Kota
Santri memang tidak memiliki destinasi pantai maupun rafting karena tidak
berada di pesisir pulau. Meski bukan kota pesisir, kini Jombang punya destinasi
keluarga yang bisa memenuhi kebutuhan warga Kota Santri akan wisata bertema air
: Agrowisata Air Sumber Celeng Bulurejo.
Terletak
di Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Sumber Celeng termasuk
destinasi baru di Kota Santri. Selain berkonsep wisata air, nantinya destinasi
ini akan diprospek untuk destinasi edukasi dan agrowisata. Jadi, mungkin Jombang
City Guide lebih suka menyebutnya dengan Agrowisata Air Sumber Celeng Bulurejo.
Lokasinya
cukup mudah dijangkau. Dari Jombang kota, lurus ke selatan arah Cukir. Pabrik
Gula Cukir belok kiri, lurus saja hingga tampak bangunan Universitas Urwatun
Wurtsqo yang seperti benteng di kiri jalan. Belok kanan ke jalan sebelum
‘benteng’ itu yang nantinya juga menuju ke pondok pesantren yang satu naungan
dengan bangunan ‘benteng’.
Perempatan
pertama, bila ke pondok pesantren UW belok kanan, sedangkan ke destinasi Sumber
Celeng belok kiri. Panduan Google Maps mendukung destinasi ini, namun bila
kuota habis maka bertanya pada penduduk setempat sepertinya lebih ampuh. Jalan
masuk menyusuri ladang sawah di kanan kiri dengan medan agak gronjal-gronjal
karena belum sempurna dilapisi aspal. Meski demikian, destinasi yang ada
nantinya ada di kanan jalan ini bisa dicapai dengan kendaraan roda empat.
Akses jalan |
Destinasi
ini sebenarnya hanyalah kolam sedalam dua meter yang sangat panjang, kemudian dijadikan arena
lintasan wahana air yang disediakan pengelola. Ada perahu kano, sepeda air
dan perahu bebek yang dikayuh bersama-sama.
Hanya dengan tarif setara selembar sepuluh ribu rupiah, kita bisa menikmati wahana mengayuh perahu bebek sepuasnya, yang mungkin menjadi sensasi lain dari wisata air dibandingkan hingar bingar main game di pusat perbelanjaan, maupun wisata selfie yang menjamur di Jombang.
Meski sederhana, namun tetap
dilengkapi dengan perangkat keselamatan seperti pelampung sehingga membuat
pengunjung wisata tampak seperti berwisata ala baywatch maupun arung jeram.
Perahu kano |
Wahana sepeda air |
Terdapat
wahana lain berupa lintasan untuk mini cross yang cocok untuk anak-anak pecinta
adrenalin. Permainan ini sebagai wahana alternatif dan pelengkap sehingga bisa
dicoba bagi pelancong yang tak ingin berbasah-basah karena wisata air.
Meski
hanya wisata sederhana, namun tak menyurutkan warga Jombang untuk
berbondong-bondong datang dan mencoba wahana-wahananya sejak resmi dibuka di tengah
guyuran hujan oleh Bu Estu Sadarwati Anggota DPR RI Komisi V dari Partai Banteng.
Kala itu, pembukaan dihadiri oleh Kepala Desa Bulurejo yang merupakan inisiator
desa wisata ini dengan istighosah dan dilanjutkan alunan albanjari dari para
santri Pondok Pesantren Urwatul Wurtsqo yang memang lokasinya bersebelahan
dengan destinasi wisata ini.
Pemandangan eksotis dari pegunungan Anjasmoro |
Megahnya
Pegunungan Anjasmoro tergelar begitu indah sebagai latar pemandangan selama
mendayung ria di Agrowisata Air Sumber Celeng ini. Bila cuaca cerah tanpa awan,
tampak puncak kukusan yang ikonik menjadi daya tarik utama pemandangan yang
menjadi kebanggaan Jombang. Sebuah nilai tambah destinasi yang sangat menarik
sekaligus memenuhi kebutuhan warga Jombang akan wisata keluarga yang dekat dan
terjangkau sehingga masyarakat memiliki hiburan dan jujugan untuk berlibur tapi
juga mengedukasi.
Wisata
anyar ala Bulurejo ini merupakan perwujudan cita-cita kepala desa yang bernama
Pak Aunu Rofiq yang kemudian didukung program pemerintan dalam pembangunan desa
wisata.
Meski
sarjana bergelar agama, tak menyurutkan Pak Ainu Rofiq berinovasi dengan
memunculkan ide-ide untuk memajukan desa melalui sektor pariwisata.
Melalui
Kementerian Desa dan Kementerian Wisata, terdapat support pembangunan destinasi
untuk mewujudkan desa wisata untuk masyarakat desa. Diharapkan, dengan adanya
Desa Wisata ini, bisa memperluas lapangan kerja sehingga pendapatan masyarakat setempat mengalami peningkatan yang
signifikan.
Sektor
pariwisata ini juga ditujukan untuk mengenalkan wisatawan mengenai sejarah Desa
Bulurejo yang dicerminkan dalam nama-nama tempat seperti Sumber Welut dan
Sumber Celeng. Tentunya, nama-nama ini juga punya kisah tersendiri yang tak
tiba-tiba muncul begitu saja.
Misalnya
nama Sumber Celeng, yang memang punya asal muasal yang berhubungan dengan babi
hutan. Dulunya Bulurejo adalah hutan belantara yang kemudian dibabat untuk
pemukiman oleh para sesepuh desa. Saat membabat kawasan ini, dulunya banyak
babi hutan yang berkeliaran sehingga tercetuslah nama Sumber Celeng.
Sumber
tak melulu diartikan sebagai sumber, tapi bisa juga berarti pusat, kawasan,
atau sarang. Nama Sumber Celeng bisa diartikan sebagai sarang celeng yang
merujuk pada banyaknya babi hutan yang berkeliaran ketika masih menjadi kawasan
hutan. Meski kini babi hutan ‘tak lagi eksis’, nama Sumber Celeng tetap
digunakan sebagai catatan sejarah asal muasal kawasan ini.
Sedangkan
Sumber Welut, berasal dari kisah seorang warga desa yang sedang memancing di persawahan.
Tak disangka, didapat banyak ikan belut hingga satu karung. Akhirnya nama
Sumber Welut yang berarti Sumber Belut digunakan sebagai cerminan ‘potensi’
kawasan. Hingga kini, masih banyak ikan yang didapat warga saat memancing di
persawahan di kawasan Sumber Welut.
Desa
Bulurejo sebenarnya terdiri dari Dusun Kedaton, Dusun Bedok, Dusun Tanjunganom,
dan Dusun Bulurejo sendiri. Dari empat dusun ini, didominasi area persawahan
yang rata-rata penduduknya berpenghasilan dari sektor agraris, sedangkan lainnya
sebagai pengepul rosok, dan pengrajin batu bata merah.
Sedangkan
nama Dusun Kedaton, dan banyaknya penduduk yang berprofesi sebagai pengrajin
batu bata merah, bisa jadi ada hubungan sejarah dan budaya yang berkaitan
dengan Wilwatikta. Nama sebuah kawasan, tak mungkin tiba-tiba tercetus jika tak
ada hubungannya dengan apa-apa yang ada di lokasi berikut sejarah kawasan
terkait. Meski belum ditemukan penemuan benda kuno, namun bisa jadi peninggalan
bersejarah masih terkubur dalam misteri.
Desa
Wisata ini memang masih dalam pengembangan. Berhubung masih benar-benar baru,
destinasi ini masih belum banyak dinaungi pepohonan untuk meneduhkan suasana.
Sedangkan arena parkir dan lahan kosong yang tersedia masih belum diberi
landasan paving sehingga menimbulkan kejembrotan
pascahujan. Meski cukup becek, namun tak menyurutkan para wisatawan untuk
berkunjung.
Terdapat
sebuah bangunan yang difungsikan sebagai lokasi penyimpanan properti wisata
seperti dayung, pelampung dan perahu karet. Bangunan yang disebut gazebo warung
bersama ini awalnya dijadikan kios kuliner, namun saat Jombang City Guide
berkunjung sepertinya sedang tidak difungsikan untuk kegiatan santap menyantap.
Di
depan gazebo ini, menggantung patung Spiderman yang cukup menarik untuk
dijadikan ajang selfie. Selain manusia laba-laba, juga ada dua patung berbentuk
babi dan sosok bocah yang sekilas mirip dengan Upin dalam serial kartun Si
Kembar dari Negri Jiran.
Babi
ini mungkin menggambarkan celeng sesuai nama destinasi ini. Patung babi yang mengingatkan kita pada seperti Patkay dalam serial Kera Sakti, The Monkey King ini
sebenarnya malah bukan celeng sama sekali karena warnanya yang pink. Warnanya yang merah jambu, menandakan dia adalah babi ternak yang jelas beda dengan babi liar. Meski sama
sekali tak seperti Pumba dalam Lion King, upaya pengelola untuk membuat maskot
ini harus tetap diapresiasi.
Si Celeng Pumba : Tokoh Babi Hutan di Film Lion King |
Sedangkan
sosok bocah yang mungkin rambutnya sengaja dibuat ‘letoy’ mirip kuncung Ronaldo
untuk menandakan Si Bocah ini dari Indonesia. Hehehhe…. Jombang City Guide
lebih suka menyebutnya dengan Si Apin. Si Apin ini tampak berada di atas kano
yang seolah menunjukkan identitas wisata ini yang ramah untuk anak-anak dan
destinasi yang cocok bagi keluarga.
Berjumpa dengan Si Apin |
Salim dulu : Eh, bukannya Apin itu malah kucingnya Si Kembar ya?? |
Apinnya naik kano |
Di
samping Gazebo, disediakan toilet untuk pengunjung, termasuk untuk wisatawan
yang mungkin basah kuyup setelah bermain air di arena. Sedangkan kolam ikan di
samping toilet sepertinya masih dalam taraf pembangunan.
Selain
arena kolam dayung, konsep kolam renang, kolam pancing, wisata kuliner dan UKMK
akan diwujudkan dalam bentuk wisata edukasi. Lokasi yang berdekatan dengan
lahan Pondok Pesantren Urwatun Wurtsqo, memungkinkan dibuka sebagai wisata desa
berkonsep agrowisata. Lahan pondok pesantren seluas dua hektar yang berisi
kebun kelengkeng, selain menghasilkan income dari hasil panen, juga bisa
digunakan sebagai wisata edukasi kunjungan kebun yang berpotensi menyaingi
Kebun Kelengkeng Suwarno di Plandaan.
Destinasi
ini buka setiap hari, dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Namun
teknisnya, Sumber Celeng buka pagi hari dan ditutup ketika pengunjung habis. Saran
dari Jombang City Guide, sebaiknya berkunjung di pagi hari sebelum terik dan
sore hari saat berkunjung ke Wisata Sumber Celeng karena belum banyak pepohonan
dan tanaman hias di lokasi.
Panas mentari tropis yang menyengat cukup
menimbulkan ketidaknyamanan saat berwisata. Cuaca panas di lokasi setidaknya
sudah diantisipasi pengelola dengan memasang jaring di atas kolam supaya
pengunjung tak terlalu ‘hangus’ disengat sinar mentari. Meski demikian, pengunjung
tetap dianjurkan membawa payung sebagai sarana peneduh pencegah hangus akibat
‘panas neraka yang tembus ke bumi’.
Dari
panasnya suasana siang di Sumber Celeng, terbersit ide dari benak Jombang City
Guide tentang destinasi ini yang punya potensi untuk dibuka sebagai jujugan
malam yang apik. Seandainya dipasang lampu kelap-kelip berbentuk aneka hiasan
di sepanjang kolam dan area wisata, pastinya destinasi ini jadi mirip wisata
dayung Sungai Kalimas yang ada di Surabaya, yang identik dengan gemerlap lampu
cantiknya di malam hari. Jadi wisatawan bisa menikmati kilau lampu cantik yang membentuk
aneka hiasan dan berpendar di kegelapan malam.
Sebuah
destinasi wisata harus selalu mengembangkan diri dan tak boleh berhenti
melakukan pembaharuan dan penambahan wahana. Ini semua dilakukan supaya
pengunjung tak bosan dan yang sudah berkunjung akan selalu ingin datang lagi
dan lagi. Mungkin perlu ditunggu hasil pengembangannya, seandainya terwujud
wisata lampu malam ide Jombang City Guide, pasti alangkah indahnya.
Letak
geografis Jombang tak menyurutkan semangat perangkat desa untuk menciptakan
wisata air yang cukup menghibur warganya yang mungkin membutuhkan destinasi
yang unik dan menarik. Sensasi mendayung ala kano dan kayak di Agrowisata Air
Sumber Celeng Bulurejo sementara ini cukup menghibur para pengunjung yang minim
hiburan air di Jombang. Selain seru, lokasinya dekat dan pemandangannya indah.
Ayo ramaikan, supaya wisata-wisata di Jombang makin maju!
Agrowisata
Air Sumber Celeng
Desa Bulurejo
Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang
Buka
Setiap Hari
Pukul
08.00 WIB – 16.00 WIB
IG
: @agrowisatasc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar