Berawal
dari bencana badai yang merusak ratusan rumah warga di Desa Karanglo tahun lalu,
akhirnya pemerintah Kabupaten Jombang dengan sigap menurunkan bantuan. Dari
sinilah kemudian dilakukan inovasi dengan budidaya tanaman hidroponik yang
digagas pertama kali oleh seorang warga yang berhasil menggunakan metode ini
dalam aktivitas bercocok tanamnya.
Budidaya
tanaman hidroponik ini kemudian diikuti oleh beberapa warga desa lain sehingga
membuat Camat Mojowarno berani menetapkan Dusun KarangLo, Desa KedungLo sebagai
kampung hidroponik pertama di Jombang kebanggaan Mojowarno. Dari keberhasilan
inilah, akhirnya Wisata Kampung Hidroponik tercetus kemudian diresmikan di
akhir November 2018 oleh Bupati Jombang terpilih.
Sebenarnya
sudah ada pengembang tanaman hidroponik di Kota Santri yaitu di Kwaron dan
Plandaan. Agrowisata Bale Tani dan Kebun Kelengkeng Suwarno bahkan juga
menggunakan metode ini untuk beberapa tanamannya yang bisa dibeli di lokasi. Namun
belum ada yang mencakup satu kampung seperti di Dusun KarangLo.
Dari
budidaya tanaman kreatif ini, akhirnya warga mendapatkan pendapatan tambahan
berupa order hasil tanaman hidroponik dari berbagai daerah seperti Surabaya dan
Bojonegoro. Bahkan setiap minggunya, biasanya ada petugas dari luar kota yang
siap ‘mengimpor’ tanaman hidroponik KedungLo ini untuk dijual di kota asalnya.
Pipa paralon dengan sirkulasi air |
Tanaman
hidroponik adalah tanaman yang media tanamnya bukan berupa tanah tapi menggunakan
‘lahan’ air. Karena tak ditanam di media tanah, tanaman hidroponik tak perlu
disiram, melainkan selalu dialiri air yang berputar dengan sirkulasinya diantara
pipa.
Mesin sirkulasi air |
Memang,
tanaman hidroponik dikembangbiakkan di atas aliran air seperti akuarium melalui
media pipa. Pipa-pipa tersebut dilubangi untuk ‘singgasana’ tanaman-tanaman,
lalu air dialirkan untuk ‘menghidupi’ tumbuhan ini. Uniknya, dengan media air
ini, tanaman hidroponik malah lebih hemat air dibandingkan penanaman media
konvensional.
Tanaman Hidroponik |
Tanaman
hidroponik juga cocok untuk penghobi cocok tanam, tapi tak memiliki lahan yang
luas. Caranya, pipa tanaman hidroponik bisa diatur bertingkat sehingga berbentuk ke
atas tak memakan tempat terlalu lebar.
Ada
beberapa jenis tanaman yang dapat tumbuh subur dengan menggunakan teknik
menanam hidroponik, namun ada pula yang tidak. Beberapa tanaman yang sukses
ditanam dengan metode ini adalah selada, selada keriting, selada merah dan
masih banyak lagi.
Secara
umum, teknik penanaman dengan cara hidroponik mampu menghasilkan tanaman yang
sehat, karena metode ini ramah lingkungan. Sayuran yang ditanam dengan teknik
ini lebih aman dikonsumsi karena tak memerlukan herbisida ataupun pestisida
yang beracun dalam prosesnya. Tanamnnya pun lebih bersih dan tentu saja seakan
bisa langsung dilahap karena tak mengandung serpihan pasir sama sekali.
Memasuki
tahun 2019, laju budidaya tanaman ini mulai menurun. Tanaman hidroponik tak
tahan dengan cuaca ekstrim. Tak kuat dengan cuaca terlalu panas, hingga tak
tahan dengan curah hujan tinggi yang melanda desa. Tanaman-tanaman milik petani
di KedungLo banyak yang mati.
Entah
kurang sabar atau kurang telaten, sepertinya para petani ini belum banyak yang
mendapat konsultasi yang jelas mengenai cara budidaya tanaman hidroponik yang
benar. Selain itu, belum adanya ahli yang bisa dimintai saran dan fungsi
pemberi solusi juga tidak tersedia sehingga para petani seakan tak punya arah karena
tak banyak yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai budidaya tanaman
hidroponik ini.
Para petani
juga cukup heran dengan perbedaan hasil antara petani satu dengan yang lain,
dimana ada yang sukses dan begitu subur sedangkan yang lain malah layu dan mati.
Meski menggunakan metode perawatan yang sama perbedaan hasil ini cukup
menyurutkan semangat para petani hingga akhirnya banyak yang menghentikan
budidaya hidroponik di Kampung Hidroponik KedungLo ini.
Padahal,
modal untuk memulai bercocok tanam dengan tenik hidroponik ini didapat dari pinjaman
UPK atau Usaha Kelompok Petani Kecil. BEP belum dicapai, namun sudah banyak
pipa hidroponik yang mangkrak tak terpakai.
Meski
sudah menyurut populasi petani hidroponiknya, kita tetap bisa mengunjungi
Kampung Hidroponik di KedungLo dan mendatangi petani-petani yang masih bertahan
membudidayakan tanamannya dengan metode ini. Tinggal datang ke halaman rumah
yang ada tanaman hidroponiknya, maka pengunjung bisa melihat langsung cara
budidayanya. Selain itu, bisa pula membeli hasil tanaman hidroponik ini,
dijamin segar dan bebas pestisida.
Pak Suyono dan Budidaya Tanaman Hidroponiknya |
Salah
satunya di kediaman Pak Suyono, satu dari beberapa petani yang masih
mempertahankan metode hidroponiknya. Pak Suyono masih bertahan semampunya,
dengan prinsip usaha optimal. Bertani memang hasilnya tak menentu, yang jelas
tetap usaha maksimal. Panen atau tidak, yang penting tetap jalan dan bertahan.
Semua
petani hidroponik di KedungLo merupakan petani konvensional yang kemudian punya
usaha sampingan dengan bertani melalui metode hidroponik. Awalnya ada 18 petani
yang mencoba metode ini, namun satu per satu rontok lalu berguguran.
Menjemur gabah |
Jombang
City Guide datang berkunjung melihat budididaya tanaman hidroponik ini di
halaman rumah Pak Suyono yang juga sedang digunakan untuk menjemur gabah. Budidaya
tanaman hidroponik Pak Suyono tak seberapa banyak, hanya dua kelompok pipa yang
ditanami selada dan selada keriting. Meski tak banyak, namun lokasi budidaya
Pak Suyono inilah dulunya yang digunakan peresmian Kampung Hidroponik KedungLo
oleh Bupati Jombang saat launching.
Tanaman
hidroponik Pak Suyono tampak cukup subur. Memang beberapa ada yang tak
berkembang maksimal, namun beberapa yang lain juga bisa dipanen. Setidaknya,
budidaya hidroponik milik Pak Suyono masih bertahan di tengah kerasnya cobaan
dalam keberlangsungan metode ini di kampungnya.
'Bunga' hijau |
Jombang
City Guide membeli beberapa selada keriting yang segar dan dipanen langsung di
depan mata. Bahkan bayi Jombang City Guide tanpa ba-bi-bu langsung menggigit
daun selada yang diterimanya. Dia mengira itu bunga yang indah nan hijau, dan
tampak begitu senang memegangnya secara langsung.
Langsung Hap! |
Wisata Petik Sayur Hidroponik |
Sebenarnya,
jika wisata ini terus berlanjut, bisa dijadikan wisata petik sayur hidroponik
yang menyenangkan untuk para wisatawan dan anak-anak yang ingin mengetahui dan
belajar pertanian dengan metode hidroponik. Ibu-ibu penggemar sayur seperti
Ibunda Jombang City Guide pasti kegirangan bisa memanen langsung sayur-sayur
segar ini, seperti yang pernah dilakukan di Kebun Sayur Hidroponik Surabaya di
Kentintang yang sudah menjadi contoh sukses dan panutan para petani hidroponik
Jawa Timur.
Wisata Petik Sayur |
Sayangnya,
tidak adanya konsultan maupun pakar tanaman yang bisa memberikan saran juga
menjadikan terhambatnya hasil budidaya tanaman hidroponik ini, sehingga
budidaya kurang berkembang dan banyak yang layu dan mati.
Buket Sayur |
Sangat
ditunggu tindakan dari para pejabat setempat untuk kembali menghidupkan wisata
kebun hidroponik ini supaya kampung hidroponik ini tetap bertahan, minimal
dengan memberikan penyuluhan maupun mengirimkan konsultan untuk ‘membriefing’
para petani.
Kini,
wisata ini hanya bertumpu pada para petani yang tersisa dan para wisatawan yang
datang berkunjung untuk ‘menghidupkan’ kembali semangat para petani untuk
membudidayakan lagi tanaman hidroponiknya.
Hmm… kok malah kepikiran bikin buket bunga dari sayuran
hidroponik ya??? Bukan buket bunga namanya, tapi jadi Buket Sayur lah,
hehehehehhe….
Wisata Kampung Hidroponik Mojowarno
Dusun KedungLo, Desa
KarangLo
Kecamatan Mojowarno, Kabupaten
Jombang
Pak Suyono : 085 98 550 4988
Tidak ada komentar:
Posting Komentar