Bila di Kebun Kelengkeng Suwarno luwak ini dianggap hama
yang memakan buah kelengkeng, berbeda halnya di Wonosalam. Luwak-luwak ini
ditangkarkan untuk dipelihara dan diberi makan berupa buah kopi yang nantinya
diolah menjadi Kopi Luwak, kopi ternikmat di muka bumi.
Bertempat di Kawasan Penangkaran Luwak yang menjadi bagian
dari Warung Pojok, di Jalan Arjuno, Desa Sumber, Kecamatan Wonosalam, wisata sederhana
tapi unik berupa pemeliharaan luwak dimiliki oleh Pak Satiran. Warung Pojok
sendiri adalah depot makan pada umumnya yang cukup ramai dikunjungi para
wisatawan. Menunya berkisar Nasi Soto, Nasi Rawon, dan Nasi Rames. Selain itu, Warung Pojok juga menjual kopi luwak bubuk hasil olahan
sendiri, termasuk kopi luwak langka nikmat dan hangat yang dibanderol seharga
sepuluh ribu rupiah per cangkirnya.
Pak Satiran dan Luwaknya |
Pak Satiran mulai menangkarkan luwak untuk produksi kopi
ternikmat di muka bumi ini sejak 2011. Awalnya keluarga Pak Satiran hanya
memelihara seekor luwak. Kemudian muncul ide untuk mengolah kopi ekselsa
kebanggaan Wonosalam dengan ‘sentuhan’ luwak. Akhirnya niatan untuk memelihara
dan menangkarkan luwak pun diwujudkan.
Luwak dalam penangkaran |
Luwak Pandan |
Delapan ekor luwak dibeli dari pasar hewan Gunungsari
Surabaya. Dari delapan luwak yang ditangkarkan, binatang tersebut berkembang
biak. Sempat berkembang hingga 18 ekor, kini total ada 28 ekor yang sudah
dimiliki Pak Satiran karena semuanya beranak pinak dengan produktifnya.
Luwak berjenis Luwak Pandan dipilih karena baunya yang tak
terlalu menyengat sehingga memudahkan perawatan. Tak heran, kandang luwak milik
Pak Satiran nyaris tanpa bau dan berada dalam kondisi yang baik. Selain karena kandangnya
rajin dibersihkan, luwak jenis pandan milik Pak Satiran juga tidak memiliki bau tak sedap yang menyengat.
Luwak-luwak ini ditangkarkan dalam kandang berteralis besi
yang berjajar di halaman belakang Warung Pojok milik Pak Satiran. Kadang luwak dipasang
‘melayang’ supaya kotoran luwak jatuh ke bawah sehingga mudah ditampung dan
diolah ke fase selanjutnya. Konsep desain kandang ‘melayang’ ini mirip dengan
kandang ayam yang dibangun di atas kolam lele.
'Melayang' |
Setiap sel kandang berisi luwak yang banyaknya disesuaikan
dengan ukuran luwaknya. Seekor luwak besar akan mendiami sendiri selnya,
sedangkan luwak yang agak kecil akan digabung bersama dengan rekannya. Induk
luwak pun ditempatkan bersama dengan anak-anaknya.
Luwak tersebut diberi makan secara teratur, yang menunya
berkisar buah-buahan termasuk buah kopi. Setelah buah kopi dimakan luwak, meraka
akan menghasilkan kotoran yang mengandung biji kopi yang tak bisa dicerna luwak.
Kotoran-kotoran itu jatuh di bawah kandang diambil kemudian diolah ke fase
selanjutnya.
Kotorannya jatuh |
Induk luwak dan anak-anaknya |
Tak jauh dari lokasi, tepatnya kini di atas kandang,
terdapat penjemuran kopi yang merupakan bagian dari fase pengolahan. Kopi yang
dijemur sekarang, baru bisa diproses tahun depan untuk menjaga kualitas. Karena
kopi yang bagus adalah kopi yang disimpan dan diolah dengan baik sehingga tidak
membuat perut kembung.
Penjemuran |
Biji kopi 'berngengek' Luwak |
Pengolahan kopi luwak juga dilakukan sendiri oleh Pak Satiran. Kotoran luwak yang mengandung biji kopi dikeringkan dan dicuci sendiri di gudang dekat kandang. Kotoran luwak yang mengandung kopi inilah yang menjadikannya istimewa dan memunculkan rasa kopi terenak di dunia.
Biji Kopi dengan Ngengek Luwak |
Hmm... sedaaaap... |
Terdapat banner peringatan bagi pengunjung supaya
berhati-hati saat mengamati hewan ini karena sifatnya yang buas. Hendaknya orang
tua mendampingi anak-anak dengan mengawasi mereka dan tidak berada terlalu
dekat dengan kandang. Para pengunjung juga harus memperhatikan peringatan ini untuk
keselamatannya masing-masing.
Kawasan Penangkaran Luwak Wonosalam ini berada di belakang
bagian bawah Warung Pojok. Tampak sebuah gapura dengan gerbang yang dipasang
spanduk penanda kawasan, sehingga pengunjung yang lewat pastinya akan langsung
tertarik dengan tempat ini.
Jalan menurun |
Untuk memasuki kawasan penangkaran luwak ini, tidak
dipungut biaya. Hanya saja, untuk memasukinya harus izin dahulu kepada Pak
Satiran atau para kru yang sedang sibuk melayani pelanggan di Warung Pojok. Bila
sudah mendapat izin, Pak Satiran dengan sangat ramahnya membukakan pagar
kawasan penangkaran luwaknya.
Melihat langsung |
Jika beruntung datang ketika ada luwak yang baru saja
melahirkan, pengunjung bisa menyentuh langsung bayi luwak seperti yang
dilakukan Jombang City Guide. Pak Satiran dan istri, kebetulan sedang memelihara
seekor bayi luwak yang dipinjam dari induknya. Luwak kecil ini ditempatkan
dalam kardus dan sementara hidup bersama Pak Satiran dan Istri di dalam rumah.
Mencoba memegang bayi luwak |
Jombang City Guide dipersilakan untuk ikut memegang bayi
luwak kecil ini. Awalnya cukup keweden,
akhirnya memberanikan diri untuk bermain dengan bayi binatang buas ini.
Ternyata lucu sekali, mirip seperti memegang kucing. Bayi luwak ini terlihat
lincah, malah mirip seperti tupai ataupun Sugar Glider.
Lincah |
Dielus-elus |
Bayi luwak ini masih jinak sehingga bisa dipegang dan
diajak bermain. Di usianya yang masih dua minggu, bayi luwak ini bisa dipegang,
dipangku, dibelai, bahkan disusui dengan botol. Jombang City Guide beruntung
sekali bisa berkesempatan memegang dan mengamati langsung bayi luwak ini.
Mimik Cucu |
Kandang Luwak yang ada di penangkaran Warung Pojok, masih
akan berkembang. Nantinya, akan dijadikan destinasi wisata penangkaran luwak
yang lebih layak kunjung. Pembangunan berkelanjutan masih dilakukan, sembari
menunggu tambahan dana yang masih dikumpulkan sedikit demi sedikit dari proses
penjualan kopi luwak dan pendapatan warung makan.
Warung Pojok |
Kopi Wonosalam memang sedang naik daun. Kopi Ekselsa Si
Asam Beraroma Nangka itu begitu langka, apalagi bila diolah dalam bentuk kopi
luwak. Kopi Ekselsa Luwak Wonosalam, bukan sekedar nama merek yang menggunakan
luwak sebagai gambarnya, tetapi memang menggunakan partisipasi luwak dalam
pengolahannya. Di tengah pro dan kontra penggunaan luwak dalam pengolahan kopi
ini, sudah banyak kerabat dan kawan Jombang City Guide yang mengakui kenikmatan kopi ini
ketika mencicipinya.
Kopi Luwak Wonosalam |
Sedangkan penangkarannya sendiri, bisa dilihat langsung
oleh para pengunjung. Selain sebagai wisata yang murah dan hemat, kawasan
penangkaran luwak Pak Satiran juga cocok untuk mengenalkan anak-anak tentang
hewan berjenis luwak. Bahkan tak jarang, orang dewasa seperti kru dan keluarga
Jombang City Guide pun penasaran dan ingin melihat langsung binatang yang mirip
dengan Sweeper musuhnya Dora dan Boots dalam penangkaran.
Berwisata melihat luwak sambil menikmati kopi luwak yang
langka di Warung Pojok, serta melahap sepiring Rawon sembari memandangi Gunung
Kuncung dari kejauhan, patut dicoba, kan??? kalau beruntung juga bisa pegang luwaknya. Tak usah jauh-jauh ke kota sebelah,
ke Wonosalam saja…..
Wisata Penangkaran Luwak Wonosalam
Kawasan Penangkaran Luwak di Warung Pojok
Dusun Sumber, Desa Wonosalam,
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang
Jawa Timur
Pak Satiran : 081 332 620 252
Kopi Luwak Wonosalam Jombang
Fb : kopiluwakjombang
Ig : kopiluwakjombang
Twitter : kopiluwak_JBG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar