Ngarai kecil nan tersembunyi ala Jombang kini serius digarap oleh PERHUTANI sebagai destinasi wisata alam yang mempesona para traveler. Dipoles dengan konsep masa kini, Ground Canyon Kedung Cinet bahkan ditahbiskan sebagai urutan teratas dalam 10 Top Destinasi Jombang.
Disebut Ground Canyon karena destinasi ini berupa ngarai yang spot
paling indahnya bisa dilihat dengan menuruni lereng sungai. Bila Grand Canyon
di Colorado merupakan ngarai terbesar di dunia, Green Canyon di Pangandaran
adalah versi hijaunya, maka Kedung Cinet berupa bentuk mininya, yang
tersembunyi di tengah hutan di ujung kota Jombang. Jadi, disebutlah Kedung
Cinet sebagai Ground Canyon ala Jombang.
Terletak di area hutan milik PERHUTANI di Pojok Klitih, Plandaan,
Jombang, yang kemudian kawasan ini dijuluki oleh para pemuda KKN dengan Cinet
Adventure Forest. Ground Canyon Kedung Cinet memang tersembunyi di tengah
hutan. Maka tak heran Kedung Cinet kadang juga disebut Secret Canyon, selain
Mini Canyon karena ukurannya yang mungil dibandingkan saudara raksasanya di
Colorado sana. Jadi digabung saja : Mini Secret Ground Canyon.
Eksotisme Ground Canyon Kedung Cinet awalnya dikira sebagai lokasi
pemandian putri Majapahit. Namun isu itu terbantahkan dengan adanya konfirmasi
dari pemangku wilayah setempat yang menyatakan bahwa sejarah tentang Kedung
Cinet berawal dari era Kolonial Belanda. Lagipula, belum ada artefak apapun
yang mampu membuktikan teori keputran ala Majapahit ini.
Ceritanya, dulu pemerintah kolonial Belanda banyak membangun fasilitas untuk
melengkapi infrastruktur perusahaannya termasuk rel kereta api,
bangunan-bangunan dan aneka kebun. Aneka infrastruktur ini sayangnya
menggunakan tenaga pribumi melalui kerja rodi. Kebetulan saat mengelola kebun
yang ada di Kedung Cinet, ditemukanlah ngarai yang indah ini. Para pekerja rodi
ini kemudian menggunakan sungai berngarai indah ini sebagai tempat membersihkan
diri. Sisa dari kerja paksa itu bisa dilihat dari jembatan ber-rel bekas lori
yang masih terlihat kokoh dan tetap dilewati oleh penduduk setempat.
Cukup dalam dengan karang yang runcing Monggo yang mau bunuh diri, lumayan seru kelihatannya |
Di era modern beberapa tahun belakangan eksotisme Ground Canyon masih
belum banyak dieksplorasi, bahkan oleh Perhutani Sang Empunya Hutan. Keindahan
hutan yang tersembunyi ini hanya dinikmati warga setempat, dan ketika itu belum
ada tiket masuk. Bersyukur, Jombang City Guide menjadi salah satu yang berhasil
memancing penasaran para pemburu destinasi sehingga potensi wisata ngarai
eksotis ini makin menjanjikan.
Dalam perjalannya, Ground Canyon Kedung Cinet sempat ramai tanpa
pengelolaan. Hanya pemuda setempat yang menyediakan fasilitas seadanya,
sehingga kebersihan area wisata tak terjaga. Pengunjung banyak yang menjadikan
Ground Canyon Kedung Cinet sebagai jujugan kencan dan membuang sampah
sembarangan selama berada di lokasi.
Dari kejadian-kejadian ini, akhirnya muncul banyak keprihatinan mengenai
destinasi ini karena rusaknya habitat sungai akibat sampah pengunjung yang tak
terkontrol. Dari kejadian itu, sebuah komunitas menggalang aksi peduli
lingkungan dengan melepaskan ribuan ikan guppy untuk menjaga keseimbangan
ekosistem sungai yang sepertinya agak tercemar karena ramainya kunjungan. Komunitas
ini bahkan berjanji akan menggalang aksi yang tertib dan mau memberikan
sebagian dari pendapatan event-nya untuk pengelola setempat. Acara berlangsung
sukses. Lancar dan sangat berhasil.
Ada ikannya |
Sayangnya ikan guppy yang dilepaskan untuk kembali menyeimbangkan
ekosistem perairan sungai, habis tanpa jejak hanya dalam waktu dua hari.
Pengelola ‘yang memiliki lahan’ sama sekali tidak diberi apapun : termasuk
seorang anak yang mungkin ngiler karena
terlalu inginnya memiliki seekor ikan guppy untuk dipelihara, yang akhirnya
gagal mendapatkan ikan impiannya. Mungkin inilah akibatnya bila sebuah
komunitas yang mengadakan event penting tanpa perencanaan dan konsultasi dulu dengan
pengelola setempat.
Meski demikian, destinasi ini masih saja diminati pengunjung. Hingga
akhirnya, pihak PERHUTANI sebagai pemilik area membuka lokasi ini sebagai
sebuah destinasi resmi tahun 2017 berjuluk Wisata Kedung Cinet. Dibangunlah
spot-spot selfie, jembatan, maupun kelengkapan-kelengkapan seperti dermaga, perahu
dan pos ticketing. Dari situlah diharapkan pengunjung punya tambahan ‘hiburan’
selain menikmati keindahan Ground Canyon Kedung Cinet.
Pak Sugeng, saya mau kaosnya |
Spot selfie yang dibangun berupa aneka gardu pandang yang terbuat dari
kayu-kayu hutan khas destinasi buatan PERHUTANI yang memanfaatkan sumber daya
setempat. Taman-taman dibangun, meski belum tumbuh maksimal karena
karakteristik lahan kering khas hutan jati. Terdapat gubuk asmara, rumah kayu
kerucut, gerbang kayu dan masih banyak lagi termasuk tangga yang layak untuk
dilalui.
Jombang City Guide tentunya tak ketinggalan mencoba wahana perahu yang
disediakan pengelola. Dengan tarif setara selembar lima ribu rupiah per orang,
perahu biru ini bisa dinaiki tiga orang sekaligus, plus tambahan seorang petugas
pendayung. Dengan perahu ini, pengunjung bisa menyusuri sungai dan menyaksikan
keindahan ngarai sepuasnya.
Sementara hanya ada satu perahu kecil yang disediakan pengelola. Awalnya
ada dua perahu dan satu rakit bambu untuk wahana para pengunjung. Namun dua
kendaraan sungai itu hanyut hilang terbawa banjir saat musim hujan. Jadi bila
ingin menikmati keindahan sungai dengan, mungkin harus bergantian dengan
pengunjung lain karena keterbatasan armada perahu. Monggo kalau ada yang serius
mau nyumbang perahu.
Suasana tenang dan sejuk memungkinkan pengunjung menikmati keindahan
lokasi. Hanya saja, jembatan lori peninggalan Belanda sering memecah keheningan
karena menimbulkan bunyi yang agak mengagetkan bagi pengunjung saat dilintasi
kendaraan roda dua. Jembatan ini melintang tepat di atas ceruk koral sehingga
pengunjung yang berada di bagian bawah jembatan yang menghubungkan
tebing-tebing.
Meski bukan daerah pegunungan, namun Kedung Cinet cukup nyaman
dikunjungi di siang hari karena rindangnya pepohonan. Selain itu, spot paling epic
memang berada di ngarai bagian bawah yang terlindung dari sinar matahari. Jadi
tetap menyenangkan meski mengadakan kunjungan saat mentari bersinar dengan tenaga
penuh.
Saat menyusuri celah ngarai, tampak batuan koral menjadi penyusun utama bebatuan
daerah ini. Lekuk-lekuk khas ngarai menjadi keindahan tersendiri. Uniknya, ada
sebuah batu yang bentuknya mirip dengan benjolan yang seperti air mata yang
hampir menetes. Bila legenda bajak laut banyak menyebut air mata putri duyung,
maka di Ground Canyon Kedung Cinet dari bentuknya unik, disebutlah benjolan itu
sebagai ‘Air Mata Bidadari’.
Cerita setempat tentang batu air mata bidadari ini cukup unik, yang
mirip dengan cerita-cerita pada umumnya yang menyatakan bahwa bila mencuci
wajah dengan air yang ada di bawahnya berkhasiat membuat awet muda. Selain itu,
bila berdoa dengan tulus dan yakin kepada Allah di dekat air mata bidadari maka
keinginannya terkabul. Menariknya, Mas Bee yang menjadi pengelola destinasi ini
sudah membuktikannya dari doanya saat mencari pasangan hidup. Hehehhehe….
Keindahan bebatuan koral di bagian sungai atas bisa dinikmati oleh
pengunjung dengan didampingi oleh pemandu. Biasanya pemuda pengelola Kedung
Cinet yang bertugas yang akan mendampingi pengunjung menikmati tebing koral
dari ngarai mini ala Jombang ini.
Uniknya, ada sebuah batu yang melintang di ujung jalur dayung di sungai
bagian bawah yang dulunya tidak ada. Dulunya sebelum batu ini ada, pengunjung
bisa mendayung hingga tebing koral bertingkat tempat jatuhnya air dari sungai
bagian atas. Sejak ada batu ini, kini aktivitas mendayung tak lagi bisa mencapai
tebing bertingkat karena terhalang batu yang diduga dalam kondisi mengapung ini.
Saat dicari oleh pengelola, tak ada tebing yang erosi atau batu lain di
lokasi yang terlepas dari tempatnya. Sedangkan batu misterius yang tiba-tiba
muncul setelah banjir besar ini menghalangi pendayungan ke tebing bertingkat. Menurut
kesimpulan pengelola, bisa jadi batu ini memang ‘diletakkan’ oleh penunggu
destinasi ini sebagai ‘pembatas’ supaya pengunjung yang makin ramai itu tak
mendekati tebing bertingkat yang berbahaya. Kini, dibuatlah hiasan bertuliskan
Kedung Cinet oleh pengelola di atas batu misterius itu.
Air yang mengalir di lokasi Ground Canyon Kedung Cinet cukup jernih,
meski tak terlihat serangga sungai seperti capung dan anggang-anggang. Meski
tak bisa sampai melihat bagian bawah sungai, tapi menurut pengelola, banyak
ikan hidup di habitat sungai ini seperti mujair, patin, wader dan spesies ikan
sungai air tawar pada umumnya. Mungkin ikan-ikan inilah yang memangsa ribuan
ikan guppy yang dilepaskan di acara kemarin. Hehehhehehe…
Warna airnya terlihat hijau, mungkin karena alga yang berkembang biak di
habitat sungai. Saat sinar matahari menembus sela-sela dedaunan dan menerpa
tebing, tampak pemandangan yang begitu indah karena air sungai memantulkan
cahaya dari koral hingga berpendar kehijauan. Dari sinilah foto-foto ciamik
dari Ground Canyon Kedung Cinet tampak seperti editan, padahal memang tampilan
aslinya demikian.
Debit air sungai yang mengalir diantara ceruk tebing koral begitu rendah
saat musim kemarau, namun menjadikannya seperti air terjun kecil yang
bertingkat-tingkat. Memang, pengunjung hanya disarankan datang saat musim
kering tiba karena dari debit air yang kecil itu, wisatawan bisa mengambil
keuntungan dengan mengunjungi bagian bawah sungai berngarai eksotis ini.
Keberuntungan melihat ngarai eksotis ini tak bisa disaksikan saat musim
penghujan karena debit air yang begitu tinggi yang bahkan bisa membuat lokasi
duduk untuk pengunjung di tepian sungai sampai banjir meluber hampir ke taman
selfie. Derasnya air bahkan menimbulkan suara deburan yang bisa didengar dari
radius 100 meter.
Air yang mengalir deras itu bahkan sampai ke bagian bawah jembatan
hingga deburannya bisa begitu membahayakan. Bebatuan menjadi licin dan bahkan
pernah menggelincirkan seorang remaja hingga tewas karena terbawa arus sungai
dan terbentur batu koral yang begitu lancip. Jadi destinasi ini hanya
disarankan dikunjungi saat musim kemarau karena faktor keselamatan.
Pun kejadian tewasnya seorang pelajar saat berenang di Kedung Cinet itu juga murni kecelakaan. Dan pelajar itu seorang pemuda, bukan pemudi. Remaja itu, bermain air di Kedung Cinet saat musim hujan, dimana debit air sedang deras-derasnya. Karang yang memutih, jadi licin karena berjamur. Bisa jadi dia terpeleset dan hanyut, dan terbentur karang yang memang tajam.
Ada pula mitos yang beredar di kalangan wong tuwek-tuwek penganut takhayul di Jombang yang menyatakan bahwa anak gadis dilarang ke Kedung Cinet. Penganut mitos itu percaya bahwa perawan yang ke sana akan mengalami hal buruk dalam hidupnya. Sehingga banyak orang tua di desa pelosok Jombang yang melarang anak gadisnya berwisata ke Ground Canyon Kedung Cinet ini. Hmmmm...
Dalam hati Jombang City Guide membatin. Dalam postingan sebelumnya, rombongan gadis-gadis yang semuanya belum menikah mampir santai-santai saja ke Kedung Cinet. Sampai sekarang pun semuanya baik-baik saja. Hal buruk bisa menimpa anak gadis dan terjadi kapan saja, pastinya-jelas-bukan-karena berwisata ke Kedung Cinet.
Yang jelas, kalau kamu nggak berdoa, jangan salahkan kalau hal buruk menimpa, dan itu bukan karena main ke Kedung Cinet. Intinya, kepercayaan penduduk itu hanya mitos dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Minta pun sama Allah. Waktu berangkat, setelah sholat, setiap hari, setiap saat. Bukan berdoa saat butuh saja, dan kalau percaya mitos ya banyaknya malah kedaden. Bismillah saja, minta sama Allah.
Ada pula mitos yang beredar di kalangan wong tuwek-tuwek penganut takhayul di Jombang yang menyatakan bahwa anak gadis dilarang ke Kedung Cinet. Penganut mitos itu percaya bahwa perawan yang ke sana akan mengalami hal buruk dalam hidupnya. Sehingga banyak orang tua di desa pelosok Jombang yang melarang anak gadisnya berwisata ke Ground Canyon Kedung Cinet ini. Hmmmm...
Yang jelas, kalau kamu nggak berdoa, jangan salahkan kalau hal buruk menimpa, dan itu bukan karena main ke Kedung Cinet. Intinya, kepercayaan penduduk itu hanya mitos dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Minta pun sama Allah. Waktu berangkat, setelah sholat, setiap hari, setiap saat. Bukan berdoa saat butuh saja, dan kalau percaya mitos ya banyaknya malah kedaden. Bismillah saja, minta sama Allah.
Hal lain yang tak asyik dari destinasi ini adalah belum adanya toilet untuk MCK. Jadi
misalnya bila tiba-tiba ada yang ingin buang air, bisa mendatangi pemuda yang
bertugas untuk diantar ke rumah penduduk terdekat.
Kamu kalau kebelet, ditahan dulu deh kayaknya |
Ketidaktersedianya toilet juga mengakibatkan sulitnya sembahyang di
lokasi. Sudah dibangun beberapa pondok bambu yang bisa digunakan untuk sholat,
namun sementara ini untuk mengambil air wudhu sepertinya harus memakai air
sungai. Tenang, airnya bersih dan mengalir, jelas lebih dari dua qullah lah ya.
Untuk mencapai Ground Canyon Kedung Cinet, sayangnya belum didukung
akses jalan yang memadai. Kedua Tebing hanya dihubungkan oleh jembatan lori
buatan Belanda yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Pengunjung kendaraan
roda empat disarankan menggunakan arahan Gmaps meski sebenarnya ada dua jalur menuju
ngarai tersembunyi ala Jombang ini.
Jalur pertama lewat Pojok Klitih pernah Jombang City Guide cantumkan
dalam artikel sebelumnya, yang melalui Plandaan. Dari arah Jombang Kota, ke
Jembatan Ploso kemudian belok kiri. Polsek Plandaan belok kanan, lurus hingga
sampai Pojok Klitih. Dulunya hanya ada jembatan gantung yang hanya bisa dilalui
sepeda motor. Kemudian oleh pemerintah dibangun jembatan beton untuk roda empat.
Meski tetap harus berjalan kaki, jembatan beton ini setidaknya bisa memangkas
jarak berjalan kaki pengunjung yang bermobil hingga separuhnya.
Jalur Pojok Klitih memang lebih dekat dari Jombang kota, namun
pengunjung bermobil tetap harus memarkir kendaraannya di tepi hutan tanpa
pengawasan, kemudian harus lanjut berjalan kaki sekitar 500 meter untuk
mencapai lokasi. Sebagai jalanan hutan, tentunya kondisinya bergelombang, becek
saat hujan dan berdebu di musim kemarau. Meski demikian, bila kita meniti jalan
kaki di jalur ini, kita bisa menikmati pemandangan hutan, kicauan burung di
alam bebas dan sedikti demi sedikit mengamati tebing-tebing dan karakter bebatuan
khas koral yang bertebaran di sepanjang jalan.
Hutan Perhutani |
Meski demikian, bila pengunjung roda
empat terlanjur salah jalur dan malas jalan kaki seperti yang dialami
Jombang City Guide yang awalnya menggunakan rute Pojok Klitih, maka bisa
mengubungi pemuda pengelola Ground Canyon Kedung Cinet untuk jasa ojek menuju
lokasi, yang nomor teleponnya Jombang City Guide cantumkan di contact person
dengan tarif sepantasnya.
Jalur kedua sesuai arahan Gmaps yang lebih ramah untuk pengendara roda
empat. Dari arah Jombang kota, menuju Jembatan Ploso lalu belok kanan. Melalui
keramaian Ploso hingga perempatan Brambangan. Dari perempatan ini belok kiri,
lurus saja sampai di Jipurapah. Kondisi jalan lebih baik karena padat penduduk
sehingga akhirnya pengendara harus lebih sabar karena sering terjebak acara tenda
pengantin yang menutup akses jalan satu-satunya.
Dari Jipurapah, pemandangan sawah dan hutan milik PERHUTANI juga menjadi pemandangan sepanjang jalan. Meski akses akhir mendekati Ground Canyon Kedung Cinet berupa jalan gronjalan, namun tetap bisa dilalui kendaraan roda empat. Sangat disarankan menggunakan kendaraan non-sedan untuk mencapai ngarai mini ala Jombang ini, kecuali bagi yang sudah kebanyakan mobil sehingga tak sayang mobilnya menghadapi medan terjal nan urban legend.
Parkir |
Tanda saat sudah sampai di Ground
Canyon Kedung Cinet adalah adanya tebing koral di sisi kanan. Dari jalur Jipurapah,
pengunjung bermobil hanya perlu berjalan sekitsar 100 meter ke lokasi. Selain
itu pengunjung roda empat bisa memarkir kendaraannya di samping tebing, dan
lebih aman daripada ditinggalkan di tepi hutan seperti di jalur sebelumnya.
Jadi, meski mengambil rute agak jauh memutar, rute Jipurapah lebih aman dan
nyaman bagi pengunjung roda empat.
Tiket masuk Ground Canyon Kedung
Cinet dibanderol seharga selembar lima ribu rupiah, dengan tarif parkir
kendaraan roda dua dengan jumlah yang sama. Jangan tertipu dengan gambar
rafting yang tertera di lembaran tiket, karena meski destinasi alam, Ground Canyon
Kedung Cinet bukan arena arung jeram. Mungkin pembuat tiketnya mati gaya
sehingga bingung mau mencantumkan gambar apa. Hehehhehe…
Tiket |
Destinasi ini memang hanya
menawarkan wisata alam berupa keindahan ngarai yang tersembunyi di tengah
hutan. Sangat ditunggu datangnya investor yang berminat mengembangkan Ground
Canyon, tentunya dengan konsultasi dan kerjasama dengan pihak PERHUTANI sebagai
pemilik lahan.
Ada pula destinasi lain yang mirip
dengan Ground Canyon Kedung Cinet yang berada tak jauh dari lokasi : Kedung
Sewu. Penampilannya berupa sungai berbatu koral putih yang sepertinya pantas
juga dijadikan jujugan selanjutnya : The White Coral Garden. Rute Jipurapah
sepertinya cukup dekat dengan ‘adik’ Ground Canyon Kedung Cinet ini. Sedangkan
bila dari Pojok Klitih, destinasi lain yang cukup menarik dan searah juga ada
Telaga Jambe, Kebun Kelengkeng Suwarno, dan sensasi naik perahu tambangan mobil
di Gebangbunder.
Jadi, sekali rute ke utara Jombang
setidaknya bisa mengunjungi beberapa destinasi sekaligus. Ayo, yang mana yang
belum didatangi???
Mini
Secret Ground Canyon Kedung Cinet
Cinet Adventure Forest
Pojok Klitih – Jipurapah
Pojok Klitih – Jipurapah
Kecamatan Plandaan, Kabupaten
Jombang
Buka Setiap Hari
Pak Sugeng PERHUTANI : 081357101733
Pemuda Pengelola dan Ojek Insidental
:
Mas Bee : 08222 965 898
Mas Ali : 081 315 429 172
keren sekali, semoga bisa main kesana
BalasHapusFakktualNews