Kamis, 03 September 2020

Kue Banjar Khas Jombang : Kotanya Santri, Jajannya ya Kue Tasbih!

Hampir setiap hari raya, jajanan yang tersaji di setiap meja tamu sudah berupa pakem khas lebaran. Tapi di Jombang, biasanya ada tambahan kue khusus yang unik dan khas yaitu Kue Banjar. Kue ini menjadi kebanggaan seantero Jombang yang pasti hadir menjadi sajian untuk tamu-tamu yang datang bersilaturrahmi. Hampir semua orang Jombang pasti tahu tentang kue ini, tapi tak banyak yang paham bahwa jajanan ini namanya Kue Banjar.


Seperti tasbih

Warnanya coklat, bentuknya berlekuk-lekuk mirip tasbih. Karena itu kue ini juga punya julukan lain yaitu Kue Tasbih. Namun, bila dilihat sepintas, kue ini mirip jajanan asem dari Thailand yang kerap disebut Tamarine. Warnanya sama, lekuknya pun serupa. Satu lurus, satunya melingkar. Bahkan ada kemasan kue ini yang packagingnya sangat mirip dengan tamarine dari Thailand. Sekilas, pasti mata bisa tertipu dengan tampilannya jika tak dibaca judulnya.

Si Kue Tasbih ini bisa dikatakan camilan yang unik. Dikatakan roti bukan, dibilang biskuit juga kurang tepat, disebut keripik apalagi. Karena teksturnya berbeda dengan semua jajanan yang disebutkan di atas. Karena itu, benarlah Kue Banjar disebut jajanan yang masuk dalam kategori makanan ringan atau camilan.

Rasanya tak terlalu manis, jadi cocok untuk orang yang sedang diet gula. Teksturnya keras dan saat digigit seperti ada bunyi ‘klutuk’ ketika dipatahkan di dalam mulut. Meski keras, tapi tetap enak dinikmati. Tapi bagi manula yang giginya mulai prothol, mungkin kue ini harus dipatahkan pakai tangan lalu didiamkan dulu di dalam mulut hingga lumer. Kuatirnya giginya ikut prothol, hahahhahaha.....

Dengan nama kue banjar, kadang kue ini dikira berasal dari Banjarmasin, atau dari Banjarnegara. Kue sejenis yang mirip-mirip dengan kue banjar juga ada dari Probolinggo yang kini dibentuk seperti udang berduri. Sedangkan ada pula kue banjar dari Semarang yang teksturnya berbeda dan kebanyakan berbentuk bunga dan kadang ditaburi wijen. 

Rumah Kue Banjar

Kampung produsen Kue Banjar berada di Cangakrejo, Sumbernongko, Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang. Dikatakan, Kue Banjar memang terkenal berasal dari Kudu. Namun sejak dilakukan pemekaran wilayah, sehingga muncullah kecamatan baru bernama Ngusikan. Penduduk yang menjadi produsen kue banjar pun kebanyakan bertempat Cangak-Sumbernongko di perbatasan antara Kudu dan Ngusikan.

Lhoo ngapain itu senyumnya kok begitu???

Pemekaran wilayah inilah yang membuat sentra produksi kue banjar seakan ‘bergeser’ dari Kudu ke Ngusikan, meski lokasi kampung produsennya tetap. Tetapi, ada pula produsen kue banjar yang masih berada di Sumber Gurit, Katemas yang masuk wilayah Kudu. Meski sudah terkenal berasal dari Kudu, namun kini bisa dikatakan jajan banjar ini menjadi camilan khas dari Ngusikan juga.

Jangan-jangan ada hubungannya dengan sejarah Prabu Airlangga yang ada di kawasan ini

Kue Banjar merupakan jajanan khas dari Kudu dan Ngusikan yang resepnya sudah menjadi warisan turun temurun warga setempat. Seperti ada sebuah ‘kutukan’ bahwa siapapun yang membuat kue Banjar haruslah punya asal-usul atau memiliki hubungan dengan Kudu. Ini disebabkan, tak jarang orang lain yang mencoba membuat jajanan ini seringnya gagal dan kue yang dihasilkan tidak sesuai harapan. 

Beberapa produsen lain yang membuat kue banjar juga ada di kawasan Kwaron, Diwek dan Ngoro, Jombang. Kedua produsen kue banjar itu pun punya hubungan kekerabatan dengan Kudu. Kadang, kue yang dibuat bisa dikreasikan menjadi bentuk tapal kuda, atau ditambahkan semacam duri di permukaannya yang cukup membuat mulut penyantapnya kecocok ri dengan bahagianya.

Tak diketahui pasti darimana asal-usul penamaan jajanan ini berasal, berikut siapa yang pertama kali punya ide membuatnya. Namun jika ditebak, sebutan Kue Banjar mungkin berasal dari istilah ‘banjar’ kala orang-orang menanam di sawah. Ketika mulai menanam di sawah biasanya petani harus ‘membanjari’ tiap benih yang ditanamnya.

Membanjari kue satu persatu

Saat pertama kali menebar benih di sawah, tentunya para petani harus memberi garis lurus untuk tiap petak sawahnya. Benih-benih tersebut ditanam urut dengan perhitungan matang di setiap jengkalnya supanya nanti ketika tumbuh besar bisa berjajar teratur. Pemetakan benih yang rapi inilah yang disebut dengan kegiatan ‘banjar’ yang mirip dengan proses pembuatan Kue Banjar.

Pembuatan kue banjar cukup rumit karena terbuat dari beras ketan, inilah yang menyebabkan ongkos produksi jajanan ini sering melambung tinggi selain harga bahan baku di pasaran. Selain itu, pesanan yang tak menentu di luar musim lebaran membuat jajanan ini agak susah didapatkan. Proses produksi yang tak setiap hari inilah yang membuat kue banjar jadi semacam camilan langka yang cocok untuk diinginkan ibu hamil ngidam yang ingin merepotkan suami dan keluarganya. Hahahahhaha..... astaghfirullah naudzubillah xixixixixi.

Ibu hamil rawan ngidam

Beruntung, Jombang City Guide berkesempatan mengintip proses pembuatannya di Dapur Kue Banjar Aksamala yang digawangi oleh keluarga Mbak Fefy Irawati yang kebetulan juga menjadi juru pelihara Gua Made yang berada tak jauh dari lokasi sentra produksi Kue Banjar di Cangak. Nama aksamala yang berarti tasbih dipilih mengingat Mbak Fefy senang dengan budaya dan sejarah terutama yang berkaitan dengan Prabu Airlangga yang terkenal pernah berdiam di Kudu.

Jombang City Guide saat melihat langsung proses pembanjaran kue

Mbak Fefy yang sudah terlalu sering diliput media nasional, dan tak pelit berbagi resep kue banjar ini kala Jombang City Guide melihat langsung proses ‘pembanjaran’ kue menjadi berbentuk mirip tasbih ini.

Bahan yang dibutuhkan :

Beras Ketan

Telur

Santan

Gula

Mentega

Perasa seperti vanili, kayu manis atau jahe sesuai selera

Cara Pembuatannya :

Mula-mula alat dan bahan disiapkan termasuk membuat santan untuk adonannya. Beras ketan disangrai supaya mudah ditumbuk. Penumbukan beras ketan supaya menjadi tepung dilakukan dengan lumpang batu yang mirip prosesi dalam kisah Roro Jonggrang. Hehehhe... Tepung yang sudah jadi kemudian dicampur dengan berbagai bahan lainnya seperti telur, santan, mentega, gula, dan perasa lainnya seperti vanili, serbuk jahe, atau kayu manis. Kemudian semua campuran tadi ditumbuk lagi di dalam lumpang batu.

Penumbukan kedua dilakukan dengan mengoleskan mentega ke dalam lumpang supaya adonan tidak lengket di permukaan lumping dan alu. Sebaiknya menggunakan tenaga pria dewasa secara manual supaya benar-benar menghilangkan udara di dalam adonan. Mirip seperti proses pembuatan kue mochi dari Jepang yang harus ditumbuk rame-rame oleh pria-pria dewasa. Tapi pembuatan kue banjar sepertinya cukup menggunakan seorang pria dewasa untuk menumbuknya karena lumping batunya tak sebesar ember kue mochi.

Selain itu, dengan penumbukan ulang ini membuat adonan jadi lebih halus. Penumbukan ulang ini bertujuan menghilangkan udara yang terkandung di dalam adonan. Jika masih ada udara yang ada di dalam adonan, dikhawatirkan kue nantinya tidak akan jadi sesuai dengan harapan. 

Kuenya dibanjari

Dibentuk melingkar elips

Setelah adonan jadi dan sudah kalis, kemudian diambil sejumput secukupnya. Lalu dibentuk gulungan memanjang seperti cacing. Di sinilah pembentukan lekuk mirip tasbih dilakukan, semacam kuenya sedang ‘dibanjari’. Karena sudah sangat ahli membuatnya, sehingga tak perlu lagi penggaris untuk membuat lekuk-lekuknya. Di fase inilah, mungkin pengrajin dari kawasan lain bisa mengkreasikan bentuk kuenya menjadi bentuk tapal kuda, atau mencubitnya untuk membuat duri di permukaannya.

Adonan yang sudah selesai ditumbuk ulang

Jajaran adonan kue yang sudah dibentuk seragam kemudian siap dimasukkan ke dalam oven. Ada yang bilang, kue tersebut sebaiknya dipanggang di dalam tungku supaya tidak terlalu keras. Kue-kue tersebut dipanggang selama 25 sampai 30 menit. Setelah selesai, kemudian diangkat dan dikemas dalam plastik. Jajan Tasbih buatan Dapur Kue Banjar Aksamala tetap kriuk dan bisa bertahan lebih dari sebulan meski dengan kemasan plastik seperti tampak pada gambar.

Meski penampilannya sederhana, kue banjar khas Kudu-Ngusikan ini sudah menjadi langganan para pejabat. Dibanderol seharga Rp. 85.000,- per kilogramnya, jajan tasbih buatan Mbak Fefy dari Dapur Kue Banjar Aksamala sudah sering ‘terbang’ ke ibukota Jakarta sebagai oleh-oleh khas Jombang. Salah satu pelanggan setia kue tasbih ini adalah Gus Ipul, mantan wakil gubernur Jawa Timur yang juga punya hubungan kekerabatan dengan Kota Santri Jombang Beriman.

Packaging sangat sederhana

Puncak pesanan kue banjar biasanya kala musim lebaran yang memang warga Jombang menggunakan jajanan ini sebagai ‘armada’ di meja sajian untuk para tamu. Dala periode itu, pesanan Kue Tasbih bisa mencapai jumlah kuintalan. Berbeda di musim biasa yang tak banyak pesanan bahkan proses pembuatannya tak setiap hari. Namun, Mbak Fefy tetap siap menerima order kapan saja dengan pesanan minimal dua kilogram kue banjar kebanggaan kawasannya.

Salah satu kendala yang paling rumit adalah izin PRT yang mungkin menjadi kendala birokrasi yang cukup merepotkan para produsen kue khas Jombang ini. Pembuatan yang hanya berdasarkan pesanan dan tak setiap hari dilakukan, produksi rumahan dengan karyawan terbatas memang menjadi realita yang sering terbentur dengan persyaratan pembuatan PRT.

Sudah dibentuk siap dipanggang

Selain itu, kemasan yang kurang menjual juga menjadikan tampilannya kurang menarik, meski ada pula produsen lain yang sudah mengemasnya begitu cantik dan malah mirip dengan tampilan Tamarine dari Thailand. Meski demikian, Mbak Fefy dan keluarga pun dengan senang hari menerima order dalam jumlah besar bagi pelanggan yang ingin menjual kembali kuenya dengan kemasan yang lebih apik.

Citarasa ori

Masih sangat ditunggu kreasi lain dari kue ini yang mungkin bisa dilakukan tanpa merusak citarasanya. Misalnya varian rasa jahe, kayu manis atau coklat yang mungkin pilihan ini akan membuat warnanya jadi gosong. Bentuk lain misalnya segitiga, kotak, hati atau aneka huruf bisa dijadikan variasi lekuk yang mungkin bermanfaat menjadi sarana belajar bagi anak-anak usia kanak-kanak yang mengenal bentuk dan alfabet. Tapi nanti jadi bukan kue tasbih lagi ya namanya? Kue Geometri dan Jajan Alfabet gitu? Xixixixi........... Gakpapalah.

Pangsa pasar kue geometri dan kue alfabet. Xiixixxixi

Atau mungkin penambahan topping di atasnya seperti kreasi gethuk dari Segunung Wonosalam. Seperti semacam kue tradisional naik pangkat karena dikemas dan ditambahi sentuhan modern. Sehingga rasa yang mungkin tak terlalu manis akan jadi lebih semarak karena varian toppingnya menarik. Xixixixixi.....

Perbedaan antara yang masih adonan dan yang sudah dipanggang

Yang pasti, jajanan khas Kudu-Ngusikan ini sangat layak jadi kue khas Jombang. Pemerintah sepertinya masih belum melakukan langkah nyata tentang ‘kelestarian’ kue ini. Padahal, banyak pula yang senang karena nostalgia jajanan jadul khas lebaran ini kala keberadaannya tersaji di meja tamu saat silaturrahmi. Cocok juga untuk oleh-oleh yang unik, karena Kue Banjar memang asli dari Kota Santri Jombang BERIMAN. Kotanya Santri Jombang BERIMAN, jajanan khasnya ya Kue Tasbih!

 

Kue Banjar – Kue Tasbih Khas Kudu-Ngusikan

Kampung Produsen Kue Banjar

Cangakrejo, Sumbernongko,

Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang

Dapur Kue Banjar ‘Aksamala’

Fefy Irawati : 085 852 919 687

IG : @kuebanjartasbih

kuebanjartasbih.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang Jombang Lainnya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...