kemudian tampuk kekuasaan pun berubah merapat ke Partai Pohon Beringin sehingga
nuansa merah dihapus dan semua pedagang pun diganti rombongnya menjadi
kuning-hijau sesuai arus kuningisasi kala itu. Meski kini singgasana sudah
kembali lagi ke nuansa hijau dan merah, tampaknya penguasa yang baru tak
terlalu terburu-buru ingin mengganti nuansa sisa kuningisasi itu kembali ke
warna yang sesuai dengan ciri khas Jombang.
Degan ijo yang bukan sekedar pajangan |
Setiap
gerobak memiliki desain beragam, dengan warna yang sama dan tempat khusus untuk
butir kelapa muda hijau yang tak hanya sebagai pajangan tapi juga sebagai
amunisi perdagangan. Di sampingnya, tampak ada tulisan berupa varian buah
tambahan yaitu avokad dan durian. Kemudian berkembang lagi ditambah leci bahkan
nata de coco yang mungkin karena ketersediaannya, hanya berupa buah kalengan bukan
buah segar maksudnya.
Es Oyen
pun tak mau ketinggalan menghiasi rombong Es Degan Jombang ini, yang kemudian
menjadi varian lain yang menggoda pengendara yang melintas. Dengan adanya
varian Es Oyen ini agaknya Es Degan Jombang jadi makin variatif, hingga bisa
dijadikan jujugan jamuan tamu luar kota berupa minuman khas Jombang.
Kawasan
ini buka sekitar pukul 08.00 WIB kala penjual mulai berdatangan dan menggelar
dagangannya. Memang, Es Degurian dan Es Oyen Stadion ini paling enak diminum
kala tengah hari, apalagi dinikmati di bawah pohon keres yang juga ditanam oleh
peserta paguyuban Es Degan Stadion. Jadi bisa dikatakan, Es Degan Stadion ini
juga bisa disebut Es DPC alias Es Degan di bawah Pohon Carson/Ceres.
Hahahhahaha.........
Es Degan
ini tutup menjelang maghrib, sekitar pukul 17.00 WIB biasanya pedagang mulai
membereskan dagangannya. Lagian gak seru juga minum es degan maghrib-maghrib
karena tak adanya penerangan, selain waktu petang juga bukan saat yang baik
untuk di luar rumah. Jadi untuk menikmatinya, mohon perhatikan waktu-waktu
tersebut.
Kala
Bazaar Ramadhan yang digelar di tempat yang sama, biasanya penjual Es Degurian baru
akan berjualan ketika waktu ashar yang nantinya akan berbaur dengan penjual
dadakan lain selama Ramadhan. Biasanya banyaknya aneka varian minuman lain
membuat pilihan Es Degan-Avokad ini jadi agak terpinggirkan. Meski demikian,
kalau memang lagi niat beli ya pasti
beli aja lah ya.
Jombang sebenarnya
punya beberapa sentra kuliner yang memanjakan lidah. Ada kawasan legendaries kuliner
Pecel Lele Perak, Kikil Mojosongo yang naik daun, Lontong Balap Sembung yang
stagnan, kini juga ada sentra Es Degan Stadion. Jadi pilihan ajak tamu andok
kulineran di sentra makanan khas dan ala Jombang makin banyak opsi, selain
wisata kuliner makanan enak unggulan dari Kota Santri lainnya. Tinggal pilih,
tinggal santap!
Es Oyen –
Es Degavokarian Stadion
Kawasan Kuliner Es DegDur GOR Merdeka
Sepanjang Jalan Gus Dur sisi depan UNDAR
Jalan Gus Dur – Ex Jl. Merdeka
Mojongapit, Kabupaten Jombang
Buka setiap hari
Pukul 08.00 WIB – 15.00 WIB
Artikel
ini sebenarnya sudah pernah ditulis dalam liputan sebelumnya, berhubung detail
belum dibahas secara terperinci sehingga dibuatlah lagi dalam sudut pandang Es
Oyennya, meski kebanyakan bahasan masih berupa Es Degurian sebagai primadona
utamanya. Selain itu, artikel ini dibuat juga berdasarkan penemuan kopasan
mentah-mentah dari sesama blog gratisan yang agaknya mengkloning hampir semua
artikel yang ada di Jombang City Guide.
Memang
blog itu sudah tak aktif lagi mengkloning semua artikel yang ada di Jombang
City Guide. Tapi itu sudah merupakan sebuah bukti bahwa setiap orang bisa mentah-mentah
menduplikasi karya orang lain. Tapi kreativitas itu tanpa batas, itulah yang jadi
bagian dari yang tak bisa ditiru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar