Hampir setiap hari raya, jajanan yang tersaji di setiap meja tamu sudah
berupa pakem khas lebaran. Tapi di Jombang, biasanya ada tambahan kue khusus
yang unik dan khas yaitu Kue Banjar. Kue ini menjadi kebanggaan seantero
Jombang yang pasti hadir menjadi sajian untuk tamu-tamu yang datang
bersilaturrahmi. Hampir semua orang Jombang pasti tahu tentang kue ini, tapi
tak banyak yang paham bahwa jajanan ini namanya Kue Banjar.
Seperti tasbih |
Warnanya coklat, bentuknya berlekuk-lekuk mirip tasbih. Karena itu kue
ini juga punya julukan lain yaitu Kue Tasbih. Namun, bila dilihat sepintas, kue
ini mirip jajanan asem dari Thailand yang kerap disebut Tamarine. Warnanya
sama, lekuknya pun serupa. Satu lurus, satunya melingkar. Bahkan ada kemasan
kue ini yang packagingnya sangat mirip dengan tamarine dari Thailand. Sekilas,
pasti mata bisa tertipu dengan tampilannya jika tak dibaca judulnya.
Si Kue Tasbih ini bisa dikatakan camilan yang unik. Dikatakan roti
bukan, dibilang biskuit juga kurang tepat, disebut keripik apalagi. Karena
teksturnya berbeda dengan semua jajanan yang disebutkan di atas. Karena itu,
benarlah Kue Banjar disebut jajanan yang masuk dalam kategori makanan ringan
atau camilan.
Rasanya tak terlalu manis, jadi cocok untuk orang yang sedang diet gula.
Teksturnya keras dan saat digigit seperti ada bunyi ‘klutuk’ ketika dipatahkan
di dalam mulut. Meski keras, tapi tetap enak dinikmati. Tapi bagi manula yang
giginya mulai prothol, mungkin kue ini harus dipatahkan pakai tangan lalu
didiamkan dulu di dalam mulut hingga lumer. Kuatirnya giginya ikut prothol,
hahahhahaha.....
Dengan nama kue banjar, kadang kue ini dikira berasal dari Banjarmasin,
atau dari Banjarnegara. Kue sejenis yang mirip-mirip dengan kue banjar juga ada
dari Probolinggo yang kini dibentuk seperti udang berduri. Sedangkan ada pula
kue banjar dari Semarang yang teksturnya berbeda dan kebanyakan berbentuk bunga
dan kadang ditaburi wijen.
Rumah Kue Banjar |
Kampung produsen Kue Banjar berada di Cangakrejo, Sumbernongko, Kecamatan
Ngusikan, Kabupaten Jombang. Dikatakan, Kue Banjar memang terkenal berasal dari
Kudu. Namun sejak dilakukan pemekaran wilayah, sehingga muncullah kecamatan
baru bernama Ngusikan. Penduduk yang menjadi produsen kue banjar pun kebanyakan
bertempat Cangak-Sumbernongko di perbatasan antara Kudu dan Ngusikan.
Lhoo ngapain itu senyumnya kok begitu??? |
Pemekaran wilayah inilah yang membuat sentra produksi kue banjar seakan
‘bergeser’ dari Kudu ke Ngusikan, meski lokasi kampung produsennya tetap.
Tetapi, ada pula produsen kue banjar yang masih berada di Sumber Gurit, Katemas
yang masuk wilayah Kudu. Meski sudah terkenal berasal dari Kudu, namun kini
bisa dikatakan jajan banjar ini menjadi camilan khas dari Ngusikan juga.
Jangan-jangan ada hubungannya dengan sejarah Prabu Airlangga yang ada di kawasan ini |
Kue Banjar merupakan jajanan khas dari Kudu dan Ngusikan yang resepnya
sudah menjadi warisan turun temurun warga setempat. Seperti ada sebuah
‘kutukan’ bahwa siapapun yang membuat kue Banjar haruslah punya asal-usul atau
memiliki hubungan dengan Kudu. Ini disebabkan, tak jarang orang lain yang
mencoba membuat jajanan ini seringnya gagal dan kue yang dihasilkan tidak
sesuai harapan.
Beberapa produsen lain yang membuat kue banjar juga ada di kawasan
Kwaron, Diwek dan Ngoro, Jombang. Kedua produsen kue banjar itu pun punya
hubungan kekerabatan dengan Kudu. Kadang, kue yang dibuat bisa dikreasikan
menjadi bentuk tapal kuda, atau ditambahkan semacam duri di permukaannya yang
cukup membuat mulut penyantapnya kecocok
ri dengan bahagianya.
