Lokasi Wisata Sendang Made dapat dicapai dengan rute
melintasi Jembatan Ploso, belok kanan dan lurus saja hingga kita menemukan
papan penunjuk jalan menuju Desa Made dan Wisata Sendang Made.
Banyak penunjuk
jalan ke lokasi, dan kita akan menyusuri jalan lapis beton yang bisa dilalui
mobil sehingga tak perlu lagi berjalan kaki untuk mencapai tempat petilasan. Sebelum
sampai di lokasi, kita akan melewati Makam Desa Made dan Makam Mbah Nodi.
Kompleks Makam Mbah Nodi |
Untuk memasuki lokasi wisata, pengunjung tidak dipungut
biaya. Sebagai gantinya, kita hanya diwajibkan membayar biaya parkir kendaraan.
Untuk mobil ditarif seharga selembar lima ribu rupiah dan bisa memarkir
kendaraan di tengah lokasi wisata. Sedangkan untuk motor, bisa diparkir di
halaman rumah juru kunci yang masih berada di dalam kompleks petilasan Sendang
Made.
Pos Parkir |
Parkir Motor |
Pohon Raksasa |
Pohon Tua Raksasa |
Memasuki lokasi wisata, kita akan disuguhkan pemandangan
pepohonan tua yang akarnya begitu kokoh dan besar. Pepohonan ‘kuno’ itu tinggi
menjulang, sehingga ranting dan dedaunannya menghalagi cahaya mentari menembus
bagian bawahnya. Saat Jombang City Guide berkunjung cuaca benar-benar terik,
namun terasa teduh dan sejuk karena naungan pepohonan di lokasi wisata.
Pohon Besar |
Langit Terik namun tetap teduh |
Dinamakan sendang, karena ada banyak kolam di kompleks
petilasan Raja Airlangga ini. Ada satu kolam utama berukuran sekitar 8 x 11
meter yang dinamakan Sendang Gede.
Ada kolam-kolam lain yang berukuran lebih kecil di sekitar Sendang Made. Setiap kolam bahkan punya nama sendiri-sendiri, yaitu :
Ada banyak kolam |
Ada kolam-kolam lain yang berukuran lebih kecil di sekitar Sendang Made. Setiap kolam bahkan punya nama sendiri-sendiri, yaitu :
Sendang Payung : Kolam yang digunakan untuk ritual bertapa
Sendang Pegilon : Kolam yang digunakan untuk berkaca wajah dan konon digunakan untuk semacam kaca benggala mengintai serangan musuh. "Mirror, mirror on the water..." Hehehehe
Sendang Kamulyan : Kolam yang airnya digunakan ntuk membasuh luka dan berkhasiat untuk menyembuhkan sakit
Sendang Condong : Kolam yang airnya digunakan untuk memasak
Sendang Padusan
Sendang Sinden : Kolam yang digunakan untuk merenung dan di masa kini difungsikan untuk 'melantik' para sinden
Sendang PaOmben : Kolam yang digunakan untuk kebutuhan air sehari-hari selama raja berada di pelarian
Sendang Drajat : Kolam yang digunakan untuk mandi raja dan kerabatnya
Sendang Pegilon : Kolam yang digunakan untuk berkaca wajah dan konon digunakan untuk semacam kaca benggala mengintai serangan musuh. "Mirror, mirror on the water..." Hehehehe
Sendang Kamulyan : Kolam yang airnya digunakan ntuk membasuh luka dan berkhasiat untuk menyembuhkan sakit
Sendang Condong : Kolam yang airnya digunakan untuk memasak
Sendang Padusan
Sendang Sinden : Kolam yang digunakan untuk merenung dan di masa kini difungsikan untuk 'melantik' para sinden
Sendang PaOmben : Kolam yang digunakan untuk kebutuhan air sehari-hari selama raja berada di pelarian
Sendang Drajat : Kolam yang digunakan untuk mandi raja dan kerabatnya
Sendang Gede : Kolam yang boleh digunakan untuk masyarakat umum
Sendang Drajat |
Sedang Gede |
Sendang Kamulyan |
Sendang PaOmben |
Sendang Pengilon |
Ada ikannya |
Ada ikan yang hidup di dalam kolam-kolam yang tak pernah
kering itu. Ikan-ikan itu tak boleh diambil dan diganggu serta punya mitos lengkap
dengan cerita magisnya. Konon, ikan-ikan itu melambangkan perkembangan dan
kondisi zaman. Katanya, bila terlihat hanya sedikit ikan dalam kolam tandanya
zaman sulit. Sedangkan bila ikan terlihat banyak dan gemuk, maka pertanda murah
sandang pangan.
Saat Jombang City Guide mampir, kondisi air tampak keruh, dan
bahkan ada satu kolam yang tidak ada airnya. Hanya ada satu kolam yang berisi
ikan koi. ikan di kolam terlihat banyak dan besar,
namun tidak terlihat di kolam lain. Waaah.. kalau demikian pertanda apa ya???
Asat |
Kolam-kolam tersebut dikuras secara berkala oleh para
pengurus petilasan, dengan bergotong-royong bersama warga desa. Pengurasan
kolam dilakukan secara manual, namun karena dilakukan secara bergotong-royong
aksi bersih sendang ini berlangsung cukup singkat.
Akhir-akhir ini, peserta pengurasan kolam makin sedikit
yang hadir. Bisa jadi karena perkembangan zaman, sehingga mulai menipisnya
warga yang mempercayai berbagai mitos yang ada di Sendang Made. Selain itu,
faktor teknologi juga menjadikan aktivitas kuras kolam menjadi lebih mudah
karena didatangkannya mesin penguras kolam sehingga tak perlu lagi kehadiran banyak
warga untuk melakukannya. Sungguh ini merupakan bukti bahwa tenaga mesin sudah
mulai mengurangi peran tenaga manusia.
Sendang Made adalah situs petilasan bersejarah peninggalan
Prabu Airlangga. Sendang Made berasal dari kata sendang yang artinya kolam dan Made yang merupakan nama desa dimana kolam-kolam yang tak pernah kering itu berada. Sendang Made dulu dikenal sebagai Dempo Madukoro, yang mungkin kemudian disingkat menjadi ‘dema’ dan dibalik menjadi Made yang lalu menjadi nama desa. Mungkin lho.
Namun dasar yang lebih kuat didapat dari kultur budaya Bali dimana Prabu Airlangga berasal. Sang Prabu yang berasal dari Bali dan nama Made identik dengan panggilan di Pulau Dewata. Tak heran nama Made selalu menjadi sebutan anak kedua di Bali. Made sendiri berarti kebesaran dan bisa juga diartikan pertengahan.
Cerita turun-temurun sudah menjadi bukti paling kuat yang merujuk pada sejarah tempat ini. Selain itu juga ditemukan banyak lumpang dan artefak lainnya yang bertuliskan aksara kuno. Aksara kuno itu bisa disebut Prasasti Made yang memuat angka tahun atau informasi mengenai asal pembuatannya yang diperkirakan dari era Raja Airlangga. Ada kemungkinan Sang Prabu menggunakan nama 'Made' sebagai nama samarannya ketika dalam pelarian, yang kemudian menjadi asal-usul nama desa.
Awal ceritanya, Sang Raja yang merupakan seorang pangeran dari Bali
ini sedang melangsungkan pernikahan dengan putri Dewi Sekarwati yang
merupakan anak dari paman matrilinealnya. Ketika pesta pernikahan sedang
digelar, tiba-tiba ada serangan dari tentara Raja Wura-Wuri dari Tulungagung. Sang
Pangeran Bali dan pengantinnya lari ke
pedalaman Made di Jombang ditemani ‘asisten kepercayaannya’ Mpu Narotama dan pengikutnya
termasuk para dayang.Cerita turun-temurun sudah menjadi bukti paling kuat yang merujuk pada sejarah tempat ini. Selain itu juga ditemukan banyak lumpang dan artefak lainnya yang bertuliskan aksara kuno. Aksara kuno itu bisa disebut Prasasti Made yang memuat angka tahun atau informasi mengenai asal pembuatannya yang diperkirakan dari era Raja Airlangga. Ada kemungkinan Sang Prabu menggunakan nama 'Made' sebagai nama samarannya ketika dalam pelarian, yang kemudian menjadi asal-usul nama desa.
Pedalaman Made yang dipilih untuk lokasi persembunyian
adalah lokasi Wisata Sendang Made sekarang. Dulunya, Desa Made adalah hutan
belantara, sehingga lokasi ini dirasa cukup aman dari kejaran tentara
Tulungagung yang memburunya. Lokasi itu kemudian menjadi rumah persembunyian
Sang Raja.
Sang Prabu ditemani ‘asistennya’ Mpu Narotama dan para
dayang hidup selama tiga tahun di Sendang Made. Selama masa pelarian ini Raja
Airlangga menyamar menjadi rakyat biasa yang bekerja sebagai pembuat kerajinan,
pengrajin emas, dan sesekali berprofesi sebagai grup kesenian keliling.
