Daun
Sintrong memang kerap dianggap sebagai gulma yang mengganggu tampilan taman
karena sering tumbuh liar dan tidak diinginkan. Tanaman ini kerap dijadikan
pakan kambing dan sapi oleh para penduduk. Padahal, meski berupa tanaman liar,
daun sintrong memiliki sejuta kandungan gizi dan khasiat yang bisa menyehatkan
badan.
Umumnya,
sintrong memang tumbuh liar di mana saja bebarengan dengan tanaman liar lainnya
seperti krokot dan ciplukan yang popularitasnya kini meningkat juga karena
khasiatnya. Bisa di bawah pohon cengkeh, lahan kosong, maupun tumbuh di lekukan
plengsengan sungai yang berlubang. Memang, daya tahan Si Kembang Sebul ini
sangat tangguh. Jadi jangan heran bila tanaman ini kadang dijadikan ilustrasi
dalam berbagai tulisan sebagai perlambang perjuangan hidup.
Sintrong kerap
ditemui di tanah-tanah telantar yang subur, tepian sungai, tepi jalan,
kebun-kebun teh, cengkeh dan kina, terutama di bagian yang lembab hingga
ketinggan 2500 mdpl. Kadang juga tangguh tumbuh di sawah-sawah yang mongering. Meski
berbunga sepanjang tahun, tanaman ini merupakan tumbuhan yang relatif mudah
dibatasi persebarannya. Uniknya, saat ditanam dan dibudidayakan, biasanya
tanaman ini malah sulit tumbuh.
Nama
latinnya Crassocephalum crepidiodes,
dimana Jombang City Guide biasa menjulukinya dengan Si Kembang Sebul, karena
saat bunganya mekar maka akan menjadi bunga kecil-kecil yang bisa ditiup dan
terbang bersama angin. Orang bule menyebutnya dengan redflower ragleaf,
thinkhead dan ebolo.
Kerabat
Sintrong di Indonesia mungkin punya aneka jenis dan ukuran, yang bisa jadi
punya sebutan lain yang fireweed, hawksbeard, velvetplant, yang juga merupakan
tanaman liar yang bisa ditiup bunganya.
Bentuknya
yang ketika merekah, mengingatkan kita pada Dandelion. Jombang City Guide juga
menulis tentang saudara sintrong, Dandelion, yang kebetulan masih kerabat
dengan jenis Kembang Sebul lainnya. Menariknya bunga itu dijuluki sebagai Bunga
Jombang. Jadi, Jombang City Guide
mungkin lebih suka menyebut Sintrong sebagai kembang sebul karena bunganya
memang sama-sama bisa ditiup.
Sintrong masih
dalam jenis tumbuhan suku Asteraceae. Tanaman ini bisa tumbuh hampir satu
meter, tergantung kondisi tanah dan cahaya matahari yang menyinari. Jika
dihancurkan dengan diremas, daunnya akan mengeluarkan aroma yang khas. Dari
Wikipedia dituliskan, tanamannya tegak dengan tinggi bisa mencapai satu meter.
Berbau aromatis bila diremas.
Batangnya
lunak, beralur-alur dangkal. Daun-daunnya terletak tersebar, dengan tangkai
yang sering bertelinga. Helaian daun jorong memanjang atau bundar telur
terbalik dengan ukuran sekitar 8-20 x 3-6 cm, dengan pangkal menyempit
berangsur sepanjang tangkai daun dan ujung runcing. Bertepi rata atau berlekuk
hingga berbagi menyirip, bergigi-bergerigi kasar dan runcing. Daun yang paling
atas lebih kecil dan sering duduk.
Bunga
majemuk berupa bonggol-bonggol yang tersusun dalam malai rata terminal. Bonggol
hijau dengan ujung jingga kecoklatan hingga merah bata, silindris, 13-16 x 5-6
mm, menunduk saat masih kucup dan jadi tegak ketika sudah mekar menjadi
bunga yang sebenarnya buah. Mahkota kuning, dengan ujung merah kecoklatan,
bertaju-5. Buah keras, (achene), ramping memanjang seperti gelendong berusuk
10. Panjangnya sekitar 2,5 mm dengan banyak rambut sikat (pappus) berwarna
putih, 9-12 mm.
Seperti
jenis 'Dandelion lokal' lainnya, sebelum mekar bunganya berupa kucup yang dibalut
kelopak bunga warna hijau yang sama dengan warna daun dan batangnya. Di ujung
kuncup bunga itu berwarna salem kemerahan. Warna ujung kuncup ini sepertinya
tergantung spesies Si Kembang Sebul sendiri. Ada yang berwarna ungu, ada yang
berwarna kemerahan seperti sintrong.
Saat sudah
mekar, bunganya berubah warna kuning, kemudian layu lalu jadi putih. Jadi ada
sebuah fase tersendiri dari Sintrong yang mungkin ‘bermetamorfosa’ seperti
kerabat-kerabatnya. Ketika sudah memutih dan mekar, mahkota bunganya berubah
merekah menjadi karangan bunga yang bentuknya aneh seperti bolaSebetulnya,
mahkota bunga yang seperti bola itu adalah sekumpulan bunga kecil yang
berkarang pada satu bonggol bunga yang menjadi ciri khas tanaman suku
kenikir-kenikiran.
Jika tiap
serpihan karangan bunga diamati dari dekat, serpihan bunga kecil-kecil itu
bentuknya memanjang dengan akar tunggal. Serpihan bunga ini putih halus seperti
kapas, lebih ringan dari bulu. Meski sederhana dan terlihat ringkih, namun
sebenarnya sangat indah. Tangkainya kecil dengan bakal akar di pangkalnya.
Ujungnya merekah, semacam parasut yang menjaganya tubuhnya yang ringan tetap di
angkasa.
Serpihan-serpihan
kecil bunganya menjadi benih yang berterbangan karena sifatnya yang ringan dan
rapuh, mudah terbang bila ditiup angin. Terbang tinggi menantang angin, berpetualang
menjelajah angkasa. Karangan bunga kecil-kecil inilah bentuk yang paling
populer dan kemudian dikenal sebagai Bunga Dandelion sedangkan di Jombang
sering juga disebut Kembang Sebul. Disebut Kembang Sebul karena karangan bunga
kecil-kecil itu bisa ditiup dan terbang dengan indahnya.
Bunga
kecil-kecil yang terbang dibawa angin itulah yang menjadi benih tanaman baru.
Benih itu kemudian mendarat di tempat baru yang nantinya akan menumbuhkan
tanaman baru. Kemanapun angin membawa Dandelion berhenti di situlah bunga ini
tumbuh. Serpihan kecil karangan bunga Dandelion tadi akan tertancap dengan
sendirinya saat ‘tiba’ setelah terbang dibawa angin yang kemudian menjadi bakal
tanaman baru. Sehingga Tanaman Jombang ini sangat mudah tumbuh di berbagai
tempat.
Jombang
City Guide suka sekali dengan Si Kembang Sebul ini. Selain jenis dan nama
populernya sama dengan kota kelahiran kami, juga karena bentuknya yang menarik.
Bisa jadi wahana permainan anak-anak pula. Ada semacam kepuasan tersendiri saat
meniup bunga sebul ini, kemudian benihnya terbang bersama angin. Sebuah lambang
perjuangan dan petualangan baru yang diiringi harapan di tempat baru...
Sintrong juga memiliki banyak sebutan lain, mulai kembang sebul, junggul, mandrung-mandrung,
bagini, jombloh, puyung, dantaplek, jambrong, balastrong, tespong, bedot,
jebung, sawi rusa dan masih banyak lagi.
Menyantap
sintrong, ternyata punya efek seperti minum jamu, mungkin mirip-mirip pula
dengan khasiat herbal. Selain tubuh jadi kuat, juga melancarkan buang air
kecil. Cocok untuk Anda yang punya gangguan prostat, infeksi kandung kemih,
keluhan ginjal dan segala masalah yang membuat susah kencing. Diantara khasiat
lainnya yang dicantumkan khasiat.id yaitu :
- Meningkatkan stamina dan ketahanan tubuh
- Melancarkan sistem pencernaan
- Mencegah gangguan pembuluh darah arteri
- Menstabilkan tekanan darahMeningkatkan nafsu makan
- Menghilangkan nyeri
- Memiliki efek anti-inflamasi
- Mencegah mual pada penderita maag
- Menanjamkan penglihatan
- Menyeimbangkan cairan di tubuh
- Mencegah kepikunan dini
- Menyegarkan badan
- Menghaluskan kulit
- Mencegah bau badan
- Mengatasi sembelit
- Obat masuk angin
- Analgesik
- Antibiotik alami
- Obat sakit kepala alami
- Mood stabilizer
- Mencegah stress
- Membuang lemak yang mengendap
- Menjaga berat badan jadi ideal
- Meningkatkan kadar HB dalam darah
Dari banyaknya khasiat, tanaman ini ditengarai mengandung alkaloda pirolizidina yang diduga bisa memicu tumor. Jadi mungkin konsumsinya disarankan dalam batas wajar, sehingga efek samping yang masih diduga itu bisa ditekan.
