Yoni Gambar berada di tengah hamparan sawah yang berada di Dusun
Sedah, Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang. Yoni Gambar,
disebut demikian karena lokasinya yang berkaitan dengan Mbah Gambar, yang dianggap
sebagai sesepuh desa setempat. Berbeda dengan rekannya yaitu Yoni Badas yang diduga
sudah diboyong ke Museum Nasional Indonesia, lokasinya Yoni Gambar masih In Situ, yang artinya masih berada di
tempat aslinya.
Untuk mencapai situs Yoni Gambar ini, cukup mudah. Lebih
mudah dari menemukan lokasi Situs Grobogan karena Yoni Gambar letaknya tak jauh
dari Jalan Raya Mojolegi. Dari arah Jombang kota, kita menuju ke timur ke arah terminal
Mojoagung yang ada adik kecil menara air ringin conthong itu. Dari terminal
Mojoagung, belok kanan ke selatan, lurus saja hingga sampai Desa Japanan. Untuk
berhati-hati supaya tidak kebablasan,
kita bisa bertanya pada penduduk setempat. Nanti kita akan ditunjukkan belokan
gang yang mana yang akan menuju langsung ke Yoni Gambar.
Akses jalannya sudah beraspal dan bisa dilalui mobil. Meski
jalannya kecil, namun relatif sepi dan hanya dilewati oleh kendaraan roda dua
dan anak-anak yang bermain layangan maupun sepedaan. Dari kejauhan, kita bisa melihat Yoni Gambar teronggok di tengah sawah. Berhubung yoni ini berada di tengah sawah, kita bisa memarkir kendaraan di
depan pematang sawah yang menjadi jalan masuk Yoni Gambar.
Pematang sawah dengan pemandangan juntaian padi di
sana-sini benar-benar memanjakan mata. Dengan melangkah melewati semacam circle culvert, hamparan hijau yang akan
menguning pada waktunya ini harus dilalui untuk menuju pintu masuk kompleks
Yoni Gambar yang sudah disahkan Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan.
Circle Culvert |
Bagi yang tidak terbiasa mbrasak-mbrasak sawah, mungkin harus tabah menghadapi kenyataan
karena kadang kaki tergores rumput atau ranting-ranting tajam yang dilewati
ketika menuju lokasi. Jadi, celana jeans rasanya bisa menjadi pelindung kaki
dari serangga sawah dan rumput-rumput yang bisa membuat betis gatal.
Yoni Gambar sudah ditetapkan sebagai situs cagar budaya di
era orde baru. Lokasinya sudah diberi pagar dan dikelilingi oleh taman yang
tampak terawat. Meski pagarnya sudah karatan
di sana-sini, tampak lokasi ini cukup asri dan terawat, sehingga sangat recommended
dijadikan destinasi wisata sejarah di Jombang selain Candi Rimbi, Situs
Grobogan, Prasasti Tengaran dan Candi Mireng.
Dulunya di atas Yoni Gambar terdapat cungkup yang
melindungi Yoni dari sengatan sinar mentari dan derasnya air hujan. Namun
karena hempasan angin puting beliung yang sempat melanda daerah ini, cungkup
tersebut kemudian roboh dan belum diperbaiki hingga kini. Pemerintah sudah
berjanji akan membangun kembali cungkupnya, namun pembangunannya dalam dua atau
tiga bulan ke depan masih sebatas janji yang belum direalisasikan.
Kondisi Yoni Gambar masih lebih baik dibandingkan
peninggalan purbakala lainnya di Jombang. Selain dilengkapi taman sederhana
yang cukup asri, Yoni Gambar sudah diberi pagar pembatas maupun papan nama yang
lumayan berkarat. Lokasi Yoni Gambar pun sudah dilindungi oleh Balai
Purbakala Trowulan, sehingga payung hukum perlindungannya sudah jelas.
Berbeda dengan nasib banyak peninggalan sejarah di Jombang
seperti Situs Sugihwaras, Situs Pandegong, Situs Sukorejo, dan Situs Karobelah.
Bahkan Situs Karobelah yang sudah jelas merupakan bagian dari Kota Raja, masih
menunggu kepastian yang belum terlihat ujung penantiannya.
Secara umum, kondisi Yoni Gambar tampak masih sangat baik, terlihat
hampir semua bagiannya tidak ada yang hilang selain lingga yang tidak diketahui
di mana keberadaannya. Padahal, yoni selalu berpasangan dengan lingga yang biasanya
diletakkan di cekungan yoni.. Lingga mempresentasikan Dewa Siwa sedangkan yoni
melambangkan Dewi Parwati, istri Siwa.