Selain sebagai destinasi wisata sejarah petilasan Raja
Airlangga, Sendang Made juga menjadi destinasi wisata budaya karena adanya
ritual adat kungkum yang rutin dilakukan di Sendang Made. Kungkum yang dalam
bahasa Jawa artinya berendam atau mandi di kolam, dulunya dilakukan oleh Raja
Airlangga.
Sang Prabu dulunya sering melakukan nyepi di kolam ini. Aktivitas
nyepi ini semacam meditasi yang dilakukan dengan mandi berendam dalam sendang. Kolam-kolam
ini semacam ‘bath tube’ yang berfungsi sebagai tempat Sang Raja membersihkan
diri, tapi dalam versi alami dan tradisionalnya. Bisa jadi, setelah mandi
beliau tampak bersih dan segar setelah tandak ngamen keliling, sehingga
penampilannya makin menarik dan makin laris sebagai pengamen.
Karena makin laris dalam aktivitasnya dalam tandak ngamen,
masyarakat pun meyakini dengan melakukan ritual ini akan laris tanggapan
seperti yang dialami Raja Airlangga saat menyamar menjadi pengamen. Selain itu
keinginan Sang Prabu juga terpenuhi. Dari kisah ini akhirnya muncul tradisi
kungkum yang digelar setiap tahun pada bulan Suro. .
Ritual kungkum alias berendam ini kemudian menjadikan
Sendang Made sebagai lokasi jujugan para sinden, atau siapapun yang ingin
mendapatkan ‘kejayaan’ dalam karirnya. Dipercaya, siapa yang melakukan ritual
kungkum di dalam kolam Sendang made akan mendapat apa yang diinginkan dan mitos-mitos
itu seakan menjadi kenyataan. Menurut Mbah Supono Sang Juru Kunci, berendam
dalam kolam hanya sebagai media. Meminta hajat tetap pada Allah Sang Pencipta,
dan yang paling penting adalah keyakinan.
Orang-orang yang kungkum di Sendang Made umumnya memiliki
harapan tersediri. Biasanya, orang yang ingin peningkatan dalam karirnya segera
terwujud, atau dalang makin terampil dalam menggerakkan lakonnya. Para sinden
juga kemari berharap suara sinden tersebut bisa semerdu istri Sang Prabu yang juga dikenal dengan nama Galuh Sekar Kedaton. Permaisuri Raja Airlangga yang juga merupakan putri Prabu Dharmawangsa ini mungkin berperan menjadi ‘vokalis’ Sang Raja saat menyamar menjadi pengamen
keliling.
Ritual ini dilakukan sendiri oleh yang memiliki hajat dengan
berendam (maaf) telanjang dalam salah satu kolam yang diinginkan, dengan
didampingi oleh Sang Juru Kunci yang memandu dari di tepi kolam. Seluruh tubuh
dicelupkan ke dalam air hingga tiga kali sambil berdoa meminta kepada Yang MahaKuasa.
Banyak kepala desa maupun artis yang konon sudah melakukan ritual ini. Termasuk
Inul Daratista yang kini sudah menjadi pedangdut papan atas tanah air.
Ritual ‘privat’ ini dilakukan tak hanya di siang hari, tapi
juga tengah malam. Tak heran inilah mengapa Sendang Made buka 24 jam, mengingat
banyaknya pengunjung yang ingin melakukan ritual dalam waktu tertentu sesuai
amalan yang dipercaya mampu mengabulkan keinginan. Contohnya di malam kamis
legi, lokasi ini pasti ramai oleh para peziarah yang mencari wangsit maupun
berkunjung ke petilasan.
Sedangkan ritual ‘pelantikan’ sinden biasanya dihelat
setahun sekali di Bulan Suro, dan dilakukan bersamaan. Seorang perempuan yang
akan menjadi sinden, atau Sang Dalang dalam pementasan wayang harus dimandikan terlebih
dahulu di Sendang Made, karena mengikuti aktivitas yang menjadi cikal bakal ritual
yang dilakukan Raja Airlangga selama tergabung dalam grup kesenian keliling. Ritual
mandi di Sendang Made adalah sebuah perlambang untuk terjun ke dunai seni
tradisional dari berbagai macam profesi seni.
Kumkum sinden ini juga dilakukan untuk pembersihan jiwa
semua pelaku seni agar selalu menghasilkan karya yang semakin baik. Selain itu
juga sebagai bentuk penobatan profesionalisme, tujuan agar tidak terjadi
kesenjangan diantara sesama seniman.
Biasanya ada puluhan sinden dan dalang yang hadir untuk ‘diwisuda’,
yang bertujuan supaya suaranya makin merdu dan orderan manggung tak pernah
surut. Ritual penglaris ini juga dipercaya membuat para sinden dan dalang menjadi
awet muda serta auranya terpancar. Beberapa orang meyakini, sinden yang pernah
mandi di Sendang Made selalu tampak anggun dan mempesona.
Prosesi unik dimulai dengan mengguyur air sendang ke tubuh
para peserta ritual. Dengan kebaya merah dan jarik, para sinden ini berjajar
untuk melakukan ritual kungkum. Saat air sendang diguyurkan oleh tokoh
masyarakat setempat, para calon sinden dan dalang dianjurkan berdoa meminta apa
yang diinginkan kepada Yang MahaKuasa. Lalu dituangkan air yang sudah diberi
doa ke dalam guci yang boleh dibawa pulang oleh para peserta pelantikan.
Jombang City Guide lagi syuting |
Setelah selesai dilantik sebagai sinden, para peserta
penobatan dikalungkan selendang hijau yang menandakan mereka sudah sah sebagai
sinden. Selendang hijau yang dikalungkan tampak kontras dengan kebaya merah yang
mereka kenakan. Kebaya merah adalah jati diri mereka dan pengalungan selendang
hijau sebuah perlambang para sinden ini resmi masuk dalam dunia seni
tradisional. Merah dipadukan dengan hijau, sesuai dengan warna perlambang kota
Jombang.
Destinasi wisata ini masih benar-benar alami dan kuno,
sehingga masih banyak diperlukan penataan. Kolam yang ada di Kompleks Sendang
Made masih terjaga dengan aman. Bangunan-bangunan tersebut juga dilarang untuk
dirombak karena ada kepercayaan khusus yang masih dipegang teguh pengelola dan
juru kunci. Entah apa tujuan dari pantangan ini, setidaknya dengan adanya
larangan ini nilai historis dari Sendang Made masih terjaga.
Meski sudah ada ‘papan nama lokasi’ yang tanpa papan sebetulnya dan upaya pengelola
untuk menghiasnya dengan sebuah spot selfie, bangunan kuno juga masih
dipertahankan berikut bangunan yang diduga juga menjadi tempat peristirahatan
Raja Brawijaya saat singgah, dan beberapa rumah kecil yang diyakini oleh
sebagian orang sebagai makam.
Memang, di dalam kompleks Sendang Made dipercaya terdapat
makam Dewi Pandansari yang merupakan keturunan Raja Brawijaya, meski Mbah No Sang
Juru Kunci belum yakin benar atau tidaknya adanya makam itu. Namun kepercayaan
yang sudah beredar luas ini menjadikan makan ini sebagai tempat pemujaan
sekelompok orang. Di hari-hari tertentu, mereka membawa sesajen termasuk bunga
dan kemenyan untuk diletakkan dalam makam.
Pak Supono atau Mbah No, merupakan juru kunci Sendang Made yang
sudah bertugas sejak tahun 1980. Kediaman Mbah No berada di dalam kompleks Sendang Made, di dekat parkir motor. Pak Supono sudah berperan sebagai juru kunci
Sendang Made ketika menginjak usia 20 tahun. Sejak menjadi juru kunci, entah
mengapa Pak Supono kerap dipanggil dengan sebutan Mbah yang berarti Kakek,
padahal usianya masih muda ketika itu.
Bapak Supono / Mbah No |
Mbah No merupakan urutan ke-delapan para juru kunci Sendang
Made. Juru kunci sebenarnya adalah peran yang diwariskan turun temurun,
sedangkan Mbah No sebenarnya bukan keturunan juru kunci terdahulu. Beliau mewarisi
peran Juru Kunci itu karena menikah dengan putri dari juru kunci sebelumnya.
Hasil Tirakat Mbah No |
Meski Mbah No bukan keturunan langsung dari para juru kunci
sebelumnya, namun istimewanya Mbah No lah yang menemukan banyak pemikiran
tentang Sendang Made. Pemikiran tersebut didapat dari tirakat yang dilakukan
Mbah No dan menghasilkan sekelibat penampakan yang diyakini sebagai kehadiran
Sang Raja dalam salah satu sendang.
Terdapat dua patung kecil yang berada di samping salah satu
pohon di dekat kolam, di balik papan peringatan dari BPCB Trowulan ,tak jauh
dari ‘papan nama lokasi’ Sendang Made. Dua patung ini berbentuk manusia dan
dibalut selimut dan sesajen di sekitarnya. Kepercayaan animisme dan dinamisme
kejawen sepertinya masih dipegang oleh sejumlah orang yang datang, dan patung-patung
tersebut bisa jadi salah satu medianya.
Banyak artefak yang merupakan peninggalan raja airlangga di
Sendang Made, seperti prasasti yang menandakan jika tempat ini sudah eksis
sejak abad XI. Di beberapa kolam masih tampak batu bata kuno yang terbalut jamur berserakan di pinggir sendang. Jika memang demikian, berarti lokasi ini sudah berumur lebih
dari seribu tahun.
Skripsi tentang Sendang Made |
Beberapa penelitian akademis sudah pernah dilakukan di
Sendang Made, termasuk dari seorang mahasiswa dari universitas yang namanya
berasal dari nama Sang Prabu yang dulu pernah mendiami lokasi Sendang Made ini. Btw Jombang City guide juga alumni lho... 😎
Adanya sarana pendukung seperti musholla dan toilet serta
dua warung yang bisa digunakan oleh para pengunjung. Aneka jajanan dan mainan
anak-anak yang dijajakan oleh pedagang di lokasi memastikan para pengunjung
yang membawa putra-putrinya tak risau akan kebutuhan hiburan buah hatinya dan membuat
tempat ini makin ramai.
Hiburan untuk anak-anak |
Ayo kita maiiiiin |
Sebagai destinasi wisata budaya dan sejarah, Sendang Made
dilengkapi pendopo yang berfungsi untuk perhelatan acara pelantikan sinden
maupun acara adat lainnya. Terkadang dihelat pula acara desa seperti perkemahan
pramuka, workshop, seminar, bahkan lomba mewarnai anak TK Desa Made di sini.
Di samping pendopo, pengelola meletakkan dua replika papan
nama jalan yang berisi nama jalan lucu yaitu Jalan In Dulu dan Jalan Bareng
Yuk. Replika jalan ini merupakan salah satu pemanis dan bentuk kreativitas
pengurus sebagai upaya meningkatkan kepuasan wisatawan yang berkunjung ke
Sendang Made. ‘Penghias’ ini ditambahkan dalam lokasi untuk mengikuti arus
perkembangan tren pariwisata yang didominasi generasi milenial yang selalu haus
akan spot selfie yang instagramable.
Paus Pembunuh |
Kini Sendang Made sebagai wisata sejarah, juga dilengkapi
dengan sebuah spot selfie berupa Hiu. Hiu yang dipajang sebenarnya bukan hiu
melainkan jenis Paus Pembunuh atau Paus Orca sebelumnya merupakan properti
karnaval dari kerangka dan terpal yang kemudian diletakkan di Sendang Made
sebagai tambahan penghias lokasi wisata.
Paus Orca |
Meski ada pantangan dilarang membuang sampah sembarangan di kompleks
Sendang Made, tampaknya pengunjung zaman
now agak abai terhadap larangan ini. Lokasi Sendang yang dulunya
digadang-gadang sebagai tempat wisata yang bersih sepertinya sudah tidak relevan
lagi. Tampak beberapa sampah berserakan di areal wisata, termasuk di dalam
salah satu kolam yang tak berisi air yang malah dijadikan tempat membuang
sampah oleh para pengunjung.
Kotor : Banyak sampah |
Wisata Sendang Made ini tergolong low budget tourism.
Selain tempat masuknya gratis, pengunjung juga bisa berwisata sejarah dengan menikmati
suasana tempat petilasan Sang Raja dan berwisata budaya dengan memahami nilai adat
yang mengiringi keberadaan Sendang Made. Cocoklah untuk wisata tipis-tipis tapi
multimanfaat. Ya rekreasi, ya belajar sejarah, ya mengenal budaya setempat.
Ayo, siapa yang belum pernah ke sini???
|
Wisata Sendang
Made - Petilasan Raja Airlangga
Desa Made, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang
Di Samping Makam Desa Made
Buka setiap hari selama 24 jam
Buka setiap hari selama 24 jam
Dewi Sekarwati,, putri dari Prabu Dharmawangsa,,, sedang Prabu Erlangga,, putra dr Raja Udayana (bali)
BalasHapusDewi Sekarwati juga disebut Dewi Laksmi atau Galuh Sekar Kedaton permaisuri Prabu Airlangga, putri ke 2 dari Raja Prabu Dharmawangsa Teguh.
BalasHapusSudah dua malam ini saya kok dimimpikan sendang di jombang.. Setelah saya browsing ternyata tempatnya mirip sekali sendang made.. Pertanda apakah ya??
BalasHapusPemandangan nya bagus asri, btw tapi kok rada serem begitu ya. apa ada pantangan tertentu waktu berkunjung ke situ.
BalasHapushttps://idnetwork.my.id