Tak diketahui pasti darimana asal-usul penamaan jajanan ini berasal,
berikut siapa yang pertama kali punya ide membuatnya. Namun jika ditebak, sebutan
Kue Banjar mungkin berasal dari istilah ‘banjar’ kala orang-orang menanam di
sawah. Ketika mulai menanam di sawah biasanya petani harus ‘membanjari’ tiap
benih yang ditanamnya.
Membanjari kue satu persatu |
Saat pertama kali menebar benih di sawah, tentunya para petani harus memberi garis lurus untuk tiap petak sawahnya. Benih-benih tersebut ditanam urut dengan perhitungan matang di setiap jengkalnya supanya nanti ketika tumbuh besar bisa berjajar teratur. Pemetakan benih yang rapi inilah yang disebut dengan kegiatan ‘banjar’ yang mirip dengan proses pembuatan Kue Banjar.
Pembuatan kue banjar cukup rumit karena terbuat dari beras ketan, inilah
yang menyebabkan ongkos produksi jajanan ini sering melambung tinggi selain
harga bahan baku di pasaran. Selain itu, pesanan yang tak menentu di luar musim
lebaran membuat jajanan ini agak susah didapatkan. Proses produksi yang tak
setiap hari inilah yang membuat kue banjar jadi semacam camilan langka yang
cocok untuk diinginkan ibu hamil ngidam yang ingin merepotkan suami dan
keluarganya. Hahahahhaha..... astaghfirullah naudzubillah xixixixixi.
Ibu hamil rawan ngidam |
Beruntung, Jombang City Guide berkesempatan mengintip proses
pembuatannya di Dapur Kue Banjar Aksamala yang digawangi oleh keluarga Mbak
Fefy Irawati yang kebetulan juga menjadi juru pelihara Gua Made yang berada tak
jauh dari lokasi sentra produksi Kue Banjar di Cangak. Nama aksamala yang
berarti tasbih dipilih mengingat Mbak Fefy senang dengan budaya dan sejarah
terutama yang berkaitan dengan Prabu Airlangga yang terkenal pernah berdiam di
Kudu.
Jombang City Guide saat melihat langsung proses pembanjaran kue |
Mbak Fefy yang sudah terlalu sering diliput media nasional, dan tak
pelit berbagi resep kue banjar ini kala Jombang City Guide melihat langsung
proses ‘pembanjaran’ kue menjadi berbentuk mirip tasbih ini.
Bahan yang dibutuhkan :
Beras Ketan
Telur
Santan
Gula
Mentega
Perasa seperti vanili, kayu manis atau jahe sesuai selera
Cara Pembuatannya :
Mula-mula alat dan bahan disiapkan termasuk membuat santan untuk
adonannya. Beras ketan disangrai supaya mudah ditumbuk. Penumbukan beras ketan
supaya menjadi tepung dilakukan dengan lumpang batu yang mirip prosesi dalam
kisah Roro Jonggrang. Hehehhe... Tepung yang sudah jadi kemudian dicampur
dengan berbagai bahan lainnya seperti telur, santan, mentega, gula, dan perasa
lainnya seperti vanili, serbuk jahe, atau kayu manis. Kemudian semua campuran
tadi ditumbuk lagi di dalam lumpang batu.
Penumbukan kedua dilakukan dengan mengoleskan mentega ke dalam lumpang
supaya adonan tidak lengket di permukaan lumping dan alu. Sebaiknya menggunakan
tenaga pria dewasa secara manual supaya benar-benar menghilangkan udara di
dalam adonan. Mirip seperti proses pembuatan kue mochi dari Jepang yang harus
ditumbuk rame-rame oleh pria-pria dewasa. Tapi pembuatan kue banjar sepertinya
cukup menggunakan seorang pria dewasa untuk menumbuknya karena lumping batunya
tak sebesar ember kue mochi.
Selain itu, dengan penumbukan ulang ini membuat adonan jadi lebih halus. Penumbukan ulang ini bertujuan menghilangkan udara yang terkandung di dalam adonan. Jika masih ada udara yang ada di dalam adonan, dikhawatirkan kue nantinya tidak akan jadi sesuai dengan harapan.
Kuenya dibanjari |
Dibentuk melingkar elips |
Setelah adonan jadi dan sudah kalis, kemudian diambil sejumput secukupnya. Lalu dibentuk gulungan memanjang seperti cacing. Di sinilah pembentukan lekuk mirip tasbih dilakukan, semacam kuenya sedang ‘dibanjari’. Karena sudah sangat ahli membuatnya, sehingga tak perlu lagi penggaris untuk membuat lekuk-lekuknya. Di fase inilah, mungkin pengrajin dari kawasan lain bisa mengkreasikan bentuk kuenya menjadi bentuk tapal kuda, atau mencubitnya untuk membuat duri di permukaannya.