Yoni adalah perlambang ibu, kesuburan dan bumi pertiwi yang diwujudkan dalam sebuah pemukiman. Dengan adanya pasangan lingga dan yoni di suatu tempat seperti yang diletakkan di bilik bangunan candi adalah bukti bahwa dulunya lokasi terkait adalah peribadatan berupa pemujaan sekaligus menandakan daerah tersebut termasuk wilayah yang subur.
Selain itu ada pula yang menyebutkan bahwa lokasi ini dulunya merupakan bagian dari kompleks keputrenan era Majapahit. Dugaan ini bisa jadi benar mengingat lokasinya yang juga dekat dengan Situs Grobogan yang disinyalir merupakan bagian dari pendopo kerajaan dan Situs Sumber Kembang yang ada di Sumberboto.
Tak heran, pemilihan lokasi peletakan Yoni Gambar berada di
tengah sawah yang masih sangat produktif. Umumnya, lingga dan yoni ditemukan
paling sering berada dekat candi, atau bertempat di satu area dengan bangunan
candi. Karena itu biasanya yoni ditemukan bersama sisa bangunan atau bersamaan dengan kompleks candi.
Yoni adalah sebuah obyek cekung atau berlubang yang
berfungsi sebagai tempat menampung air suci berenergi dewa untuk minum maupun
membasuh wajah para peziarah maupun pengunjung yang dipercaya membawa
keberkahan. Air suci dibawa sendiri oleh pengunjung, yang berasal dari mata air bertuah dari titik-titik yang dipercaya sebagai air suci.
Kemudian air suci dituang ke dalam cekungan lalu mengalir melaui cerat dan mengucur lewat lubang cerat. Konsep ini mirip dengan rutinitas wudhu sebelum sholat, yang mungkin juga dilakukan umat hindu penduduk Majapahit sebelum melakukan peribadatan.
Fungsi yoni selain sebagai petirtaan air suci bisa juga sebagai pengukuhan
tahta seseorang yang berjaya di suatu tempat. Kadang yoni juga berfungsi sebagai
penanda peringatan suatu peristiwa penting misalnya sebuah kemenangan dalam
perang. Wajah garang tampak dari bentuk ukiran naga besuki yang melekat di tubuh yoni. Wajah gahar ini menandakan Yoni Sedah dibuat pada masa kerajaan sedang berjaya, dengan representasi kepercayaan diri dari sosok garang Sang Naga.
Biasanya Yoni berbentuk bundar, namun umumnya yoni Indonesia
berbentuk persegi dengan empat sudutnya. Di beberapa daerah di Indonesia, yoni
disebut juga lesung batu karena menyerupai sebuah lesung dari batu. Ada kalanya
yoni di nusantara menyimpang dari pakem lingga yoni, berbentuk tidak lazim,
unik, maupun dilengkapi dengan ukiran yang detail seperti Yoni Gambar di
Japanan, Mojowarno. Keunikan bentuk yoni bisa juga karena faktor yang
berbeda-beda sesuai letak geografis dan situasi politik maupun fungsi yang melatarbelakangi
pembuatannya.
Dulunya,
terdapat bata merah berukuran jumbo khas bata kuno peradaban Majapahit yang berserakan
di kanan dan kiri Yoni Gambar. Ukuran bata ini mirip dengan situs Sumberboto
yang berada tak jauh dari lokasi Yoni Gambar. Kemungkinan, bata-bata merah jumbo tersebut adalah sisa
pondasi kompleks situs.
Namun, karena ketidaksadaran akan perawatan benda cagar budaya, banyak penduduk mengambilnya untuk tambahan bahan pembangunan rumah atau dapurnya. Bisa jadi karena dijarah warga kompleksnya pun rusak dan kemudian strukturnya hilang. Meski tidak berada dalam kompleks situsatau pondasinya sudah hilang seperti dua yoni naga raja lainnya di Mojokerto, Yoni Gambar tetap termasuk yoni yang istimewa.
Bukan bata merah, tapi reruntuhan cungkup |
Namun, karena ketidaksadaran akan perawatan benda cagar budaya, banyak penduduk mengambilnya untuk tambahan bahan pembangunan rumah atau dapurnya. Bisa jadi karena dijarah warga kompleksnya pun rusak dan kemudian strukturnya hilang. Meski tidak berada dalam kompleks situs
Keistimewaan Yoni Gambar terletak pada ukurannya yang
merupakan yoni terbesar yang ditemukan di kawasan Majapahit. Dengan ukuran
garis tengah badan sebesar 204 cm dan tinggi 133 cm, menjadikan yoni berbahan batu andesit ini makin spesial. Yoni Gambar memang begitu besar, hampir setinggi perempuan dewasa
spesies nJombangan seperti Jombang City Guide.
Bentuknya tidak polos dan tak sekedar persegi sederhana
seperti yoni-yoni segi empat yang berada di Badas, Pandegong dan Sukorejo. Yoni-yoni
polos nan sederhana itu biasanya bukan bagian dari proyek kerajaan, tapi termasuk
yoni setingkat pedesaan yang dimiliki oleh penduduk jelata.
Yoni Gambar memiliki bentuk kerumitan tingkat tinggi. Dari atas,
Yoni Gambar ini berbentuk segi delapan dengan ukiran rumit di setiap sisinya. Segi
delapan juga merupakan lambang Wilwatikta, yang juga masuk dalam logo kerajaan.
Beberapa lambang ornamen bunga kecil berbentuk wajik berjajar rapi mengelilingi
sabuknya.
Lubang bekas lingga di cekungan yoni tampak sedikit
tergenang air, karena cungkup yang ambruk tak lagi menaungi yoni yang indah
ini. Meski demikian, bagian cerat yang digunakan untuk tempat keluarnya air,
masih utuh, tidak seperti yoni persegi yang tercecer di Mojoagung yang sudah
kehilangan ceratnya.
Lubang ceratnya berhiaskan pahatan yang mengingatkan kita
pada pola yang ada di reruntuhan Candi Rimbi, yang kemudian menginspirasi
pembuatan motif batik khas nJombangan produksi Rumah Batik Sekar Jati.
Kepala naga yang menghiasi Yoni Gambar yang berada di bawah ceratnya bertahtakan
mahkota, seakan perlambang keagungan Sang Raja dan sentuhan istana dalam pembuatannya. Naga raja adalah binatang
mitologi jelmaan Dewa Wasuki dalam Kitab Mahabharata. Filosofinya, tubuh naga
itu membelit Gunung Mandhara. Kedua ujungnya ditarik dewa dan raksasa, sehingga
gunung itu berputar mengebor air kehidupan.
Yoni berhias Kepala Naga Raja adalah bukti paling akurat
yang memungkinkan yoni ini dibuat atas perintah istana. Bentuknya yang besar,
bersegi delapan dengan berhias ukiran dan kepala naga raja menandakan Yoni
Gambar memiliki fungsi yang tidak sekedar sebagai peitirtaan air suci. Kesimpulannya,
perintah raja dalam pembuatan yoni ini pasti memiliki tujuan khusus dan fungsi tersendiri.
Selain dekat dengan Situs Grobogan, menurut Laskar Mdang, lokasi
Yoni Gambar pun tak jauh dari Candi Japanan dan Candi Ruk Rebah yang tinggal
reruntuhannya saja. Dilihat kepala naga raja yang menghadap lurus ke Timur
menggambarkan posisi hadap Yoni Gambar yang menghadap ke Timur. Disinyalir,
arah ini menggambarkan nun jauh di sana yaitu arah Situs Sumberboto yang
disebut Jentong oleh penduduk setempat.
Yoni Gambar adalah satu dari empat yoni cantik berhiaskan kepala
naga raja yang ditemukan di Jombang dan Mojokerto. Empat Yoni itu adalah Yoni
Klintorejo, Yoni Lebak Jabung, Yoni Gambar dan Yoni Naga Raja yang kini ada di
Museum Nasional Indonesia yang diduga berasal dari Badas, Sumobito. Dua yoni
pertama, berada di wilayah Kabupaten Mojokerto, sedangkan sisanya ditemukan di
Jombang.
Nurhadi Rangkuti dalam penelitiannya melakukan survey
berdasarkan sebaran penemuan benda purbakala peninggalan Majapahit. Keberadaan
empat Yoni Kepala Naga Raja melambangkan empat penjuru mata angin yang kemudian
menguatkan dugaan bahwa pembuatannya yang difungsikan sebagai tapal batas kota.
Meski tidak tercantum dalam Kitab Negarakertagama namun diyakini Yoni Gambar
diyakini sebagai tapal batas barat daya Kota Raja.
Keyakinan mengenai fungsi yoni-yoni cantik ini karena
adanya jarak antar yoni yang hampir presisi. Jarak antara Yoni Klintorejo
dengan Situs Yoni Lebak Jabung di bagian selatannya adalah 11 km. Sedangkan
Jarak dari Situs Yoni Lebak Jabung ke Yoni Gambar di bagian baratnya adalah 9 km. Masing-masing
jarak antar situs memiliki kemiringan 5 derajat. Berdasarkan jarak itu pula,
letak tapak batas sisi barat laut diperkirakan terdapat di Kecamatan Sumobito
tepatnya di Dusun Tugu dan Dusun Badas.
Titik terakhir yang menghubungkan Yoni Klintorejo dan Yoni
Gambar di Badas-Sumobito ini sayangnya titik ini masih menjadi misteri. Bila
ditarik garis lurus yang menghubungkan keempat yoni cantik ini, akan didapat
bentuk segi empat yang disinyalir sebagai batas Kota Raja Majapahit yang
disebut Madyopuro. Kota Raja Majapahit pun bisa diperkirakan dari jarak-jarak
ini dan diestimasi berukuran sebesar 11 x 9 km, tanpa dibatasi tembok keliling.
Meski tidak tercantum di kitab manapun, perdebatan mengenai
yoni naga raja sebagai tapal batas kota raja Majapahit ini masih belum usai.
Bantahan mengenai yoni naga raja sebagai tapal batas kota Majapahit muncul
ketika ditemukannya yoni yang juga berhiaskan kepala naga raja di Kediri dan di reruntuhan Candi Tamping Mojo.
Pak Rohmat, penduduk setempat yang kebetulan melintas
ketika Jombang City Guide mengamati Yoni Gambar, beliau menyatakan bahwa menurut
cerita penduduk setempat, situs Yoni Gambar ini adalah situs peninggalan Jaka Suruh.
Jaka Suruh adalah salah satu tokoh yang disebutkan dalam Babad Tanah Jawi yang tak lain adalah Raden Wijaya, Raja pertama
Majapahit.
Dari dua dasar diatas, Jombang City guide berpendapat, bisa
jadi yoni naga raja di Kediri adalah tapal batas kota raja Kerajaan Kediri.
Karena Raden Wijaya merupakan mantan ksatria Kerajaan Singhasari kemudian
mencoba meng-copy adat dan budaya kerajaan pendahulunya. Ketika mendirikan
Wilwatikta, Sang Prabu yang memimpin Majapahit kemungkinan memerintahkan
pembuatan Yoni Naga Raja seperti di Kediri untuk dibuat di Madyopuro sebagai
tapal batas Kota Raja dari kerajaan yang didirikannya.
Yoni Gambar juga disebut Yoni Sedah, sebuah nama yang
disematkan karena yoni ini berada di Dusun Sedah. Asal usul nama Sedah ini juga
masih menyimpan misteri. Nama ini mengingatkan kita pada Mpu Sedah, yang merupakan
ayah angkat dari Arya Wiraraja, penasihat militer Raden Wijaya, Sang Pendiri
Wilwatikta.
Bisa jadi Sang Mpu yang menulis Kitab Bharatayudha pernah
mendiami wilayah ini atau berasal dari daerah ini, sebelum akhirnya ‘berkarir’ sebagai
penasihat Raja Jayabaya dari Kerajaan Panjalu di Kediri. Kerajaan Kediri, adalah
kerajaan yang merupakan cikal bakal Kerajaan Singhasari yang kemudian berlanjut
menjadi Kerajaan Majapahit. Sayangnya tidak ada catatan sama sekali mengenai asal-usul
Sang Pujangga selain kisah percintaannya dengan permaisuri Sang Prabu Jayabaya.
Ada banyak spekulasi mengenai asal-usul dusun ini, namun
terdapat kemungkinan lokasi ini dinamai Dusun Sedah karena kedekatan antara
Raden Wijaya dan Arya Wiraraja sehingga dusun ini dijadikan bentuk penghormatan
atas jasa Sang Mpu.
Spekulasi lain juga muncul dari cerita rakyat penduduk setempat dalam bahasan Situs Sumber Kembang yang ada di Wana Wisata Sumberboto, tak jauh dari lokasi Yoni Sedah. Nama Sedah berasal dari nama pembabat alas leluhur warga setempat yang bernama Mbah Sedah yang pusaranya berada di sisi utara Sumberboto. Makamnya dipercaya berada di bawah pohon rindang di tengah sawah. Mbah Sedah sendiri disebut Mbah Sedah Bilau Bernah Abdurrohman, yang lalu kemudian menjadi 'Budrohman'. mengenai kebenarannya masih wallahualam.
Monggo bagi yang belum sempat ke Yoni Sedah, berikut videonya. Semoga bisa mewakili,
Monggo bagi yang belum sempat ke Yoni Sedah, berikut videonya. Semoga bisa mewakili,
Banyak peninggalan purbakala di Jombang yang terbengkalai
karena Jombang hanya memiliki sedikit porsi di Trowulan. Padahal jika ditilik
lebih lanjut, istana Kerajaan Majapahit letaknya ada di Jombang dan mayoritas
benda-benda di Museum Trowulan berasal dari Jombang. Nanti ketika Museum Mpu Sindok sudah terwujud, mungkin akan diadakan pengembalian benda purbakala yang dari Jombang untuk pulang ke kota asalnya.
Ayo-ayo, sudah pernah kunjungi langsung Si Yoni Gambar yang cantiknya bukan main ini?? Wisata gratis yang murah dan edukatif. Napak tilas sejarah asal-usul Jombang juga lhow....
Ayo-ayo, sudah pernah kunjungi langsung Si Yoni Gambar yang cantiknya bukan main ini?? Wisata gratis yang murah dan edukatif. Napak tilas sejarah asal-usul Jombang juga lhow....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar