Eh Kak, yang mentiung-mentiung itu apa??? Jangan-jangan itu lengan The Groot??
Lho, ini dimana sih? Kok kayak di Hutan Fangorn?? Jadi, Jombang punya Mirkwood hutan ala Lord of The Rings???
Sumberboto adalah bagian dari Alas Gedangan dan merupakan wisata
hutan yang kerap menjadi jujugan rekreasi keluarga. Wana wisata ini pun sering
dijadikan kegiatan pramuka dan bumi perkemahan untuk anak sekolah karena
menyediakan ground yang cukup luas. Biasanya peserta kemah maupun rombongan
sekolah datang dari SLTP-SLTA Jombang dan sekitarnya seperti Mojokerto,
Surabaya, Lamongan dan Gresik. Terdapat 9 blok perkemahan dengan kapasitas
15-20 gudep.
Sebagai bagian dari hutan Gedangan, Wana Wisata Sumberboto
berada tepatnya di Jalan Sumberboto, Dusun Tempuran, Desa Japanan. Bedanya,
bila Alas Gedangan terkenal bagian dari Kecamatan Mojoagung maupun Kecamatan
Wonosalam, Sumberboto berada di bagian irisan wilayah Kecamatan Mojowarno yang
lokasinya tak jauh dari Yoni Gambar dan Situs Umpak Grobogan.
Wisata Sumberboto tidak berada di pinggir jalan raya yang
mudah dicapai. Meski akses jalan menuju destinasi ini sudah diaspal, namun
tersembunyinya lokasi cukup menyulitkan untuk sampai di tempat ini. Sepertinya
kuota internet untuk mengakses Gmaps sangat bermanfaat untuk situasi seperti
ini, meski sebenarnya cara tradiisional dengan bertanya pada warga setempat
tetaplah paling ampuh.
Sumberboto berjarak 20 km dari pusat kota Jombang dan 7 km
dari Mojoagung. Untuk mencapai lokasi, dari arah Jombang kota menuju pertigaal
terminal Mojoagung lalu belok kanan ke arah selatan. Lurus saja sampai bosen
hingga menemukan tanda penunjuk arah lalu lintas tentang wana wisata ini. Belok
kiri dan tinggal ikuti petunjuk arah.
Sesampainya di gerbang selamat datang, pengunjung akan
disambut oleh bapak parkir yang membantu petugas jaga di loket. Beberapa orang menyatakan
petugas jaga loket di Sumberboto agak galak dan orangnya sedang njegidheg di dalam sarangnya. Beruntung
ada pak parkir yang menyambut kami dengan layanan ala drive thru berupa menghitung langsung orang-orang yang ada di mobil
sambil mengkalkulasikannya totalnya bersama dengan tarif parkir sehingga
Jombang City Guide tak perlu berinteraksi dengan yang sedang njegidheg di dalam sarang.
Tiket berlaku untuk sekali masuk, dimana tarif seharga Rp.
7500,- per orang yang sudah termasuk asuransi jiwa selama berada di lokasi. Parkir
kendaraan sebesar Rp. 5000,- juga dibayarkan bersamaan di loket masuk ini,
sehingga nantinya tak perlu takut dipalak tukang parkir liar meski katanya
masih rawan penggembosan. Pastinya, mintalah karcis resmi dari pengelola. Wana
wisata ini juga disebutkan tutup pukul 16.00 sehingga pengelola juga bisa memastikan
kemananan para pelancong karena hutan wisata juga tak layak dikunjungi saat
malam tiba.
Dari loket masuk, terdapat dua jalan yaitu lurus dan belok
kanan. Untuk menuju lokasi kolam renang dan bumi perkemahan, pengunjung menuju
arah kanan. Akses jalan cukup urban
legend dan dilengkapi dengan melalui jembatan kayu tua lapuk yang cukup ndrawasi saat melintas di atasnya.
Destinasi wisata lawas ini sepertinya agak terlupakan di
tengah maraknya banyak tempat wisata lain yang lebih berkonsep arena selfie.
Meski demikian, pengunjung Wana Wisata Sumberboto tetap ramai didatangi para
wisatawan, terutama para keluarga dan rombongan sekolah meski hanya saat akhir
pekan dan hari libur.
Ground untuk perkemahan cukup luas dengan dihiasi pepohonan
yang tinggi menjulang. Bumi Perkemahan Sumberboto sudah sangat umum dikenal
sebagai lokasi perkemahan untuk anak usia sekolah, termasuk juga digunakan
sebagai jujugan untuk tadabbur alam saat tengah semester.
Obyek wisata yang sudah berusia lanjut ini juga menawarkan
wahana pemandian berupa kolam renang dari mata air Sumberboto yang masih sangat
alami dan jernih. Tentunya, pasokan air yang mengalir langsung dari sumber
airnya membuat air kolam renang tetap jernih dan bebas kaporit.
Ada dua kolam renang di obyek wisata ini yaitu kolam renang
untuk anak-anak dan dewasa. Kolam renang untuk anak-anak lebih kecil ukurannya
dengan kedalaman hanya 70 cm, sedangkan area pool untuk dewasa berada di seberangnya.
Di belakang kolam renang dewasa terdapat sebuah gapura tua
yang merupakan akses masuk ke hutan. Bila dilanjutkan berjalan kaki menyusuri
jalan tersebut, maka akan sampai di jalan belakang pos sebelah loket masuk
dekat gapura selamat datang dimana petugas yang katanya agak galak bersarang.
Wana wisata sumberboto memang memiliki jalur melingkar sehingga aksesnya akan bertemu satu sama lain, sehingga bisa digunakan sebagai sarana jalan sehat atau bahkan trekking sederhana untuk para peserta kemah.
Wana wisata sumberboto memang memiliki jalur melingkar sehingga aksesnya akan bertemu satu sama lain, sehingga bisa digunakan sebagai sarana jalan sehat atau bahkan trekking sederhana untuk para peserta kemah.
Sayangnya untuk menikmati kesegaran air kolam dari mata air
murni pegunungan, pengunjung diwajibkan membayar ongkos tambahan untuk tarif
masuk kolam renang sebesar Rp. 7500,-. Tarif ini berlaku untuk dewasa maupun
anak-anak. Beberapa pengunjung mengeluhkan penambahan tarif ini karena dirasa
cukup mahal untuk ukuran destinasi wisata di Jombang jika diakumulasikan.
Selain itu masih banyak tempat wisata lain yang tidak lagi menarik tambahan ongkos.
Dulunya saat Jombang masih belum punya banyak destinasi
wisata, Wana Wisata Sumberboto adalah ‘pesaing’ utama Tirta Wisata Keplaksari.
Dua destinasi ini adalah jujugan andalan
Kota Santri dimana kala itu belum banyak tempat yang berkonsep pemandian berupa
kolam renang seperti ini. Sekarang sudah banyak bermunculan tempat dengan core
business yang sama seperti Aquatics Waterpark, Batu Pelangi, Waterboom, Banyu
Biru, bahkan Kolam Renang Marcella.
Selain kolam renang, banyak fasilitas umum di Wana Wisata
Sumberboto yang tidak diperbarui sejak eksistensinya sebelum kemerdekaan. Wisma
yang dulunya kerap menjadi tempat pertemuan dan lokasi meeting penting,
sekarang menjadi wisma kotor dan kosong yang berhantu.
Padahal pendapatan dari pengelolaan area hutan wisata yang dinaungi
oleh Perum Perhutani ini bisa mencapai 300 juta pertahun. Sayangnya, meski
menyumbang pendapatan yang cukup besar, pemerintah khususnya Perhutani terlihat
masih abai dalam peremajaan dan pembangunan infrastruktur di lokasi wisata tua
ini.
Meski demikian, sudah ada upaya dari pemerintah di era
Bupati Suyanto tahun 2007 yang melakukan pemugaran di beberapa titik seperti
penambahan dan pengecatan ayunan dan mainan di taman, maupun gazebo dan
perbaikan bangunan. Walaupun sudah dilakukan renovasi, fasilitias umum di Wana
Wisata Sumberboto dirasa masih kurang memadai.
Tahun 2012, sudah diajukan proposal permintaan biaya
perawatan pada pemerintah kabupaten dan Perum Perhutani namun hasilnya belum
memuaskan. Akhirnya pengelola mengambil jalan dengan menaikkan tarif tiket dan
tambahan karcis masuk kolam renang. Bisa jadi, penambahan tiket masuk kolam
renang adalah salah satu upaya pengelola untuk menambah pemasukan dalam
kepentingan pembangunan infrastruktur.
Perbaikan gedung masih diupayakan, dan direncanakan adanya
penambahan wahana permainan. Tampak dari kejauhan terdapat persemaian bibit,
mungkin itu bagian dari penanaman kembali hutan di Alas Gedangan yang gundul
dan rawan terbakar.
Terlihat beberapa susunan kayu maupun rangkaian wahana yang
mungkin sisa dari arena outbound. Sudah adanya musholla untuk ibadah para
pelancong, sedangkan fasilitas seperti toilet juga sudah diperbanyak meski
kondisi dan kebersihannya hmm.... nggak tau ya….
Rencananya akan dibangun playground maupun arena outbound yang
lebih meyakinkan di sisi barat wisata alam legendaris ini. Meski terdengar
sangat menarik, namun daya tariknya tak akan bisa dinikmati bila masih dalam
taraf perencanaan. Harus diwujudkan dulu sehingga Jombang City Guide akan
dengan senang hati meliputnya. Hehhehehe……..
Warung-warung yang menjajakan makanan di Sumberboto hanya
menawarkan menu berupa gorengan minuman dalam kemasan. Mereka hanyalah kios berjubah
warung makan yang penuh tipu daya. Saat para pelancong yang lapar setelah
berenang, malah tak bisa menikmati makanan yang mengenyangkan di warung-warung
yang ‘bertengger’ di lokasi. Meski sudah ada penjual cilok alias pentol sunduk di dekat parkiran, Jombang
City Guide punya saran ; bila berkunjung ke wisata ini hendaknya membawa bekal
dari rumah sehingga rasa lapar yang melanda pascarenang bisa terlampiaskan.
Jangan lupa sekalian bawa tikarnya, meski punya lahan untuk
bumi perkemahan yang luas tapi tempat duduk yang ada di lokasi ini begitu
terbatas. Tak jarang, karena tempat duduk yang terbatas dan berjauhan satu sama
lain pengunjung duduk bergantian antar anggota keluarganya.
Padahal, bila keluarga melakukan piknik dengan menggelar
tikar di lahan wisata ini suasananya cukup menjanjikan. Nuansa alam begitu
menentramkan. Tapi karena keterbatasan kursi, Jombang City Guide mendapati
sepasang suami istri yang sedang menyantap bekalnya di sebuah kursi lapuk yang
sudah tua di bawah bangunan yang mungkin sudah tak pernah disentuh selama
bertahun-tahun. Jadi opsi membawa tikar tak boleh dilupakan.
Awalnya, lokasi Wana Wisata Sumberboto di era sebelum
kemerdekaan merupakan pemandian biasa. Kemudian tahun 1992 Sumberboto dialihfungsikan
sebagai sebagai Wisata Hutan. Dari alih fungsi tersebut, akhirnya masyarakat
kurang sadar bahwa Sumberboto awalnya merupakan destinasi wisata sejarah. Yang ada
dalam benak masyarakat hanyalah kolam pemandian yang ada di wisata hutan, tak
banyak yang mengingat esensi perjuangan dari peristiwa perjuangan yang
melatarbelakanginya.
Di era kemerdekaan, sekelompok pemuda korps kehutanan
mengelola tempat ini untuk dijadikan markas. Pemuda-pemudia ini disebut Pasukan
Wanara yang mengumpulkan persenjataan peninggalan Jepang seperti granat, bom,
peluru, bayonet maupun berbagai amunisi lainnya untuk melawan Belanda yang
ingin kembali bercokol di bumi pertiwi.
Memang, banyak senjata peninggalan Jepang yang masih
tersebar di beberapa titik di Jombang sehingga dimanfaatkan para prajurit ini
untuk perjuangan. Terbukti, terdapat sebuah gua di kaki Gunung Argowayang dan
di Alas Gedangan yang menyimpan amunisi tentara Jepang. Seorang kawan Jombang
City Guide bahkan menemukan bayonet tua yang menjadi peralatan perang Jepang
kala itu. Dari banyaknya peninggalan Jepang, tak heran gua senjata tentara
Nippon kini juga dijadikan destinasi wisata baru seperti Gua Jepang di Alas Gedangan.
Pengumpulan senjata ini digunakan untuk amunisi pertempuran
mempertahankan kemerdekaan. Para pemuda ini bekerja ‘mengolah’ peluru dan
granat untuk dijadikan bom dan senjata lainnya. Sayangnya, saat proses
pembukaan bom seberat 500 kg terjadi insiden tragis berupa ledakan yang
menewaskan lima anggota Pasukan Wanara.
Untuk memperingati peristiwa ini, dibangun monumen Pasukan
Wanara dengan dua patung prajurit di atasnya. Monumen yang mengabadikan
perjuangan tentara yang tergabung dalam Pasukan Wanara ini berada di samping
kolam renang. Monumen perjuangan Pasukan Wanara ini, terdiri dari patung dua pejuang dengan posisi berdiri dan berteriak. Sekilas, siluet monumen ini tampak seperti Patung Dirgantara yang ada di Pancoran dan sekarang menjadi salah satu spot foto dan wisata sejarah
kemerdekaan dari Wana Wisata Sumberboto.
Sedangkan di samping kolam renang terdapat taman bermain
yang wahananya seadanya seperti jungkat-jungkit dan ayunan. Perosotan yang ada
cukup berbahaya untuk dimainkan karena punya kemiringan yang tajam. Perosotan
berbahaya ini tidak
disarankan untuk dimainkan anak-anak maupun dewasa.
Menurut Jombang City Guide, pesona paling unik dari Wana
Wisata Sumberboto adalah hutan kayu ulir yang merupakan ranting pohon yang
menjuntai-juntai seperti yang dipakai Tarzan mengayun dari satu pohon ke pohon
lainnya. Uniknya, juntaian dahan dan ranting pohon ini, begitu menarik karena
bentuknya yang meliuk-liuk seperti terpilin.
Kayu-kayu menjuntai dari pohon-pohon raksasa ini seperti
ulir yang unik dan bisa dijadikan spot foto oleh para pengunjung. Bentuknya
bahkan ada yang seperti mie, hingga begitu menarik. Beberapa ada yang memilin
satu sama lain, saling mengulir di sana-sini sehingga menciptakan background
potret yang sangat eksotis.
Kayu-kayu ulir ini berasal dari pepohonan yang tumbuh
rindang di samping arena bermain. Rupanya, akar berulir ini dari pohon akar langit yang banyak tumbuh di lokasi. Spot ini kemudian disebut Taman Oyot oleh pihak perhutani karena banyaknya akar yang menjuntai.
Jombang City Guide sempat melihat satu keluarga bahagia yang melintasi jalur ini. Di bawah kerimbunan pohon terdapat jalur trekking yang cukup memancing imajinasi tentang kisah horor khas kegelapan hutan. Tapi kalau berjumpa Totoro okelah, lucu dan bisa diajak terbang. Kalau kesasar masuk gerbang karena kena mantra Yubaba ala Spirited Away itu yang lumayan ndrawasi…
Jombang City Guide sempat melihat satu keluarga bahagia yang melintasi jalur ini. Di bawah kerimbunan pohon terdapat jalur trekking yang cukup memancing imajinasi tentang kisah horor khas kegelapan hutan. Tapi kalau berjumpa Totoro okelah, lucu dan bisa diajak terbang. Kalau kesasar masuk gerbang karena kena mantra Yubaba ala Spirited Away itu yang lumayan ndrawasi…
Tapi membayangkan juntaian ranting dan akar yang menjalar-jalar mengingatkan Jombang City Guide pada Hutan Mirkwood. Mungkin juga ini adalah lengan para Ent, bangsa pohon. Sebagai penggemar film Lord of The Rings, rasanya seru juga seperti berada di bawah naungan Bangsa Ent, seperti Pippin dan Merry yang digendong oleh Treebeard.
'Lengan' para Ent ini memang menciptakan suasana hutan yang begitu unik seperti di Hutan Fangorn tempat dihelatnya Entmoot. Juntaian 'lengan' ini berasal dari pohon yang tak hanya terpilin ke bawah tapi ke segala arah.
Bisa jadi dahan-dahan ini adalah bagian dari lengan ajaib The Groot, makhluk pohon yang imut mungkin adalah kerabat dari Treebeard yang merupakan anak dari Entwives yang sudah tak pernah dijumpai lagi. #halah #oposeh
The Baby Groots |
Hutan Fangorn, rumah para Ent |
Treebeard |
Bisa jadi dahan-dahan ini adalah bagian dari lengan ajaib The Groot, makhluk pohon yang imut mungkin adalah kerabat dari Treebeard yang merupakan anak dari Entwives yang sudah tak pernah dijumpai lagi. #halah #oposeh
Sumberboto yang sebenarnya memang sebuah mata air yang
keluar dari celah tumpukan bata yang sudah tak beraturan yang ada di balik akar
Pohon Bendo. Karena mata air yang memancar di antara tumpukan bata, sumber air
ini kemudian disebut Sumberboto. Dulunya, Sumberboto dinamai Sumber Pangkat oleh Pasukan Wanara.
Karena banyaknya pengunjung yang mencari pesugihan akibat efek nama tersebut,
akhirnya nama itu diubah menjadi Sumberboto.
Sumberboto memang tak sendiri sebagai sumber mata air yang
ada di lahan wisata seluas 10 hektar ini. Ada tiga sumber mata air yang ada
yaitu Sumber Kembang, Sumber Gondang dan Sumber Boto. Air dari mata air
Sumberboto dialirkan ke Sumber Gondang untuk dialirkan ke MCK dan juga
digunakan untuk pengairan sawah penduduk sekitar. Sedangkan yang berasal dari
Sumber Kembang dialirkan ke kolam renang.
Di antara taman bermain dan kolam renang anak-anak,
terdapat sebuah kolam yang disebut Sumber Kembang. Kolam ini disinyalir berasal
dari mata air Sumber Kembang dan tampak dibiarkan dan tidak dibersihkan. Uniknya,
meski terkesan dibiarkan, air kolamnya sangat jernih dan di airnya mengalir
keluar dari saluran air di sampingnya. Pengunjung bisa membasuh wajah dan kungkum sikil di aliran air di samping
Sumber Kembang.
Di dalam kolam Sumber Kembang terdapat ikan-ikan dan
pecahan batu bata. Yang janggal adalah pecahan batu batanya tampak begitu
besar, lebih besar dari batu bata zaman modern. Dari pecahan itu pula terlihat
bahwa batu bata ini disinyalir adalah bagian dari sebuah reruntuhan candi atau
pemandian kuno. Entah apa hubungannya dengan sumber air di Sumberboto sendiri,
namun kolam ini makin menguatkan dugaan bahwa Sumberboto dulunya adalah bagian
dari situs peninggalan kerajaan Majapahit yang ibukotanya bertahta di wilayah
yang kini bernama Mojoagung dan sebagian Mojowarno.
Kecurigaan ini bukan hal yang berlebihan, mengingat
ditemukannya artefak mirip boneka bersejarah di sumber air sumberboto dan titik
ini sendiri berada tak jauh dari tapal batas kota raja sang Wilwatikta, yaitu
Yoni gambar dan Situs Umpak Grobogan. Bisa jadi Candi Ruk Rebah dan candi-candi
lainnya yang dimasud Laskar Mdang di Kitab Negarakertagama juga berada di titik
ini.
Untuk mencapai mata air Sumberboto ini pengunjung
diharuskan berjalan kaki naik turun bukit sejauh sekitar 1km karena mata air
berada jauh di dalam hutan. Terdapat papan penunjuk jalan di dekat lahan parkir
untuk menuju sumber mata air ini.
Saat sampai di sumber mata air terlihat jelas airnya begitu
jernih sebagai sumber kehidupan. Pengunjung pun bisa duduk diantara bebatuan
besar sambil membasuh badan dan merendam kaki dengan kemurnian air yang
sejuknya sampai ke ubun-ubun. Bahkan karena begitu beningnya, airnya bisa langsung
diminum.
Pintu masuk mata air cukup sempit dan hanya muat untuk satu
orang seperti masuk ke lorong gua. Lokasinya membentuk lingkaran dan
tersembunyi di balik rimbun pohon bendo yang diameternya mencapai lebih dari 40
cm. Di sekitar mata air diantara tumpukan bata, ditemukan artefak kuno
berbentuk boneka. Mungkin artefak tersebut adalah arca dalam bentuk kecil
sehingga mirip boneka.
Tumpukan batu bata besar berukuran30x22 cm dengan tebal
sekitar 8 cm adalah ciri khas batu bata kuno penyusun sebuah candi. Susunan bata
itu masih terlihat, namun sudah berserakan dan bercampur dengan tanah dan
rerumputan liar. Bangunan bersejarah sudah tak terlihat lagi dan bentuk awal
candi sudah tak bisa diperkirakan.
Berdasarkan cerita penduduk setempat, banyaknya susunan
batu bata kuno berkuran jumbo adalah sebuah candi. Disinyalir, bebatuan ini
merupakan tumpukan bata yang dulunya merupakan cikal bakal candi yang digunakan
untuk pemandian kuno. Menurut legenda setempat, Candi Sumberboto tak sempat
dibangun karena matahari sudah terbit. Oalah, mirip seperti legenda Roro Jonggrang
dengan Candi Sewunya ya. Xixixixix…….
Karena letaknya yang tersembunyi di balik perbukitan, mata
air Sumberboto dikenal wingit. Sekelompok orang juga percaya sebagai tempat sakral,
lalu menjadikan lokasi ini sebagai trmpat pertapaan dengan puasa penuh. Pengunjung
yang mengambil batu bata tanpa izin, seringkali mengalami sakit tiba-tiba atau
mendadak tak bisa berjalan normal. Karena begitu ‘wingit’nya, beberapa orang
yang berniat jahat diduga lenyap ditelan bumi dan ditemukan esok harinya
tersembunyi di bawah pohon. Mungkin mereka baru saja diculik jin, masih
untung bisa kembali.
Sayangnya, lokasi yang menjadi mata air Sumberboto ini
sudah tidak terawat. Sumber mata air yang dikelilingi pagar berduri, sebagian
pagarnya malah sudah jebol. Melihat kondisinya, mata air ini sudah jarang
didatangi pengunjung. Selain karena jauh, juga karena penampilan mata air Sumberboto
yang berada di ketinggian 350 mdpl ini tak menarik lagi.
Padahal mata air Sumberboto dulunya adalah sumber mata air
terbesar di lokasi dan digunakan sebagai tempat pemandian oleh masyarakat
setempat. Sumberboto juga merupakan salah satu mata air yang tidak pernah
kering sepanjang tahun, di tengah mata air yang lain di Jombang dan khususnya
di Wonosalam yang sudah makin kritis dan banyak yang sudah menghilang. Padahal
mata air ini adalah pemasok air untuk Sungai Brantas yang menjadi sumber kehidupan
di Jawa Timur.
Sudah banyak bermunculan destinasi wisata sejenis rintisan
warga maupun dari kepemilikan pribadi, terutama di wilayah Wonosalam dan
Jombang Kota. Bahkan sekilas, penampilan Wana Wisata Sumberboto ini mirip
dengan Wisata Lembah Giri yang juga menawarkan fitur serupa. Karena inti Wisata
Sumberboto adalah wisata hutan, sejarah dan kolam renang, tak bisa dipungkiri
bila tak segera dipoles kunjungan wisata di destinasi ini akan makin menurun.
Potensi Wana Wisata Sumberboto masih sangat besar. Pengelola
harus segera menambah wahana maupun fitur yang ada di lokasi wisata menjadi
destinasi yang sedang digemari selera pasar. Seandainya dipoles lagi dengan
ditanami aneka bunga sebagai pagar hidup di kanan dan kiri jalan, atau tanaman
hias lain untuk sarana edukasi, pasti nantinya Sumberboto bisa seindah Keukenhoff
seperti di Belanda dan mengungguli Taman Sayur Banjarsari.
Kolam renang mungkin sudah biasa, tapi kesegaran airnya
yang langsung dari mata air mungkin bisa menjadi nilai tambah untuk mencoba
kesegaran pemandian Sumberboto. Monumen Wanara sebagai spot destinasi sejarah,
maupun reruntuhan situs kuno di mata air Sumberboto juga merupakan kelengkapan
wana wisata ini. Tapi hutan kayu ulir merupakan fitur paling unik di
Sumberboto. Tertarik mencoba mengayun juntaiannya ala Tarzan?? Auuooooooooooooo…….
Setelah main ayunan, ternyata juntaian dahan tadi adalah lengan The Groot. Bisa jadi hutan ini adalah bagian dari kampung halaman para Ent. Apa ada Entwives di sini??? atau Leaflock dan Skinbark? Ssstt.... Jangan ribut, atau mainan tarzan-tarzanan. Ini dekat Isengard. Nanti kalau Saruman bangun, bisa disihir kamu!
Wana
Wisata Sumberboto
Jalan Wanara, Tempuran
Dusun Sedah,
Desa Japanan
Kecamatan Mojowarno,
Kabupaten Jombang
Buka setiap
hari
Pukul 07.00 –
16.00 WIB
Menyediakan bumi
perkemahan, wisma, pendopo
dan taman
bermain sebagai sarana rekreasi keluarga
Tempat ini banyak bata kunonya, kuburan dekat sana juga full batu candi
BalasHapus