Adonan yang sudah selesai ditumbuk ulang |
Jajaran adonan kue yang sudah dibentuk seragam kemudian siap dimasukkan
ke dalam oven. Ada yang bilang, kue tersebut sebaiknya dipanggang di dalam
tungku supaya tidak terlalu keras. Kue-kue tersebut dipanggang selama 25 sampai
30 menit. Setelah selesai, kemudian diangkat dan dikemas dalam plastik. Jajan
Tasbih buatan Dapur Kue Banjar Aksamala tetap kriuk dan bisa bertahan lebih
dari sebulan meski dengan kemasan plastik seperti tampak pada gambar.
Meski penampilannya sederhana, kue banjar khas Kudu-Ngusikan ini sudah
menjadi langganan para pejabat. Dibanderol seharga Rp. 85.000,- per
kilogramnya, jajan tasbih buatan Mbak Fefy dari Dapur Kue Banjar Aksamala sudah
sering ‘terbang’ ke ibukota Jakarta sebagai oleh-oleh khas Jombang. Salah satu
pelanggan setia kue tasbih ini adalah Gus Ipul, mantan wakil gubernur Jawa
Timur yang juga punya hubungan kekerabatan dengan Kota Santri Jombang Beriman.
Packaging sangat sederhana |
Puncak pesanan kue banjar biasanya kala musim lebaran yang memang warga
Jombang menggunakan jajanan ini sebagai ‘armada’ di meja sajian untuk para
tamu. Dala periode itu, pesanan Kue Tasbih bisa mencapai jumlah kuintalan.
Berbeda di musim biasa yang tak banyak pesanan bahkan proses pembuatannya tak
setiap hari. Namun, Mbak Fefy tetap siap menerima order kapan saja dengan
pesanan minimal dua kilogram kue banjar kebanggaan kawasannya.
Salah satu kendala yang paling rumit adalah izin PRT yang mungkin menjadi
kendala birokrasi yang cukup merepotkan para produsen kue khas Jombang ini.
Pembuatan yang hanya berdasarkan pesanan dan tak setiap hari dilakukan,
produksi rumahan dengan karyawan terbatas memang menjadi realita yang sering
terbentur dengan persyaratan pembuatan PRT.
Sudah dibentuk siap dipanggang |
Selain itu, kemasan yang kurang menjual juga menjadikan tampilannya
kurang menarik, meski ada pula produsen lain yang sudah mengemasnya begitu
cantik dan malah mirip dengan tampilan Tamarine dari Thailand. Meski
demikian, Mbak Fefy dan keluarga pun dengan senang hari menerima order dalam
jumlah besar bagi pelanggan yang ingin menjual kembali kuenya dengan kemasan
yang lebih apik.
Citarasa ori |
Masih sangat ditunggu kreasi lain dari kue ini yang mungkin bisa
dilakukan tanpa merusak citarasanya. Misalnya varian rasa jahe, kayu manis atau
coklat yang mungkin pilihan ini akan membuat warnanya jadi gosong. Bentuk lain
misalnya segitiga, kotak, hati atau aneka huruf bisa dijadikan variasi lekuk
yang mungkin bermanfaat menjadi sarana belajar bagi anak-anak usia kanak-kanak
yang mengenal bentuk dan alfabet. Tapi nanti jadi bukan kue tasbih lagi ya
namanya? Kue Geometri dan Jajan Alfabet gitu? Xixixixi........... Gakpapalah.
Pangsa pasar kue geometri dan kue alfabet. Xiixixxixi |
Atau mungkin penambahan topping di atasnya seperti kreasi gethuk dari
Segunung Wonosalam. Seperti semacam kue tradisional naik pangkat karena dikemas
dan ditambahi sentuhan modern. Sehingga rasa yang mungkin tak terlalu manis
akan jadi lebih semarak karena varian toppingnya menarik. Xixixixixi.....
Perbedaan antara yang masih adonan dan yang sudah dipanggang |
Yang pasti, jajanan khas Kudu-Ngusikan ini sangat layak jadi kue khas
Jombang. Pemerintah sepertinya masih belum melakukan langkah nyata tentang
‘kelestarian’ kue ini. Padahal, banyak pula yang senang karena nostalgia
jajanan jadul khas lebaran ini kala keberadaannya tersaji di meja tamu saat
silaturrahmi. Cocok juga untuk oleh-oleh yang unik, karena Kue Banjar memang
asli dari Kota Santri Jombang BERIMAN. Kotanya Santri Jombang BERIMAN, jajanan
khasnya ya Kue Tasbih!
Kue Banjar – Kue Tasbih Khas Kudu-Ngusikan
Kampung Produsen Kue Banjar
Cangakrejo, Sumbernongko,
Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang
Dapur Kue Banjar ‘Aksamala’
Fefy Irawati : 085 852 919 687
IG : @kuebanjartasbih
kuebanjartasbih.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar