Seperti tempat wisata pada umumnya, Candi Arimbi banyak dikunjungi para
pelancong yang melintas dari dan ke Wonosalam. Jadi biasanya, setelah berwisata
ke Wonosalam, pengunjung mampir ke Candi Arimbi sebagai tambahan destinasi.
Wajarlah karena lokasinya memang berada di salah satu jalur utama rute
Wonosalam.
Relung-relung candi kerap diisi arca, yang berhubungan dengan dewa yang sosoknya dicandikan dalam arca.
Dalam ekspedisi tersebut, tak sengaja Wallace menemukan bangunan kuno eksotis yang tersisa tinggal separuh badannya. . Bangunan candi seperti teriris secara vertikal sehingga pengunjung bisa berdiri bidang datar di bagian selatan candi.
Candi Arimbi berada di lereng salah satu sisi Pegunungan Anjasmoro.
Ditemukan kembali pertama kali oleh Alfred Russel Wallace yang sedang berkunjung
ke lereng pegunungan yang salah olehnya salah disebutkan namanya. Tuan ilmuwan
dari Inggris itu sedang melakukan ekspedisi untuk pengumpulan spesimen hewan
yang ada. Saat didokumentasikan pertama kalinya, Candi Rimbi kondisinya sudah
runtuh sebagian seperti keadaannya sekarang. Berdiri tegak separuh bagiannya,
Terdapat beberapa arca yang ditemukan di lokasi, termasuk Arca Dewi
Parwati yang dipercaya sebagai arca utama candi ini. Umumnya, dalam sebuah
candi terdapat beberapa arca yang biasanya diletakkan dalam tiap relung candi
berikut patung utama sebagai sosok yang dicandikan di bangunan cagar budaya.
Candi Rimbi memberikan banyak inspirasi
bagi warga setempat. Selain sebagai destinasi wisata sejarah juga sebagai salah
satu ikon budaya Jombang. Motif sulur yang terpahat di salah satu pecahan candi
yang sengaja diletakkan di seberang tangga masuk candi dijadikan motif batik
kebanggaan Jombang. Pengambilan inspirasi motif tersebut didapat dari kampung
halaman Bupati Jombang yang kala itu menggagas pembuatan batik nJombangan yang
juga berasal dari Bareng, kecamatan yang sama dengan lokasi Candi Arimbi
berada.
Adalah Batik Sekarjati dari Jatipelem
yang menciptakan batik khas Jombang yang dinamai Batik Tribuana. Dinamakan
Tribuana karena identik dengan sosok Tribuana Tunggadewi yang diduga kuat
sebagai sosok yang dicandikan di sini. Selain itu, Tribuana merupakan ibunda
Hayam Wuruk yang berperan penting dalam membidani kejayaan wilwatikta.
Motif bunga yang berbentuk sulur itu,
mengingatkan pada bentuk tuba falopi yang merupakan rahim perempuan. Dari rahim
perempuan yang dicandikan di sini pula, Hayam Wuruk lahir sebagai raja paling
masyhur dari Majapahit. Menariknya, motif khas era Majapahit itu juga mirip
sekali dengan pahatan yang ada di cerat Yoni Gambar di Sedah, Japanan,
Mojowarno.
Informatif plus foto2 yg rinci.
BalasHapusMatur nuwun.