Meski sintrong bukan tipe sayur yang lazim dimakan, ternyata tak hanya budaya jawa yang mengkreasikan sintrong dalam berbagai masakan. Masyarakat Sunda, ternyata juga melakukannya.
Kreasi
kuliner bisa muncul dari mana saja, termasuk dari pekarangan belakang rumah
penduduk lereng Anjasmoro. Bila diolah, sayur sintong ini bisa jadi aneka
kreasi kuliner yang menggoda. Mulai kulupan, lalapan, urap-urap, pecel, tumis,
maupun lodeh sederhana.
Saat
dijadikan urap-urap, kulup atau lalapan, Sintrong mengeluarkan aroma yang khas.
Semacam aroma harum seperti saat kita menyantap kenikir. Maka tak heran saat
daun segarnya diremas, akan mengeluarkan aroma khas, yang bisa dirasakan saat
disantap. Berikut salah satu resep Tumis
Daun Sintrong dari Cookpad yang bisa dicoba di rumah :
Bahan :
- 2 genggam daun sintrong
- 2 siung bawang merah
- 1 siung bawang putih
- Separuh buah tomat
- Garam, lada, gula secukupnya sesuai selera
Cara
Memasak :
- Cuci daun sintrong dan tangkainya sampai bersih. Pastikan ulat daun tidak luput dari pencucian,
karena ulatnya geli-geli gimana gitu rasanya - Iris halus bawang putih,
- Iris kasar bawang merah, tomat dan cabai merah
- Panaskan wajan, masukkan sedikit minyak tunggu hingga panas
- Tumis bawang merah dan bawang putih, setelah mengering masukkan cabai dan tomat, aduk hingga merata,
- Beri garam, gula, lada, jangan masukkan MSG,
- Bisa ditambahkan potongan jagung, wortel bakso, udang, atau sosis, untuk menyemarakkan warna hidangan,
- Tunggu sekitar 5 menit, angkat,
- Sajikan dengan dihias garnish untuk menambah selera,
Bagi para
pemburu incip-incip kuliner terutama hidangan tradisional setempat, mungkin
pecinta makanan patut mencoba masakan warisan turun temurun warga lereng
Anjasmoro ini. Tapi menariknya, bila ingin mencicipi daun sintrong ini
hendaknya para pecinta kuliner tradisional harus booking dahulu. Ini disebabkan
Sintrong merupakan tanaman liar yang hampir tak ada yang membudidayakan
sehingga bahannya tak akan dijual di pasar dan pusat sayuran. Jadi, untuk
mendapatkannya harus mbrasak kebun
dahulu. Hehehhehe.... Setelah itu baru dimasak.
Sepertinya
sudah banyak yang mencobanya. Atau malah belum pernah incip sama sekali??? Bagi
yang ngiler, info dan pemesanan yang masih paling available hingga kini tetap
dipegang oleh Guide Argowayang kebanggaan kita semua ; Pak Endon yang nomor
teleponnya tertera di bagian bawah artikel ini.
Sintrong
memang merupakan sejenis Kembang Sebul yang seru untuk ‘diburu’ di lahan
belakang rumah. Setelah mendapatkan kepuasan meniup dan menyaksikan terbang
kembangnya dibawa angin, daunnya bisa diambil untuk dijadikan santapan. Hehehheheh... Penuh khasiat lhow...
Sayur Daun
Sintrong
Kuliner Tradisional Lereng Anjasmoro
Kawasan Wonosalam
Info dan Pemesanan :
Pak Endon : 085259005057
Tidak ada komentar:
Posting Komentar