Maret 2020
Wonosalam punya banyak gawe. Setelah hingar bingar festival durian berjuluk
Kendurenan 2020, minggu berikutnya langsung diselenggarakan festival bagi-bagi
avokad gratis yang diadakan di Lapangan Desa Sambirejo, Dusun Sumber Arum,
lokasi yang dipercaya sebagai peradaban pertama yang ada di Wonosalam oleh para
sesepuh pembabat alas.
Desa Sambirejo,
memang merupakan penghasil avokad selain buah-buahan lain yang juga tumbuh
subur di sana. Berhubung manggis sudah dipatok sebagai festival dari Desa
Jarak, Galengdowo identik dengan salak, sedangkan Wonosalam punya perhelatan
durian, maka Sambirejo menahbiskan diri untuk menghelat festival avokad
berjuluk Andum Apokat.
Festival
avokad ini diselenggarakan pemerintah Desa Sambirejo atas syukur kepada Allah
berupa hasil bumi yang melimpah. Selain itu, dengan menggelar event tahunan seperti ini diharapkan dapat menarik wisatawan hingga meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Kegiatan ini rupanya juga didukung oleh Taman Wisata Sari Bumi Mulia dari
Dukuh Sumber Lamong, Dusun Jumok. Nah, inilah yang masih menjadi misteri dan
harus ditelusuri oleh Jombang City Guide untuk dieksplorasi. Mungkin ada yang
bisa kasih info???
Taman Wisata Sari Bumi Mulia??? |
Hiasan yang dipasang panitia berbentuk belahan avokad |
Andum
apokat, begitu menyebut festival ini yang artinya berbagi avokad. Istilah andum
juga dipilih untuk dari kata dum-dum
yang menjabarkan kegiatan bagi-bagi avokad gratis untuk masyarakat yang hadir.
Karena bertema avokad pula, jangan kaget saat di lokasi banyak ornamen atau
hiasan berupa bentuk avokad yang dipasang oleh panitia.
Logo Andum Apokat Sambirejo |
Logo acara
pun dibuat begitu indah oleh pelukis kenamaan asal Galengdowo, Triyoso Yusuf
yang juga membuat aneka kreasi logo untuk berbagai perhelatan di Wonosalam. Karya-karya
Mas Triyoso Yusuf memang banyak terinspirasi dari keindahan budaya Lereng
Anjasmoro. Logo Kendurenan, logo pia durian argowayang, dan Jazz Kampoeng Djawi
juga merupakan hasil karyanya. Kebetulan, Pak Polo yang berwenang merupakan
kawan SMP Sang Pelukis sehingga permintaan beliau pun langsung disanggupi.
Karya Triyoso Yusuf : Digunakan di setiap lini |
KBBI
menyebut avokad sebagai kata baku untuk menyebut buah kaya lemak tak jenuh dari
jenis nabati yang sangat baik untuk tubuh. Istilah apokat atau apukat merupakan
versi Jawa yang mungkin dipengaruhi logat dan kebudayaan daerah. Kadang ada
pula yang menyebut buah ini dengan alpukat. Yang penting tak sampai salah
menyebut avokad dengan advokat, karena punya arti yang sangat jauh berbeda.
Tiket Parkir Resmi : satu pintu |
Meski
sedikit antiklimaks akibat adanya perhelatan kenduren minggu lalu, tak
menyurutkan masyarakat yang hadir. Jalur sudah direkayasa dengan rute memutar
arah sebaliknya. Panitia sudah memberlakukan parkir resmi termasuk penetapan
rute satu pintu sehingga tak ada oknum bandel yang mengambil kesempatan aji
mumpung. Karcis parkir untuk mobil dibanderol seharga sepuluh ribu rupiah, dan
untuk sepeda motor mungkin ditarif setengahnya. Karena sistem satu pintu, meski timbul macet tapi
semuanya jadi tertib dan terkendali.
Macet menuju lokasi |
Jombang
City Guide pun bergabung dalam kerumunan dan antrian, termasuk terpaksa terjebak
menjadi penghalang mobil Pak Wakil Bupati yang akan hadir. Beruntung, dari
kesempatan itu Si Bakpo malah jadi bisa salim langsung saat Pak Wabup Sumrambah
turun dari mobil dan berjalan kaki menyapa para hadirin di tengah kemacetan.
Pak Wabup sedang memberikan sambutan |
Acara dimulai
saat pagi menjelang siang dan berlangsung meriah. Setelah dibacakan sholawat
dan basmalah, rebutan buah pun dimulai. Grebeg buah dimulai dengan berebut
tumpeng kecil yang dipersembahkan tiap RT di Sambirejo untuk dilombakan. Lalu
dilanjutkan pembagian avokad dan aneka buah lain yang ada di tumpeng besar.
Petugas mencabut buah satu per satu dari gunungan avokad itu dan melemparkannya
ke kerumunan. Masyarakat pun menangkapnya dengan sigap. Beruntung Jombang City
Guide kebagian satu avokad. Hehehehehhe............
Kebagian satu |
Kok mewek? |
Mungkin
bagi orang luar ataupun bule, cukup ngeri melihat orang-orang berebut avokad
dalam kerumunan. Termasuk kengerian akibat bergumul dengan orang lain karena ancaman
virus corona. Sebenarnya beli sendiri pun bisa, toh di belakang rumah pun ada
pohonnya. Tapi bagi masyarakat Indonesia, buah yang didapat dari acara sejenis
dipercaya punya berkah tersendiri. Semacam makan makanan untuk syukuran,
seperti ada doa untuk ke berkahan di dalamnya.
Dipercaya mengandung berkah |
Sebuah keluarga yang dapat banyak |
Selama
pembagian, acara berlangsung tertib, sembari panitia menginfokan dari pengeras
suara untuk berhati-hati atas barang bawaan karena riuhnya kerumunan. Biasanya
memang, ada copet beraksi saat orang-orang bersuka ria menangkap lemparan buah
berdasarkan pengalaman-pengalaman tahun-tahun sebelumnya dari acara sejenis.
Sehingga siapapun harus selalu mengutamakan kewaspadaan untuk keselamatan.
Kok jadi ingat salah satu scene di film kartun Coco yang ada Frida Kahlo-nya ya |
Rokokan sebelum pembagian.... |
Sayangnya,
namanya berupa acara terbuka jadinya lokasi terasa full asap rokok oleh para
pengunjung sehingga lumayan tak bisa bernapas. Beruntung, acara tak terlalu
padat seperti event kendurenan minggu lalu sehingga masih ada jeda tempat untuk
menjauh dari orang lain. Memang, ancaman virus covid-19 yang masih menghantui
dunia saat ini menyarankan orang untuk menjaga jarak dengan lainnya. Tapi kali
ini seperti biasanya perhelatan di Indonesia, asap rokok merupakan ancaman nyata
sebagai penyesak dada.
Usai
acara, perhelatan dilanjutkan dengan rangkaian kegiatan lainnya seperti orkes dangdut, parade
hiburan kuda lumping, minum jus avokad dan kopi wonosalam gratis. Sebagai info
ada pula kirab hasil bumi berupa tumpeng cilik persembahan dari tiap RT yang
juga dilombakan. Total ada 13 tumpeng cilik yang nantinya setelah dinilai akan diperebutkan hadirin selama acara.
Bentuk
tumpeng cilik ini bisa beragam sesuai kreasi pembuatnya. Namun ada satu tumpeng
yang dibentuk sangat menarik seperti buah avokad betulan. Tumpeng cilik yang
akhirnya tak lagi berupa tumpeng ini menjadi favorit pengunjung karena unik dan
mengusung identitas Sambirejo sebagai penghasil avokad. Jadi sebelum dikirab,
panitia bahkan berebut untuk berfoto bersama ‘tumpeng’ ini.
Gak salah kalau rebutan, wong bentuknya ayu gitu
Ada
harapan dari Jombang City Guide supaya bentuk gunungan avokad untuk perhelatan
tahun depan dibentuk semirip mungkin dengan buah avokad. Sehingga identitas
Sambirejo dan Wonosalam makin kental. Jadi, bentuknya pun tak melulu berupa
tumpeng raksasa yang dihias dengan buah terkait di atasnya, tapi benar-benar berupa buah raksasa yang makin unik dan menarik.
Berbentuk tumpeng biasa : Tahun depan semoga dibuat mirip dengan avokad betulan |
Bentuk yang sesuai dengan buah yang difestivalkan ini pastinya bisa menjadi pembeda perhelatan di Wonosalam dengan acara sejenis dari kota lain.
Misalnya saat melihat potret festival buah terkait, tak usah membaca judul
maupun beritanya, pembaca pasti sudah langsung paham kalau acara gunungan buah
itu pastinya dilangsungkan di Wonosalam.
Jadi, bentuknya tak melulu berupa tumpeng raksasa yang dihias buah di atasnya, |
Semoga
tahun depan, tumpengan festival buah lain di Wonosalam seperti Kenduri Durian
Wonosalam, Tumpeng Manggis Jarak, Bancakan Salak Galengdowo dibuat semirip
mingkin dengan buah aslinya. Jadi makin unik dan menarik pastinya. Atau mungkin
tahun depan ada Festival Buah Naga Panglungan??? Hmmm.. hayo
hayooo.................
Andum
Apokat – Festival Avokad 2020
Dusun Sumber Arum, Desa Sambirejo
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang
Steff : 085648 4545 79
Tidak ada komentar:
Posting Komentar